Tampilkan postingan dengan label Ensiklopedia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ensiklopedia. Tampilkan semua postingan
Senin, 11 Agustus 2014
Konservasi Sumber Daya Alam dan Kearifan Lokal
Marilah sejenak kembali ke alam selepas Lebaran ini. Yang seharusnya Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, sekarang Sumber Daya Alam versus Sumber Daya Manusia. Hopo tumon ?!.
Konservasi alam sudah dirasa begitu pentingnya sampai pemerintahpun perlu menjadikan kegiatan tersebut sebagai bagian integral dan berkesinambungan dalam proses pembangunan di tanah air . Termaktub dalam Undang Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya.
Semua unsur-unsur yang berada di alam merupakan sahabat dekat bagi peradaban manusia. Nilai-nilai kearifan lokal, menempatkan penghargaan terhadap alam juga harmonisasi manusia, alam dan Tuhan.
by Facebook Comment
Selasa, 30 Juli 2013
Pertautan Study Islam dan Antropologi [ 2 ]
Oleh
M. Amin Abdullah
Keynote
Speecher, disampaikan dalam Dialog Kebudayaan, LPM Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta, 15 Januari 2011
Keempat,
comparative.
Studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari
berbagai tradisi, sosial, budaya, dan agama – agama. Talal Asad
menegaskan lagi disini bahwa, “
What is distinctive about modern anthropology is the comparisions of
embedded concepts ( representation ) between societies differently
located in time or space. The important thing in this comparative
analysis is not their origin ( Wastern and Non-Wastern ), but the
form of life that articulate them, the power they release or dissable
“
( Talal
Asad.
Formations
of The Secular : Christianity, Islam, Modernity.
Stanford,
California : Stanford University Press, h. 17 ).
Setidaknya,
Cliffort Geertz pernah memberi contoh bagaimana dia membandingkan
kehidupan Islam di Indonesia dan Marokko. Bukan sekedar untuk mencari
kesamaan dan perbedaan, tetapi yang terpokok adalah untuk memperkaya
perspektif dan memperdalam bobot kajian. Dalam dunia global seperti
saat sekarang ini, studi komparatif sangat membantu memberi
perspektif baru baik dari kalangan insider maupun outsider ( Fazlur
Rahman, 1985.
“
Approaches to Islam in Relegious Studies : Review Essay “.
Dalam Richard
C. Martin [ Ed.
],
Approaches to Islam in Relegious Studies.
Tucson
: The University of Arizona Press, h. 196.
Juga Kim
Knott.
“
Insider Outsider Perspective “
dan John
R. Hinnells, 2005.
The
Routledge Companion to Study of Religion.
London
and New York : Routledge, h.243-255 ).
by Facebook Comment
Pertautan Study Islam dan Antropologi [ 1 ]
Benarkah
Ada Bid'ah Dalam Kebudayaan ? :
Pertautan
Dirasat Islamiyyah ( Study Islam ) dan Antropologi
Agama
selalu mencakup
dua
entitas yang tidak dapat dipisahkan tetapi bisa dibedakan. Yaitu
normativitas ( teks, ajaran, beliefs,
dogma ) dan juga historisitas ( praktik dan pelaksanaan ajaran, teks,
beliefs,
dogma tersebut dalam kehidupan konkret di lapangan, seperti di
lingkungan kehidupan komunitas ( organisasi sosial keagamaan,
organisasi profesi ), masyarakat pedesaan ( rural
) atau masyarakat perkotaan ( urban
), situasi konteks politik ( rezim pemerintahan Orde Lama, Orde Baru,
dan Orde Reformasi ), jaman yang berbeda ( abad tengah, modern, post
modern ), tingkat pendidikan yang berbeda ( Pesantren, MI, MTS,
Aliyah, atau SD, SMP, dan SMA dan lebih - lebih S1, 2, dan 3 di
perguruan tinggi dan otodidak ), pelatihan atau training ( halaqah,
tarbiyah, pengajian majlis taklim ), pendidikan umum dan pendidikan
agama, pesantren kilat dan begitu seterusnya. Bahkan sekarang ada
yang merasa cukup lewat internet, situs - situs, e book dan begitu
seterusnya.
Studi
Agama dan Studi Islam kontemporer perlu memperhatikan dua entitas
tersebut dengan cermat, sehingga para dosen, mahasiswa dan peminat
studi agama dan studi Islam tidak terkejut - kejut dan tidak perlu
kecewa. Apalagi marah - marah meluapkan emosi, jika terjadi dan
menjumpai " perbedaan tafsir keagamaan " pada level
historisitas, meskipun idealnya memang tidak perlu adanya perpecahan
karena bersumber dari sumber ajaran normative yang sama, yaitu teks -
teks dan nash - nash Al Qur'an dan Al Sunnah. Realitas seperti ini
berlaku untuk semua penganut - penganut agama besar dunia, baik yang
Abrahamik ( Yahudi, Kristen, Islam ) maupun agama - agama non
Abrahamik ( Hindu, Budha, Konghucu, Sikh, Bahai dan lain - lain ),
serta tradisi - tradisi atau agama lokal yang lain selain yang
disebut diatas.
by Facebook Comment
Sabtu, 22 Juni 2013
Apresiasi Terhadap Seni Tatoo
Perkembangan
Seni
Tatoo
yang terjadi di masyarakat Barat, jika ditinjau dari akar seni
tradisionalnya sebenarnya dipengaruhi oleh tradisi budaya dari
Indonesia. Di Mentawai
1
misalnya, masyarakat telah lama mengenal tatoo,
karena banyak masyarakat Vietnam hidup disana dan mengenalkan tatoo.
Begitu juga di Jawa, tatoo
berjenis tribal telah dikenal sebagai seni tradisional yang telah ada
pada jaman dahulu.
“
Namun sebagai seni modern yang popular, tatoo
banyak dikembangkan di dunia barat, hal ini berkaitan dengan
berkembangnya juga dunia industri termasuk dalam Seni
Iatoo
itu sendiri “, jelas Laine Berman, Phd
seorang Arkheolog Amerika yang juga pengamat Budaya Jawa.
Lebih
lanjut dikatakan, kalau dilihat dari kaca mata seni, tatoo
perlu diapresiasi. Di Amerika sendiri Seni
Tatoo
sangat dihargai karena memang apresiasi masyarakat disana lebih
mengarah pada seni. Masyarakat Amerika tidak berpikiran negatif
terhadap Seni
Tatoo
karena hampir rata – rata masyarakatnya menjadikannya sebagai
identitas dirinya, oleh karena itu perkembangan tatoo
sangat pesat.
Sementara
di negara – negara berkembang termasuk Indonesia, hanya sedikit
yang mampu menjadikan tatoo
sebagai simbol karakter diri . Situasi seperti ini menempatkan tatoo
sebagai unsur negatif 2.
Masyarakat Indonesia belum mampu melihat tatoo
sebagai sebuah seni. Masyarakat Indonesia jangan terlalu dipaksakan
unttuk sebuah hal liberal yang belum tentu masyarakat memahami arti
liberal itu sendiri.
NIAS : Potret Sebuah Masyarakat Tradisional III
Pola
Pemukiman, Arsitektur dan Sistem Kepercayaan
Perwujudan
nyata dari budaya dan kehidupan Zaman Megalitik di Nias ( terutama di
Nias Selatan ) dapat dilihat masih lengkap hingga sekarang ini 10.
Sering upacara serupa diselenggarakan dan dilakukan secara bersama –
sama yang terdiri dari beberapa banua
11
disebut Ori.
Saat itu juga upacara keagamaan berlangsung dengan menceritakan mitos
kejadian ( kosmogoni
dan
etnogoni
), tentang pohon kehidupan, tentang dunia atas dan dunia bawah,
tentang roh leluhur. Upacara dipimpin oleh ere,
atau
imam.
Selama
upacara berlangsung orang tidak boleh bekerja di ladang, dan perang
antar suku (
banua
) atau desa dihentikan.
Kepercayaan
kepada roh leluhur merupakan salah satu yang paling sentral dalam
kehidupan Masyarakat Nias. Roh ini dipuja dan dihormati, sekaligus
ditakuti. Kita dapat temukan begitu banyak patung – patung nenek
moyang ( adu
zatua )
yang didewakan terbuat dari batu yang monumental disetiap desa tua di
Nias yang dipuja dan disembah.
Terdapat
rumah tradisional yang besar, omo
hada,
terutama rumah raja dan struktur banua
( desa ) yang merupakan refleksi dari makro kosmos 12.
Rumah dan pilarnya dibuat secara cermat dengan arsitektur yang sangat
estetik ( berbentuk perahu ) hingga ke atapnya yang menjulang tinggi
hingga 20 meter. Ditengah Desa Bawomatoluo
( Nias Selatan ) terdapat omo
gorahua
( balai ) sebagai tempat berbagai upaacara dan ritual keagamaan
disertai dengan berbagai bentuk nyanyian dan tarian. Upacara
keagamaan seperti Owasa
terkait erat dengan pesta peneguhan prestige
tingkat sosial dan gelar, “
Feasts of merit “
, untuk itu dibuat bangunan monolitik sebagai batu peringatan bahwa
pemiliknya pernah menyelenggarakan pesta tadi.
Di
pulau – pulau batu dan Nias Selatan kita bisa lihat kursi mahligai
dengan sandaran tangan dan punggung yang diukir berupa manusia dan
buaya ( antropomorphi
dan
zoomorphi
). Juga terdapat lukisan dan pahatan nenek moyang dikedua lapisan
belanga.
Desain
interior rumah adat di Nias Selatan terdiri dari kamar ( ruang )
untuk bersama ( komunal ), terdapat ruang tidur bagi anak lelaki
yang belum menikah, dan kamar bagi yang sudah menikah. Di Nias Utara
misalnya di Onolimbu,
berbentuk bundar dengan pola pemukiman yang sama dengan Bawomatoluo.
Rabu, 10 April 2013
NIAS : Potret Sebuah Masyarakat Tradisional II
Proses
Asimilasi dan Akulturasi : Hubungan Antar Etnik
Hanya
dengan memahami proses diatas kita dapat meletakkan dasar asal –
usul Orang Nias sekarang ini :
- Masa Mesolitikum ( Neolitik-Megalitik ) Pulau Nias telah dihuni oleh pendatang migrasi gelombang pertama yang dalam tradisi Hoho disebut sebagai orang yang tinggal dibawah tanah ( aro Dano ). Dengan postur tubuh kecil, warna kulit kehitam – hitaman ( ciri khas Weddid ), rambut ikal hingga keriting. Arkeologis, peninggalan mereka terdapat di gua – gua ( bawah tanah ) yang sekarang merupakan situs arkeologis-historis di Nias. Mereka ini disebut “ orang asing “, “ manusia bawah tanah “ ( ndrawa, aro dano ). Kita temukan peninggalan – peninggalan purbakala seperti peralatan dari batu dan serpihannya ( sebagai alat pukul ), bekas abu pembakaran dan berbagai fragmen tulang dan lain sebagainya. Budaya ini mirip dengan Budaya Paleotikum ( Hoabinh ) di Vietnam dan Thailand 5. Manusia yang tinggal dibawah tanah ( gua ) ini kemudian dalam mitologi dan religi di Nias dikaitkan dengan dewa bawah ( tanah ), yaitu Laturedano.
Minggu, 24 Februari 2013
Kabasaran : Tarian Perang Minahasa
Nusantara memiliki banyak ragam tari keprajuritan. Yang ini berasal dari Minahasa.
Kabasaran
adalah sebuah tarian perang yang mencerminkan sifat – sifat
kepahlawanan sejati pada Masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara. Kostum
penari umumnya berwarna merah menyala dihiasi berbagai aksesoris
bahan alam ; kulit kayu pada baju, mahkota dengan paruh Burung
Taon
dan bulu – bulu Ayam. Sementara tongkat terbuat dari batang Pohon
Tawaang
Merah
yang dikeramatkan oleh Masyarakat Minahasa. Selain itu, para penari
juga memakai kalung dengan bandul tengkorak Monyet. Ini melengkapi
gambaran spiritual magis tarian.
by Facebook Comment
Selasa, 29 Januari 2013
NIAS : Potret Sebuah Masyarakat Tradisional
“ Kegagalan pembangunan di banyak negara berkembang
disebabkan oleh ketidak mampuannya menghubungkan masa lalu dengan masa kini
secara hermeneutik... “
Menelusuri Jejak Leluhur Orang Nias
Mitologi
Yunani lebih cerdas memformulasikan keterkaitan itu dengan mengambil sebuah
perumpamaan tentang seekor ular yang besar, Hydra, yang jika kepalanya dipotong
akan segera tumbuh 2 kepala yang baru, begitu seterusnya. Itulah hukum perkembangan
atau pertumbuhan. Artinya, satu penemuan baru akan melahirkan lebih banyak
penemuan baru pula.
Untuk
“ mengejar “ ketertinggalannya banyak negara berkembang berusaha
mengakselerasikan pertumbuhannya dengan jalan short cut. Jalan pintas atau
terobosan, dan melupakan jejak sejarahnya. Pada umumnya berujung kegagalan. Di
Asia eks negara berkembang, termasuk Jepang dan China memahami dan memanfaatkan
secara baik arti “ belajar dari sejarah “. dalam hal ini kultur, tata nilai dan
etika dalam sistem religi mereka seperti Bushido
( Jepang ) dan Li ( China ) yang pada
dasarnya adalah kode etik dalam berperilaku.
Dalam
sejarah umat manusia ( bangsa – bangsa ) tidak ada negara yang brhasil meraih (
mengisi ) cita – cita masa depannya tanpa mengkaitkannya dengan “ semangat “
masa lalu secara kontekstual.
Itulah
sebabnya kenapa dalam tulisan ini, masyarakat tradisional Nias ditempatkan pada
bagian pertama. Maksudnya ;
by Facebook Comment
Langganan:
Postingan (Atom)