Social Icons

Rabu, 09 Juli 2014

Gesture Joko Widodo, Jusuf Kalla dan Sri Sultan Hamengku Buwono X

Pilpres, Jokowi-JK
Sumber Gambar : Harjito Sangaji

Gesture, ekspresi muka bisa dimaknai secara tunggal ataupun rangkaian. Ekspresi senyum secara tunggal, rangkaian ekspresi tubuh sebelum senyum itu mengembang. Pada akhirnya harus dilihat secara rangkaian (gesture, ekspresi, body language).

Sedangkan foto yang mewakili berita adalah menerangkan moment terpenting sebuah peristiwa. Ekspresi akan menjadi hidup, mewakili peristiwa yang akan diberitakan.
Gambar memang mempunyai multi interpretasi.
"Jangan ambil apapun kecuali gambar"
Maksudnya nyolong moment begitu ?!.

(Diambil dari status Facebook Panji Cybersufi dengan revisi seperlunya,  4 Juni 2014)
by Facebook Comment

Jalan Cinta

Trotoar
Sumber Gambar : Chiado Editora
Dalam teori teritori demarkasi, penguasaan suatu area dilakukan dengan cara mendirikan benteng-benteng, menghubungkan jalur lalu lintas dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mempermudah segala akses. Dahulu manusia bergerak dari ruang ke ruang melalui alas gung liwang liwung, dibukalah hutan, dibangunlah jalan beraspal (jalan : dalan, Bahasa Jawa).
Di era modern ini, para pejalan kaki dimanjakan demgan trotoar yang berfungsi sebagai jalan khusus pejalan kaki. Tapi trotoar telah direbut oleh para pedagang kaki lima, bahu jalan ramai untuk parkiran. Akhirnya jalan mengalami bottle neck.

Akhirnya ruang itu lalu dipisah-hubungkan dengan ruang publik dan ruang privat. Tapi tetap ruang yang bernama cinta itu dihati.
Jangan sampai menambah kemacetan pikiran dalam kesunyian serta keramaian.




(Diambil dari status Facebook Panji Cybersufi dengan revisi seperlunya, 8  Juni 2014)




by Facebook Comment

Membaca Komik I

Panel candi
Wayang Watu. Panel Pada Dinding Candi
Tulisan Mesir Kuno, Tulisan Kuno, Mesir
Hieroglyph

Panel demi panel pada candi memutar searah jarum jam. Batuan slalu bicara pada manusia dari zaman batu bisu, paleolitikum, mesolitikum, megalitikum, hingga neolitikum. Sekarang zaman batu ego, dari kerikil-kerikil sugesti, kerikil-kerikil jumrah beserta nisan.
Dunia yang bulat menjadi panel-panel komik, dunia yang terkotak-kotak. Seperti teka-teki menyusun kotak berurutan dalam sekejapan.
Otak membagi kotak, kotak mengurung otak. Segalanya berisi peristiwa.
Memang sejak kanak-kanak slalu diajari mendengar serta meniru, bercerita, melagu dan menggambar.
Mendengar batuan bicara bahkan menangis menetes dari stalagtit membentuki suiseki, jika direnungi pembicaraan batuan itu mengental tersendimen membulat diujung jari, batuan akik itu.
Lalu bercakap dengan akik itu, hukum-hukum permintaan, hukum-hukum penawaran lalu kebutuhan untuk mendengar. Batu-batu, panel-panel.
Mendengar cengkrama hewan betapa lucunya anak-anak itu mendengar percakapan ayam. Ayam betina kehilangan telor yang dierami, mengadu pada jago. Betapa kecewanya betina itu.
Kanak-kanak meniru gerakan binatang pada pentas drama fabel, gerakan silat juga prototipe suatu barang.
by Facebook Comment

Rabu, 02 Juli 2014

Cocoklogi Bagian I


Cocoklogi berasal dari akar kata “cocok” (cocok, tepat, pas, klop, sesuai) dan “logos” (Yunani : ilmu). Cocoklogi adalah ilmu yang membahas tentang kecocokan antar berbagai hal. Mencocokkan ini mempunyai unsur meneliti, membandingkan dua hal atau lebih, dan mengamati. Tentu saja setiap tahapan tersebut membutuhkan metodologi ataupun rumus.
Jika suatu ilmu dikatakan ilmiah dengan syarat harus memiliki metodologi salah satunya, tentu cocoklogi mempunyai metode dalam penerapannya.
Ditangan golongan hitam, cocoklogi hanya akan diselewengkan, yang pada akhirnya hanya akan dipandang sinis.
Ada yang percaya ?!.

(Diambil dari status Facebook Panji Cybersufi, 2 April 2014 pukul 21:12 WIB dengan revisi seperlunya)

Cocoklogi Atawa Cucoklogi
by Facebook Comment