Wayang Milehnium. Gambar : Ki Mujar Sangkerta |
Jawabanku, "Saya sedikit menerangkan tentang
Cybersufi
tersebut dalam tulisanku di blog ini, makna dhahirnya. Saya hanya orang
kampung sederhana yang suka menulis saja" (dalam percakapan saya
tulis, "saya orang yang suka menulis dan otak-atik kata saja"
).
Saya lebih menyukai pendekatan kultural. Karena
dari pendekatan (kedekatan) tersebut terjalinlah hubungan, yang diawali dari
bentuk kerinduan sosio-kultural juga pemahaman tentang multikultur.
Apa yang lebih indah selain kerinduan, pemahaman
?!.
(Diambil dari status Facebook Panji Cybersufi
dengan revisi seperlunya, 25 Juli 2014).
Catatan
Tulisan tersebut antara judul dengan isi seperti
tidak nyambung. Hal itu bisa disambungkan jika dibaca, bahwa yang
menghubungi Panji adalah Ki Mujar Sangkerta Wayang Milehnium Wae.
Komunitas tersebut sering mengadakan pengajian, dzikir bersama serta
pementasan wayang diberbagai tempat. Identitas kebudayaan dan
keagamaan yang ingin diperkuat, disosialisasikan serta
dikonsolidasikan pada masyarakat luas.
Tulisan tersebut bisa juga merupakan penceritaan
terhadap gambar (Wayang Suket)
dengan pola bebas. Lebih pada penekanan "how
to" untuk mendapatkan gambar Wayang
Suket. Ki Mujar memulai bertanya pada
Panji via Google Talk,
lalu Panji melihat timeline Google Plus
Ki Mujar. Disitulah ia mendapatkan gambar, lalu menceritakan proses
mendapatkannya dengan pola yang bebas. Umpan balik dari status di
Facebook
Panji Cybersufi tentang Wayang Suketpun
seolah tidak nyambung, out of topic.
Tetapi sekali lagi, harus dibaca keterkaitannya secara jeli.
Dalam edisi revisi di blog ini, komentar tentang
status di Facebook tidak saya sertakan. Sila check
ke akun Panji Cybersufi.
Masih belum “nggeh” tentang keterkaitannya ?!,
cobalah bertanya pada rumput (Jawa :
Suket) yang bergoyang seraya melagu Ebiet
G. Ade. Siapa tahu, rumput tersebut bagian terpenting karakter wayang
yang akan dipentaskan di negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.