Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam era globalisasi ini mempunyai andil yang besar terhadap fenomena selfie yang lagi nge-trend (rujukan ?).
Kita sering melihat fenomena selfi tersebut, misal selfie lepas jilbab, selfi jilboobs (jilbab dan boobs atawa berjilbab tapi memakai pakaian ketat), selfie hijabers (tutorial memakai hijab), selfie sejoli yang mengarah pada tindakan free sex (orang Indonesia suka sekali dengan segala hal yang berhubungan dengan "free", paling tidak discount ataulah kredit, biar dikatakan modern ), selfie makan, selfi plesiran, selfi-selfi lainnya.
Fenomena dan realitas selfi bisa juga dimaknai sebagai "selfishly" ataupun dianalisa menggunakan ilmu psikologi, jurnalisme, fotografi dan komunikasi massa dan media. Selfi juga diartikan sebagai self image.
Fenomena selfie di media sosial setidaknya merupakan nilai aktualisasi dan eksistensi diri. Buah dari narsisisme (yang memabukkan). Semakin eksis, semakin narsis. Pola komunikasi multi arah yang terwadahi dalam dunia keseketikaan melalui internet. Keseketikaan itu pula yang mendasari seseorang untuk selalu mengabadikan moment dalam hidupnya. Berbagi self image dalam media sosial. Semua mengglobal. Tak ayal, tingkat filterisasi dalam keseketikaan di internet tersebut mulai tak berfungsi maksimal karena banyaknya informasi yang masuk bertubi-tubi. Media sebagai mind control. Pengolahan, filterisasi, kebebasan juga kecepatan akses loading internet.
Selfi di Kuburan Tionghoa, Timur Universitas Muria Kudus (UMK) , Jawa Tengah, Indonesia. |
Foto itu juga memiliki cerita. Cerita yang multi interpretasi, baik gambar secara tunggal ataupun dirangkaikan.
Candi Ijo, Yogyakarta, Indonesia. |
Didalam bangunan utama Candi Ijo tersebut terdapat Lingga-Yoni yang merupakan simbol Siwa. Beberapa waktu lalu, sekelompok keluarga mengadakan pemujaan didalam bangunan utama candi.
(Diambil dari status Facebook Panji Cybersufi dengan revisi seperlunya, 14 Agustus 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.