Social Icons

Jumat, 03 Januari 2014

Masyarakat E- Life


Teknologi Informasi dan Komunikasi, E life style
Internet Masuk Desa
Globalisasi telah mengubah pola kehidupan masyarakat dari yang serba konvensional menuju serba instant. Perkembangan dan kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) berdampak pada terbentuknya masyarakat berbasis elektronik. Sepakat dengan McLuhan, kecepatan media elektrik mengembalikan kita pada lingkungan " ke-seketika-an " ( all at onceness ) dari kurun non cetak, non liniar dan non analitis.
Masyarakat semakin terbius ( dimudahkan ) oleh media berbasis elektronik seperti ; e-commerce, e-goverment, e-banking, e-library, e-book, e-mail, e-ducation, e-newspaper, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya Kementrian Komunikasi dan Informasi pun memiliki Program Desa Informasi sebagai salah satu respon dari perkembangan TIK berbasis masyarakat pedesaan. Jika program ini dilaksanakan dengan konsisten, kontinyu, tertarget, terintegrasi, dengan pengawasan dan evaluasi akan menjadikan masyarakat sadar, melek TIK. Kemudahan mengakses informasi pada segala bidang, menjadi salah satu indikasi tingkat pendidikan masyarakat suatu daerah.
Belum berkembangnya masyarakat pedesaan karena kurang tersedianya jaringan informasi, penguasaan teknologi, penguatan dan pengembangan sumber daya lokal, dll. Desa informasi tidak hanya masalah Jaringan Radio Komunitas ( JRK ) khususnya pedesaan, stasiun tv lokal, koran masuk desa, internet masuk desa, melainkan kesemua itu terintegrasi. Bagaimana mungkin TIK akan teraplikasikan di pedesaan, sedangkan instalasi listrik belum terpasang. Berapa banyak daerah di Indonesia ini yang masih mengalami " masa kecoblong " karena instalasi listrik belum terpasang  ?!. Atau yang telah terpasang instalasi listrikpun masih sering  " byar pet ".
Saya sempat mengalami masa itu, tahun 80-an awal, listrik belum masuk desa kami. Wajar pula kedua orang tuaku memberiku nama belakang ( bukan nama keluarga, seandainya mau ditambah pun masih bisa ditaruh dibelakangnya lagi ) padaku dengan ; " Sardian " ( Jawa ; sor dian, sor ; ngisor, terletak dibawah, kalah. Sedangkan  dian ; lampu, penerangan, cahaya, misbah, pelita ). Waktu aku dilahirkan tepat berada dibawah Dian Teplok, bukan listriknya Thomas Alva Edison. Bukan di rumah sakit tapi di rumah sederhana kami. Rumah kami sendiri. Bukan dibantu dokter atau perawat persalinan tapi seorang dukun beranak tetangga desa.
Baru dipertengahan tahun 80-an, listrik masuk desa kami. Sekarang saya pun menambahkan nama belakang dengan ; " Cybersufi 1 ", untuk menandai pertemuan antara api ( nar ) dan cahaya ( nur ). Api dari Dian Teplok dengan cahaya listrik Thomas Alva Edison.
Orang akan terus - menerus menjelajahi cyberspace webb yang meliputi berbagai hal ; sumber informasi, saluran - saluran gosip, penyampaian opini, analisa pasar, on line shopping, biro jodoh, layanan kencan, hiburan, pornografi, judi on line, dll.
Bagaimana mungkin, jika instalasi listrik telah terpasang dan internet masuk desa menjadikan nilai tambah bagi masyarakat sedangkan penguatan dan pengembangan sumber daya lokal tak tergarap ?!. Misalkan suatu daerah penghasil Beras terbesar di Indonesia bisa menginformasikan, menjual produk produknya via internet, sedangkan para petani tidak diperdulikan nasibnya. Akses permodalan, asuransi petani, proteksi terhadap harga produk lokal nasional terhadap produk import, riset - riset yang dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas Padi, tidak dijadikan kebijakan pertanian oleh pemerintah, petani kehilangan lahan pertaniannya akibat industrialisasi, bisnis properti, Koperasi Unit Desa ( KUD ), Badan Logistik ( BULOG ) belum berfungsi sebagaimana mustinya dan masih banyak lagi.
Memang masyarakat Indonesia telah berevolusi ; berburu dan meramu, nomaden --- pertanian, perkebunan ( agraris ) dan perikanan, kelautan ( maritim ), semi nomaden dan telah menetap --- industrialisasi. Masyarakat modern sadar betul, penguatan dan pengembangan sumber daya lokal tidak lantas ditinggalkan begitu saja karena industrialisasi. Berkurangnya lahan pertanian, pencurian hasil - hasil laut oleh pihak asing, persaingan harga suatu komoditas dan lainnya, seharusnya sudah tidak menjadi masalah. Teknologi, kearifan lokal dan regulasi peraturan adalah jawabannya.


Salah satu ciri masyarakat modern menurutku, bahwa setiap orang mendapatkan kemudahan mengakses sumber - sumber informasi dan penguasaan terhadap teknologi. Internet masuk desa ( Desa Internet ) bukan hanya sebatas masuk ( ngamplik ) tetapi dikelola Pemerinta Daerah setempat untuk mempermudah warga mengakses informasi serta memfasilitasi dalam penguatan dan pengembangan sumber daya lokal. Media elektronik pun memiliki dampak positif sekaligus negatif. Dengan nada yang skeptis, Cliff Stoll menulis bahwa internet sudah menjadi gurun data yang tak tersaring 2. 
Jika setiap orang sudah mempunyai kesempatan yang sama dan dapat dengan mudah mengakses sumber - sumber informasi, perlu ditekankan lebih lanjut adalah pengelolaan data dan informasi agar internet memberikan nilai tambah bagi masyarakat pedesaan khususnya, setiap orang pada umumnya. TIK berdampak negatif jika digunakan untuk hal - hal yang melanggar hukum.
Pada akhirnya, pembangunan " Desa Informasi " sangat penting dan mendesak untuk segera diaplikasikan secara konsisten, kontinyu, tertarget, terintegrasi, terawasi dan terevaluasi sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Walaupun dalam Dunia Cyberspace, tidak ada atau hilangnya batasan tempat ( nir-tempat ) dan waktu ( nir-kala ), pembangunan Desa Informasi haruslah peka terhadap kesenjangan pembangunan di Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur (  Teritori Demarkasi ).


Bantul, 03 September 2013.
( Footnotes ditambahkan pada 30 Desember 2013, setelah beberapa saat tulisan diendapkan ).


Catatan Akhir “ Masyarakat E- Life “


1 Istilah cyber digunakan kali pertama oleh Norbert Wiener pada tahun 1947, merujuk pada Bahasa Yunani yang berarti " the art of steering " atau seni untuk mengendalikan
( www.pangaro.com/published/cyber-mcmillan.html diakses pada 4 Juli 2011 ). Wiener menggunakan istilah cybernethics untuk menyebut bidang ilmu yang menyentuh disiplin ilmu yang telah ada, seperti Matematika, Biologi, Antropologi, Psikologi, Teknik Elektro, dan Neurofisiologi
( plato.stanford.edu/entries/ethics-computer/ diakses 5 Juli 2011 ). Diharapkan bidang ilmu ini dapat mendorong adanya interaksi yang kaya akan tujuan,prediksi, tindakan, umpan balik dan respon dalam sistem dari segala jenis disiplin ilmu yang telah ada.
( Syamsiyatun, Siti dan Nihayatul Wafiroh ( editors ). 2013. Filsafat, Etika dan Kearifan Lokal Untuk Konstruksi Moral Kebangsaan. Philosophy, Ethics and Local Wisdom in the Moral Construction of the Nation ( online version, PDF ). Geneva : Globethics.net. h.63. Cyberethics : Blogging Ethics Bagi Komunitas Cyber, oleh Dewi Puspasari ).

Ilmuwan yang menggunakan istilah cyber adalah William Gibson dengan cyberspace pada tahun 1982, mengacu pada sistem yang kompleks, representasi grafis, dari data yang dihasilkan setiap komputer ( www.pangaro.com/published/cyber-mcmillan.html diakses pada 4 Juli 2011 ). Istilah ini lambat laun mengacu pada world wide web atau internet. Dari definisi tersebut diatas, maka cyberethics adalah sistem nilai yang digunakan oleh komunitas pengguna internet.
 ( Syamsiyatun, Siti dan Nihayatul Wafiroh ( editors ). 2013. Ibid. h.63-64 ).


Julian Bigelow, Arturo Rosenblueth, and Norbert Wiener have concieved of feedback mechanisam as lending teleology to machinery. Wiener, a mathematician, coined the term 'cybernetics' to denote the study of  " teleological mechanisme ". Cyberetics is the study of the communication and control of  regulatory feedback both in living beings and machines, and in combinations of  the two.
In recent years, end-driven teleology has become contrasted with " apparent " teleology, I.e teleonomy or process-driven systems.
Teleology is any philosophical account which holds that final causes exist in nature, meaning that design and purpose analogous to that found in human actions are inharent also in the rest of nature. The word comes from The Greek, " telos " root : " end, purpose ". The adjective " teleological " has a broader usage, for example in discussions where particular ethical theories or types of computer programms ( such as  " Teleo-reactive " programms ) are sometimes described as teleological because they involve aiming at goals.
( Roudatul Islamic Kindergarten. 2013. Teleology.  Dalam : pesantrenbudaya.blogspot.com diakses pada 30 Desember 2013 ).


Sibernetika adalah sebuah studi interdisiplin tentang struktur sistem regulasi. Sibernetika berhubungan erat dengan teori informasi, teori pengendalian, dan teori sistem, setidaknya dalam bentuk urutan pertamanya ( Sibernetika urutan kedua memiliki metodologi krusial dan implikasi epistemologi yang mendasar untuk bidang tersebut secara keseluruhan ).
Keduanya dalam bentuk asalnya maupun evolusinya pada paruh kedua abad ke-20, Sibernetika sama - sama berlaku untuk fisik dan sistem sosial ( yang berbasis bahasa ).
Sibernetika kontemporer mulai sebagai studi interdisiplin yang menghubungkan bidang - bidang sistem kendali, teori sirkuit, teknik mesin, logika permodelan, biologi evolusi, neurosains, antropologi dan psikologi pada tahun 1940-an, sering dikaitkan dengan Konferensi Macy.
Istilah Sibernetika berasal dari Yunani kuno, Kybernetes, juru mudi, gubernur, pilot atau kemudi --- akar yang sama dengan pemerintah. Sibernetika adalah bidang studi yang sangat luas, tetapi tujuan penting dari Sibernetika adalah untuk memahami dan menentukan fungsi dan proses dari sistem yang memiliki tujuan dan yang berpartisipasi dalam lingkaran rantai sebab akibat yang bergerak dari aksi atau tindakan menuju ke penginderaan lalu membandingkan dengan tujuan yang diinginkan, dan kembali lagi pada tindakan.
( " Sibernetika "/id.wikipedia.org/wiki/sibernetika diakses pada 30 Desember 2013 ).


Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata " sufi ". Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari suf, Bahasa Arab untuk wol, merujuk pada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asketik Muslim. Namun tidak semua sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari sufi adalah sufa, yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada sufisme kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani, theosofie artinya ilmu ketuhanan.
( " Sufisme " dalam : id.wikipedia.org/wiki/sufisme diakses pada 30 Desember 2013 ).


2 Clifford Stoll, " The Internet ? Bah ! " Newsweek, 27 Februari 1995, h.41 dikutip dari : Landung Simatupang ( Penerjemah ). 2007. Pasca-Intelektualisme, Budaya Web. Dicuplik dan diterjemahkan dari Donald N. Wood, Post-Intellectualism and The Decline of Democracy The Failure of Reason and Responsibility in the Twentieth Century. Westport, Connecticut, London : Praeger, 1996. h.3-8. Dalam : Selarong, Volume VIII ( Tahun IV/2007). Yogyakarta : Dewan Kebudayaan Bantul. h.163-164 ).
by Facebook Comment

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda akan memperkaya wawasan.