Semua orang memandang dunia sebagai satu kesatuan melalui sistem inderawi. Namun indera manusia hanya dapat mengungkapkan dunia yang terpecah-pecah dan tidak komplit. Bahkan pikiran yang jauh mengembarapun hanya dapat melihat sebagian saja dari dunia ini selama masa hidupnya. Pemahaman kita tentang "realita" merupakan sikap percaya berdasarkan penggalan-penggalan tersebut. Sewaktu bayi kita tidak akan memahami kepercayaan itu. Jika kita tidak dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium atau menyentuhnya, maka kita menganggapnya tidak ada.
Permainan "Ciluk ba" (Inggris : Peek a boo) salah satu contohnya. Secara bertahap kita belajar bahwa walaupun kita melihat seseorang hilang dan muncul, tetapi seseorang tersebut masih tetap berada disitu, ditempatnya semula. Akan halnya permainan sulap, dimana penyulap seolah menghilang setelah kain penutup dirinya dibuka. Padahal ada ruangan khusus yang disiapkan oleh tim sulap agar pesulap tersebut dapat bersembunyi. Ruang yang tak terlalu jauh dari letak semula. Sulap (magic) mengacu pada sebuah teknik yang dirahasiakan untuk melakukan adegan sulap. Orang lazim menyebut adegan itu sebagai hal yang ajaib, magic.
Dalam teknologi, sistem inderawi manusia yang terbatas itu dikembangkan lagi melalui Sistem INDRAJA ( Penginderaan Jarak Jauh ).
"Bagaimana warna pohon itu ?!".
Senyatanya pohon itu berwarna kecoklatan, dengan daun kehijauan.
"Kuning, hitam, coklat, hijau, ungu"
"Apa lagi ?!"
"Putih sedikit keabuan".
Apa saya keliru melihat pohon itu ?!, tapi begitulah emosiku ketika melihatnya. Lalu apa yg kita percayai ?!.
(Diambil dari Catatan Facebook Panji Cybersufi dengan revisi seperlunya, 13 April 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.