Social Icons

Rabu, 06 Agustus 2014

Pengembangan Kelompok Kesenian Tradisional


Seni Budaya Indonesia, Tarian Indonesia, Musik Indonesia
Budaya Indonesia
Ada baiknya jika kelompok kesenian tradisional disetiap daerah menguasai teknis menejerial organisasi.
Kelompok kesenian yang telah berbadan hukum dengan akta pendirian, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama kelompok, pengelolaan keuangan yamg profesional, manajemen pertunjukan dan program karya (kerja).
Selain untuk meningkatkan kualitas, hal ini bertujuan untuk menaikkan posisi tawar para seniman dalam masalah tarif pertunjukan. Selain itu pemerintah bisa berperan dalam nguri-nguri kesenian tradisional (modal, wahana pentas, standarisasi tarif pertunjukan, kesehatan, dll).
Tetapi kelompok kesenian tradisional juga harus mempunyai modal sendiri untuk membiayai segala aktivitas, agar mereka tidak menjadi corong penguasa. Akhirnya, mereka bisa saja terbeli.
Makhluk yang bernama seniman itu pada dasarnya mencintai kebebasan. Kebebasan yang bagaimana, tentu masih bisa didiskusikan bersama.
Banyak hal yang perlu dicermati lebih lanjut ; perkembangan kesenian telah bergerak dari ranah inividu ke ranah kelompok, sudah tepat saatnya kesenian melibatkan multi dan interdisiplin ilmu pengetahuan senada dengan pluralitas masyarakat Indonesia, pemetaan kesenian tradisional yang memuat berbagai aspek mulai dari keseniannya, senimannya sendiri, dll. Multi dan interdisiplin ilmu pengetahuan dalam kesenian tersebut perlu dikembangkan program yang terintegrasi. Kelompok-Kelompok kesenian tradisional selama berkarya, sadar atau tidak sadar telah melakukan "menejemen pertunjukan" (pra produksi, produksi, pertunjukan, evaluasi). Menejemen pertunjukan ini yang perlu ditingkatkan secara profesional.

Lalu bagaimana mengurusnya. Pemetaan kesenian tradisional menjadi penting sebagai landasan awal strategi dan bahan kajian. Kesenian tradisional diberbagai daerah mempunyai permasalahannya masing-masing. Konsep integrasi dalam kesenian tradisional akan menemukan wadahnya melalui konsep desa wisata, salah satunya. Konsep desa wisata dengan paduan konsep berkesenian secara kelompok, membuka peluang seluasnya bagi masyarakat untuk mengelola sendiri konsep dan aplikasinya. Artinya sisi manejerial dan organisasi terbentuk secara profesional, berbadan hukum.
Memang pada dasarnya tugas seniman adalah berkarya. Berkarnya merupakan proses dari pra produksi, produksi dan sosialisasi karya. Dengan demikian akan terjadi dinamika, menimbulkan kritik karya sebagai bentuk apresiasi.
Budaya Nasional, Budaya Lokal, Konep Desa Wisata
Kelompok Kesenian di Indonesia
Konsep kuratorial residensi juga perlu disinergikan dengan konsep kesenian berkelompok. Dari perluasan pengembangan kajian ini akan menimbulkan bentuk baru, yaitu ekonomi kreatif.
Sekarang ini kita menghadapi tantangan ; melestarikan kesenian tradisional dan mengembangkannya. Melestarikan dalam hal ini bersifat stagnan dalam bentuk karya seni (seni tradisi murni), bertujuan agar kesenian tersebut tetap eksis. Jalannya sudah pasti ; strategi kebudayaan khususnya sisi menejerial.
Mengembangkan kesenian tradisional berarti masalah eksplorasi dilandasi kreatifitas untuk "mencipta ulang" kesenian daerah agar diapresiasi masyarakat (khususnya generasi muda). Masalah timbul jika eksplorasi tersebut mencerabut akar identitas seni tradisional. Kesenian tradisional kehilangan ruh. Bukan lagi mahakarya yang bisa dihadirkan.
Kualitas dan kuantitas seni tradisional perlu dicermati. Masyarakat kita dengan identitas seni budaya, akhirnya mampu melakukan diplomasi kebudayaan dengan bangsa lain, bukan dengan sikap inferiority complex.
Kesenian daerah merupakan puncak-puncak pencapaian kesenian dan kebudayaan nasional yang merupakan bagian penting dari kebudayaan dunia.

(Diambil dari status Facebook Panji Cybersufi dengan revisi seperlunya, 28  Juni 2014).
by Facebook Comment

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda akan memperkaya wawasan.