Social Icons

Senin, 04 Februari 2013

Wonokromo


Wonokromo 1

Aku mengenal kakek buyutku dari ibuku sendiri. Beliau tidak melakukan sesuatu yang besar dan berharga pada masa hidupnya. Bagiku kakek telah melakukan hal yang besar untuk keluarga. Hal kecil namun terus dikenang sampai sekarang, bahkan wujudnya masih ada.
“ Apa aku akan dikenang oleh cucu cicitku ?! “. Bisiku dalam hati.
“ Sekedar nama saja “.
Aku selalu berpikir seperti itu. Lamat - lamat mulai terbayang sosok kakek buyutku. Dari atas kebawah, kenangan menjadi nyata. Sosok masa lalu menjelma muda pada diriku.
Lalu Ibu akan bercerita begitu fasihnya tentang beliau. Menurutnya, ketika bercerita padaku ia menemukan kembali sosok kakek buyut. Mirip secara fisik dan beberapa sifat dasar pada diriku. Entah Ibu mengetahuinya dari mana. Aku sangat menyayanginya maka kupercayai saja ceritanya.

Peta jogja, Peta Kabupaten Bantul
Suatu senja, kami sekeluarga menantikan Bedug Maghrib. Suruping mega abang lan kuning disisi Barat. Aku menghitung hari dengan umurku sendiri. Seperti kata bapak,
“ Hidup akan bermakna, setidaknya jika ada waktu untuk menunggu “.
Saat menunggu untuk berbuka puasa. Betapa sederhana.
“ Lihatlah !”
Ibu menunjuk Pohon Rambutan depan rumah. Daunnya lebat, batangnya kokoh, dan rantingnya terus tumbuh bercabang. Mulai berbuah kehijauan, kemerah - merahan. Beberapa Semut mengerumuni rapi. Pada batangnya terdapat goresan - goresan si tangan jahil. Dari ruang depan, goresan yang sudah mulai mengering dapat terbaca, “ Marhaban “.
“ Kakek buyutmu bernama Wonokromo “. Masih memandang Pohon Rambutan.
“ Seorang seniman yang sederhana. Menikah dan meninggal di dusun itu juga. Dahulu masih berupa hutan belantara “.
Radio menyiarkan pengajian Mbah Kyai Mabarun. Suaranya khas, jika bercerita begitu sederhana tetapi mengena. Pas dihati masyarakat mBantul.
Rambutan itu akan berbuah lebat waktu Bulan Ramadhan atau selepas Lebaran.
“ Tulislah sesuatu untuknya “.
Pelan - pelan mataku mulai basah. Pohon itu sering disirami Jenang 2. Biar subur, menurut bapak kata kakek buyutku.
Pohon - pohon itu seperti manusia. Jaringan Kambiumnya menyerap mineral - mineral sampai keatas menjadikan hasil - hasil yang bersintesa. Buah - buah yang masak, pohon - pohon yang bernapas.
Rambutan itu menjadi bagian dari hutan belantara. Pohon - pohon berhubungan dengan manusia melalui Sistem Totemisme3.
Daun - daun menguning berguguran tertiup angin membentuk lingkaran disekitaran Pohon Rambutan.

Jogja, 24 April 2011.

_____________________________
1Nama Dusun di Jogja, Kabupaten Bantul, Kecamatan Pleret. Dekat situs Kerta ( Mataram Islam ).
2 Bubur.
3Suatu kepercayaan yang menganggap bahwa Manusia bersaudara dengan tumbuhan dan hewan. Dalam kepercayaan Hindu jaman dahulu, ditandai secara sederhana dalam penggunaan nama orang. Contoh : Gajah Mada, Hayam Wuruk, Kebo Kenongo, Ny. Pohon Haji.
Hubungan yang harmonis antara manusia-alam-Tuhan terlukis sempurna dalam Qs. As Syams.
by Facebook Comment

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda akan memperkaya wawasan.