Social Icons

Senin, 04 Februari 2013

Gus Dur : Sebuah Buku Yang Selalu Terbuka Oleh Arif Gumantia



Kehilangan Gus Dur bagi saya dan juga kita adalah sebuah kehilangan yang tak terperi. Meskipun saya selalu menghiburnya dengan kalimat : Gus Dur tidak pergi hanya pulang. Tapi sungguh, saya sangat kehilangan “ pendekar ” dengan jurus - jurusnya yang tak terduga dalam memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan di negara kita tercinta ini.
Saya juga sependapat dengan kalimat dari Gus Yahya Cholil Staquf : “ Aku tak pernah berhenti percaya bahwa seandainya yang menjadi presiden waktu itu adalah Gus Dur sebelum sakit, pastilah hari ini Indonesia sudah punya wajah yang berbeda, wajah yang lebih cerah dan lebih bersinar harapannya.”
Meskipun sering kita hanya bisa senantiasa bengong dan takjub oleh gagasan-gagasan dan tindakan - tindakannya.
Gus Dur adalah sebuah buku yang terbuka. Yang senantiasa siap kita baca, kita tafsirkan, kita diskusikan, dan barangkali juga siap untuk dicaci maki oleh lawannya, meskipun Gus Dur tidak pernah memposisikan bahwa, mereka yang berbeda ide dan pemikiran adalah sebagai seorang “ lawan ” tapi lebih sebagai sahabat berdiskusi dan beradu argumentasi. Sebagai sebuah Buku sangat lah menantang untuk dibaca Karena Gus Dur tidak mengikuti arus, juga tidak melawan arus, tapi Gus Dur menciptakan arus pemikiran - pemikiran, yang tidak hanya berhenti pada sebuah ucapan yang bombastis, tapi secara konsisten juga diwujudkan dalam perilaku, tindakan, dan amaliyah beliau.

Gus Durian
Ketika begitu banyak orang meributkan masalah pornografi, Gus Dur melontarkan kalimat : kalau mau mengajari orang baris berbaris ya harus tahu baris berbaris yang benar dulu. Juga sebuah kalimat yang kontemplatif : “ Porno atau tidak, itu ada dalam kontruksi pemikiran Kita ”. Kalau pikiran sudah “ ngeres ” melihat seseorang yg tertutup rapat auratnya pun akan bangkit nafsu syahwatnya.
Saat menjadi Presiden, Orang - orang mengecam kegemarannya berkeliling dunia, padahal kalau kita cermati negara yang beliau kunjungi itu identik dengan daftar undangan Konferensi Asia - Afrika. Brasil mengekspor sekian ratus ribu ton kedelai ke Amerika setiap tahunnya, sedangkan kita mengimpor lebih separuh jumlah itu, dari Amerika pula. Maka Gus Dur ke Brasil agar kita dapat membeli langsung kedelai dari sumbernya tanpa makelar Amerika. Venezuela mengimpor seratus persen belanja rempah - rempahnya dari Rotterdam, sedangkan kita mengekspor seratus –persen rempah - rempah kita kesana. Maka Gus Dur mencoba menawari Hugo Chavez membeli rempah-rempah langsung dari kita. Gus Dur mengusulkan kepada Sultan Hasanal Bolkiah untuk membangun Islamic Financial Center di Brunaei Darussalam, lalu melobi negara - negara Timur Tengah untuk mengalihkan duit mereka dari bank - bank di Singapura kesana.
Tapi media dan orang - orang menyebut Gus Dur suka pelesir, bukan memberi sebuah apresiasi sebagai sebuah langkah taktis untuk melawan ketidak adilan dalam tata perdagangan internasional. Padahal itu adalah sebuah langkah kuda dalam catur atau langkah cerdik agar tidak menyerang kekuatan - kekuatan dunia secara frontal. Dan agar negeri ini tidak menjadi “ pekathik ”-nya negara lain dan hanya bisa “ sendiko dawuh ”.
Langkah - langkah tersebut dilakukan bukan dalam rangka tebar pesona dan pencitraan . Untuk hal - hal yang prinsip, seperti perjuangan kedaulatan hukum, Pancasila, UUD 45, membela yang diperlakukan tidak adil, Gus Dur tidak pernah berhitung secara politis. Apakah ucapan dan tindakan - tindakannya populer, semua dikesampingkan. Suatu misal ada penyerangan warga Ahmadiyah, kita pasti langsung mendapati Gus Dur berbicara di Media, menuntut tanggung jawab pemerintah. Tak peduli hal demikian akan menurunkan popularitasnya.

Gus Dur seperti sebuah buku yang spektrumnya begitu luas, karena begitu luas wawasan intelektualitasnya juga bidang yang diperjuangkannya, dari artikel - artikel dan kolom - kolomnya dulu yang tersebar di media masa dapat kita baca. Ada artikel tentang sepakbola, artikel tentang budaya, politik. Juga kegemarannya dalam mendengarkan musik, mulai musik timur tengah, musik tradisional, sampai lady rocker Janis Joplin. Dan juga ketertarikannya pada dunia sastra. Gus Dur pernah mengatakan 2 novel indonesia yang paling beliau sukai adalah Bumi Manusia - nya Pramoedya Ananta Toer dan JalanTiada Ujung - nya Mochtar Loebis.
Tetapi spektrum yang demikian luas tersebut dapat kita tarik benang merah menjadi 9 nilai dasar GUS DUR.

1. KETAUHIDAN, Ketauhidan bersumber pada Allah, satu - satunya Dzat yg hakiki yg maha cinta kasih, yg disebut dg berbagai nama. Ketauhidan yg bersifat ilahi, diwujudkan dlm perilaku dan perjuangan sospol, ekonomi, budaya dalam menegakkan nilai - nilai kemanusiaan.

2. Kemanusiaan.memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya.dan Gus Dur selalu membela kemanusiaan tanpa syarat

3. Keadilan, karena keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan maka harus diperjuangkan.martabat manusia hny bs dipenuhi dg adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam masyarakat maka Gus Dur selalu melindungi dan membela kelompok masyarakat yang diperlakukan tidak adil, karena ini merupakan tanggung jawab moral kemanusiaan.

4. Kesetaraan, bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yg sama di hadapan Tuhan. Kesetaraan meniscayakan perlakuan yang adil GUS DUR sepanjang hidupnya membela yang tertindas dan dilemahkan, termasuk kaum minoritas dan marjinal

5. Pembebasan. semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa - jiwa yang merdeka, bebas dari rasa takut. maka sepanjang kehidupannya GUS DUR selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa - jiwa merdeka.

6. Kesederhanaan, sebuah sikap dan perilaku yang wajar dan patut. Menjadi konsep kehidupan yang menjadi jati diri. Dalam hal ini kesederhanaan akan menjadi budaya perlawanan terhadap budaya elit saat ini yang berlebihan, materialistis, dan koruptif.

7. Persaudaraan yang bersumber pada penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan untuk menggerakkan kebaikan Gus Dur dalam hidupnya memberi teladan dan menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran.

8. Keksatriaan, bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai - nilai yang diyakini. Keksatriaan Gus Dur menunjukkan integritas pribadinya yaitu penuh rasa tanggung jawab, siap dengan konsekuensi yang dihadapi, serta istiqomah. Juga mengedepankan kesabaran dan ikhlas dalam menjalani proses yang seberat apapun dan menyikapi hasil yang dicapai.

9. Kearifan lokal, bersumber pada nilai - nilai sosial budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik masyarkat. Menurut Gus Dur kearifan lokal indonesia di antaranya berwujud pada Pancasila, UUD 45, prinsip Bhinneka Tunggal Ika, juga yang berisi seluruh tata nilai kebudayaan nusantara yang beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan lokal menjadi sumber pijakan, gagasan dan pijakan sosbudpol dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban.

Sebagai sebuah buku yang terbuka dan terus bisa dibaca dan dikaji, 9 nilai dasar ini semoga akan dapat terus kita perjuangkan, tentunya atas ridho dari Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Dimana kalau kita lihat para elit penguasa saat ini, sudah begitu kehilangan nilai - nilai hakiki tersebut. elit penguasa yang ada hanyalah memperjuangkan kepentingan kelompok dan kroni - kroninya, sementara rakyat hanyalah sebagai obyek penderita.

Meskipun saya tak pernah mampu menangkap secara tepat setitik pemahaman yang berarti dari ilmumu Gus, tapi semoga tulisan ini bisa menjadi pengobat rinduku padamu. Dan semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyelimutkan kasih sayang buat Gus Dur di surga. juga semoga Allah mencurahkan segala kasih - Nya pada bangsa tercinta ini, juga rakyatnya yang masih banyak dirundung duka nestapa. Amin.


Madiun, 16 april 2012

Arif Gumantia
Arif Gumantia
Gusdurians Madiun dan Penasehat 
Majelis Sastra Madiun.

by Facebook Comment

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda akan memperkaya wawasan.