Social Icons

Kamis, 14 Maret 2013

Perempuan Itu



Dua orang mengikat 2 pikulan kayu lonjoran panjang dengan sayatan kulit bambu muda. Lumayan banyak kayu yang sudah tua. Tinggal dijual keliling dusun dengan sepeda kayuh. Dua buah ikatan kayu panjang diikat disamping sepeda persis keronjot.
Keduanya duduk sambil mengibas - ngibaskan topi kemuka. Seorang menyulut tembakaunya. Aroma khas segera mengabar cepat. Si pendek berdiri, berjalan menuju semak belukar. Dibukanya celana, sambil masih klempas - klempus. Suara air jatuh ke ranting dan daun kering. Beberapa lembar daun dipetik sebagai ganti air untuk membersihkan. Terasa aneh ketika memetik daun , beberapa bagian rimbun menyibak. Ada ranting dan daun teronggok layu, kering di tanah seperti baru beberapa hari dipotong. Terlebih mulai tercium bau menyengat. Perlahan disibakkanya gerumbulan. Bau aneh dan bau tembakau itu semakin mendekat. Tiba - tiba kakinya menyandung sesuatu. Ia terkejut, pandangannya belum jelas benar. Masih tertutup ranting dan daun yang sengaja dipotong untuk menutupi.
    “ Kang coba lihat !”

Teropoh - gopoh temannya lari kearah datang suara. Mereka berpandangan. Mereka mulai menyingkirkan ranting dan daun yang menutupi. Semakin penasaran. Bau itu semakin tercium bercampur aroma tembakau. Biasanya hutan itu sepi hanya beberapa orang yang mencari kayu itupun tidak setiap hari.
Sepasang tumit yang mulus melingkar gelang emas berkilauan dikaki kiri. Mereka berpandangan, gaun tipis dengan warna lembut, kelihatan masih baru. Ujung gaunnya yang pendek tersingkap, tanpa celana dalam. Gaun yang berenda bunga - bunga di bagian dada. Mengembang sempurna. Pada leher jenjangnya terdapat bekas jeratan. Matanya melotot, bibir merah merekah tipis.
Si pendek meraba gelang itu.
    “ Huss !”
    “ Kita lapor polisi saja ”
    “ Ini rejeki kita kang ”
    “ Tempat ini tidak jauh dari kompleks pantai ”
    “ Ini rejeki. Kita ambil gelangnya dan lapor polisi ”.
Suara Ranger dai kejauhan memecah kesunyian hutan , juga sekawanan Anjing hutan mengonggong berlarian. Lidahnya menjulur, bernapas, menyusur arah bau. Gerumbulan semak bergoyang, udara menyalak. Anjing hutan dengan cepat dan beringas mendekati sumber bau. Kedua orang pencari kayu itu terkejut. Sekawanan Anjing hutan mengelilingi mereka, menjulurkan lidah dan terus menyalak. Taring - taringnya tajam, sorot matanya ganas. Semakin menyalak, siap menyerang. Suara Ranger mendekat. Dua ekor Anjing menerkam, 3 ekor lagi dari belakang. Mereka berusaha menghalau dengan kayu seadannya. 1 ekor berhasil menggigit punggung si Pendek, temannya segera memukul anjing itu. Gigitan terlepas, pergulatan semakin seru. Lama kelamaan walaupun harus bersusah parah, keduanya berhasil mengusir kawanan Anjing. Beberapa bagian tubuh mereka terluka mengeluarkan darah.
    “ Sial ! ”
Tubuh perempuan itu sedikit tercabik, nyaris telanjang. Belum sempat keduanya berpikir dan beristirahat, suara Ranger beberapa meter dibelakang mereka. Suara mesin yantg dimatikan beberapa saat kemudian. Suara langkah menginjak semak - semak. Semakin lama mendekati perempuan itu. Si pendek menyerobot gelang dikaki perempuan itu. Keduanya lekas bersembunyi di balik gerumbulan.
    “ Semoga tidak melihat kita ’ masih terengah - engah
    “ Sst…. Diam ”
Semakin membenamkan tubuh dibalik gerumbulan.. Sepertinya orang itu sudah hapal hutan itu. Lelaki itu tekejut melihat perempuan yang tercabik - cabik. Segera memeriksa keadaan sekitar. Putung rokok masih kemelus didekat mayat, juga dua buah pikulan kayu.
    “ Sial ! ”
Tempat itu sudah tak karuan, bekas pertarungan. Memang beberapa saat lalu, lelaki itu mendengar rebut - ribut. Gonggongan Anjing dan teriakan orang. Matanya tajam menatap perempuan telanjang didekatnya
    “ Dasar perempuan murahan ! ”
Seorang mengintai, mengusap laras double barreled nya. Kedua pencari kayu semakin membenamkan tubuhnya pada gerumbulan. Nyaris tak bernapas dan terkencing - kencing.
    “ Seharusnya kita langsung lapor polisi ” dengan suara berbisik.
Mereka berpandangan. Si pendek menggenggam erat gelang emas yang sedikit bercampur darah. Keduanya semakin penasaran dengan lelaki berjaket kulit hitam dan tas besar itu. Perlahan dikeluarkan dari tas besarnya. Dipakainya sarung tangan hitam. Ia mulai memasukkan tubuh wanita itu dalam kantung, seperti kantung mayat atau sleeping bag barangkali.
Sekawanan Anjing terlatih melintas cepat juga seekor Menjangan muda. Beberapa ratus meter arah utara dari 2 pikulan kayu. Sama arah dengan seorang mengintai, mengusap laras double barreled nya. Menjangan muda itu lari kearah selatan kira - kira 1 kilometer. Lurus ke timur 1 kilometer lebih cepat lagi ke utara kira - kira 1 kilometer. Berhenti sejenak mengibas - ngibaskan bulunya. Dari binocular, pemburu itu melihat pikulan kayu itu.
*
Lelaki berjaket kulit hitam bergegas. Gerombolan bergerak, lolongan Anjing semakin keras. Sekawanan Anjing menyerang dengan ganas. 1, 2, 4, 8, bayangan melipat gandakan suara. Tidak ada waktu untuk menghindar sekawanan Anjing merangsek tanpa memberi ruang gerak sedikitpun. 1, 2 bisa dihindari. Pergulatan semakin ganas. Untung lelaki berjaket bisa meloloskan pistolnya. Beberapa kali tembakan membabi buta. 1, 2 kena udara. Beberapa anjing mendekati persembunyian pencari kayu. Binocular mengintai, Menjangan muda berhenti di dekat pikulan kayu, ia menarik pelatuknya. Sebenarnya para pemburu tidak ingin memburu Menjangan. Terdengar letupan 2 kali dan gonggongan Anjing dari utara.
    “ Susul arah bau ! ”
*
Aku masih di depan cermin memperhatikan setiap inchi tubuhku.
    “ Apa Yoni mengenali kami ?! ”
**

Jogja, 01 september 2008.
by Facebook Comment

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda akan memperkaya wawasan.