“
Pada Hari Minggu ku turut ayah ke kota,
naik
Delman istimewa ku duduk dimuka,
melihat
Pak Kusir yang sedang bekerja,
mengendarai
Kuda supaya baik jalannya,
duk,
thik, dak, thik, duk, thik, dak, thik, duk, ...
suara
sepatu Kuda “.
Masih
ingat lagu anak – anak tersebut ?!.
Delman (
Andhong, Kereta Kuda, Dokar ) merupakan salah satu angkutan darat,
keberadaannya lambat laun mulai tergerus zaman. Digantikan model
angkutan yang lebih modern, efisien, nyaman, cepat dan dapat
mengankut secara masal. Perkembangan teknologi transportasi yang
serba cepatpun berdampak ganda. Menguntungkan serta merugikan.
Kemacetan, kecelakaan lalu lintas dan polusi. Polusi udara di kota –
kota besar telah melebihi ambang batas. Cobalah pergi ke pusat kota
mengendarai sepeda motor, memakai baju putih tanpa jacket. Pastilah
warna baju akan berubah kusam akubat emisi kendaraan bermotor. Banyak
kendaraan yang tidak laik jalan. Itu baru baju yang tidak bisa
menyerap, belum paru – paru yang setiap hari menghirup udara yang
terkontaminasi dengan berbagai polutan.
Menyadari
akan kondisi tersebut, teknologi transportasi mulai mengembangkan
model angkutan yang ramah lingkungan. Lalu apakah musti kembali pada
model angkutan tradisional ( Andhong, Kuda, sepeda, becak, kapal
layar, dll ), ataupun kembali ke Zaman Batu The Flinstone ?!.
Sebenarnya
tidak perlu dikuatirkan, transportasi modern menggeser keberadaan
angkutan tradisional. Semua mempunyai fungsinya masing – masing.
Sudah beberapa lama, Dinas Perhubungan DIY membuat peraturan tentang
Andhong. Andhong harus mempunyai plat nomor, nomor rangkan dan Surat
Ijin Operasional Kendaraan Tidak Bermotor ( SIOKTB ).
Bertujuan agar Andhong menjadi model angkutan wisata, sehingga
pemiliknya dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik terhadap
masyarakat ( khususnya wisatawan ). dalam hal ini, keberadaan Andhong
tak tergantikan model transportasi lainnya dari segi
ketradisionalannya dan merupakan salah satu Icon wisata Jogja.
Hotel
Santika Jogja mempunyai konsep dalam memanjakan tamu, khususnya
wisatawan manca negara dalam pelayanan. Suatu ketika tamu hotel
dijemput dengan Andhong untuk
diner
di Joglo
Mlati.
Menu lokal ditambah live
performent sendra
tari, benar – benar membuat aura Jogja ( Jawa ) begitu kental.
Ditambah arsitektur Joglo dengan penerangan obor dan lilin. Para
pecinta wisata budaya seperti dimanjakan.
Kereta
Kuda ( secara lebih luas ; kereta yang ditarik hewan ) selain sebagai
angkutan juga memiliki nilai ekonomi dan status sosial bagi
pemiliknya. Andhong sebagai angkutan wisata, gerobag yang ditarik
Sapi ( Pedati ) umumnya dimiliki oleh rakyat jelata. Zaman dahulu
berfungsi sebagai alat angkutan barang, bahkan orang. Sekarang sudah
mulai tergantikan dan ditinggalkan sama sekali.
Kereta
Kyai Garuda Yeksa
dipergunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono secara turun temurun
untuk kirab setelah penobatan sang raja. Kereta
Janasa
dipakai mengantarkan jenazah Raja = raja Jogja menuju Pemakaman
Imogiri. Kereta
Kyai Jaladara, Kereta Kyai Manda Juwala, Kereta Kutaka Kaharjo,
Kereta Kyai Kanjeng Nyai Jimat, Kereta Kyai Harsunogo, dan Kereta
Landrowerisam
merupakan koleksi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang sarat nilai
budaya dan status sosial pemakainya.
Gbr. Andhong Sebagai Angkutan Wisata |
Menjadikan
Andhong sebagai salah satu model angkutan wisata, memerlukan penataan
ruang lebih lanjut. Tidak elok ketika wisatawan berkeliling dengan
Andhong ditepian pantai, sementara banyak turis yang sun
bathing.
Salah satu contoh sederhananya.
Sudah
banyak konsep yang diajukan mengenai penataan kawasan Malioboro. Dari
konsep area Tugu Jogja ( Pal Putih ) sampai Keraton, seharusnya
difungsikan sebagai area pejalan kaki dan kendaraan tak bermotor,
penataan lahan parkir, pembangunan jalan alternatif dan lainnya.
Sekian banyak konsep tersebut hanya mandeg
pada tahap aplikasi, karena ( lagi – lagi ) terkendala oleh
“ kepentingan
ekonomi “ dari pihak tertentu.
Terkadang
pemandangan kontras juga menakjubkan. Ketika modernisasi dan tradisi
berjalan beriringan. Suara Kereta Api di Stasiun Tugu, Bus Trans
Jogja berhenti di Halte Malioboro, deretan Tukang Becak menunggu
penumpang, ramai kaki lima, angkringan dan lesehan mulai buka, toko –
modern dan mall menggelar cuci gudang, Pasar Tradisional Bering Harjo
ramai tawar – menawar, pejalan kaki maju mundur menyeberang jalan,
klakson kendaraan bersahutan, pengendara motor memakai hot pants
kelihatan celana dalamnya dari belakang, para turis bercanda dalam
Andhong menuju keraton, sedangkan Big Yellow Taxi took my girl away,...
Bantul,
06 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.