“
Yang menguasai jalan, ia menguasai waktu “
(
Konohamaru, karakter dalam Komik Naruto
karya
Masashi Kishimoto )
“ Jam
berapa sekarang ?! “ hal itu sering kita tanyakan. Manusia selalu
terikat ruang dan waktu. Manusia pula yang mengikat segala benda dan
non bendawi, secara sadar ataupun tidak sadar dengan ruang dan waktu
itu sendiri.
Kembang
Wijaya Kusuma itu mekar di beranda depan rumah Khrisna pukul 24.00
WIB pada Minggu Pon. Dalam Pandom
Dina
( Jawa ), Minggu ( 5 ), Pon ( 7 ) mekarnya kembang jam 12 malam ---
klop !. Padahal Hari Minggu adalah waktu libur. Harusnya orangpun
libur memikirkan sesuatu.
Dari
kejadiaan sederhana tersebut juga rumus othak athik gathuk hasil dari
budaya iseng, bahwa manusia adalah makhluk yang selalu mengikat
segala benda dan non bendawi dengan ruang dan waktu. Tumbuhan (
Kembang Wijaya Kusuma ) sudah mempunyai sistem, peraturan sendiri
mengenai 5 W + 1 H untuk berkembang. Bahkan tanpa campur tangan
manusia sekalipun. Wijaya Kusuma tetap berkembang. Pada dasarnya alam
menjadi alami, manusia menjadi manusiawi. Pada tahap seperti itulah
terjalin relasi simbiosis ( mutualisme, komensialisme dan parasitisme
).
ah
!, bahas kembang tidak ada habisnya, karena terus berkembang ( alam,
pengetahuan dan teknologi ).
Kadang
kala kita merasa, suatu waktu begitu cepat berlalu ataupun begitu
lambat dari ukuran biasanya. Tatkala menunggu, Hari Jum`at begitu
pendek sedang Malam Minggu begitu panjang. Pikiran dan perasaan. Maka
wajarlah jika Hari Jum`at dipergunakan untuk hal – hal yang
berkaitan dengan pengurangan. Memotong rambut, merapikan kuku,
mengurangi jumlah aktivitas kerja dan lainnya. Akan halnya dengan
Malam Minggu yang begitu panjang, karena masih disambung libur di
pagi harinya. Permainan pikiran dan perasaan.
Bahkan
waktu seolah berhenti pada aktivitas meditasi yang dalam, do`a yang
khusyuk dan ritual – ritual berdiam diri lainnya. Pikiran yang tak
bergeming menurut Miyamoto Musashi.
Gbr. Waktu Kesatuan Indonesia ( WKI ) |
Antara
Tahun Saka, Tahun Jawa Dan Tahun Hijriyah
Baik
Tahun Saka, Tahun Jawa Dan Tahun Hijriyah sampai sekarang masih
dipergunakan di Indonesia. Tahun ( kalender ) Saka dimulai pada tahun
78 M. Dasar perhitungannya merujuk pada sejarah mendaratnya Aji Saka
di Pulau Jawa. Selain menciptakan kalender, ia juga menciptakan Huruf
Jawa ( Ha Na Ca Ra Ka ).
kalender
saka dimulai 17 Maret 78 M. Dalam sau tahun terdiri dari 12 bulan.
Bulan ke-1 Srawana hingga bulan ke-12 Asadha. Sebelum datangnya
Kalender saka, Orang Jawa telah mempergunakan Petangan
Jawi
dengan sistem perhitungan Pranata
Mangsa.
Pada awalnya Pranata Mangsa hanya 10 masa. Sesudah mangsa
ke-10, orang menunggu cukup lama dimulainya lagi mangsa
ke-1 ( Kasa atau Kartika ), yang jatuh pada tanggal 22 Juni. Masa
menunggu yang lama, akhirnya ditetapkan mangsa
ke-11 ( Destha atau Padrawana ) dan mangsa
ke-12 ( Saddha atau Asuji ).
dalam
perkembangannya, Kalender Saka berjalan beriringan dengan Kalender
Pranata Mangsa.
Meskipun
Kalender Pranata Mangsa sudah dipergunakan sejak zaman dahulu,
pembukuannya baru dilakukan pada masa Susuhunan Paku Buwono VII (
1855 M ).
Tahun
Jawa selain mempergunakan Sistem Pranata Mangsa juga mengadopsi Tahun
Saka yang ada. Hal itu merupakan sikap keluwesan, adaptasi yang
tinggi dari sifat dasar Masyarakat Jawa. Akulturasi, asimilasi dan
sintesa budaya. Karena Orang jawa selalu menganggap bahwa budaya
asing adalah tamu.
Terbukti
pada masa Sultan Agung Hanyokro Kusuma merubah ( lebih tepatnya
me-re-inventing
) Kalender Jawa secara revolusioner. Kalender Saka yang sudah
berjalan hingga 1554, secara otomatis sebagai patokan dan diteruskan
menjadi tahun 1555. Kalender Saka mempergunakan Sistem Solar (
Syamsiyah atau Matahari ), sedangkan Kalender Jawa mempergunakan
Sistem Lunar
(
Qomariyah atau Bulan ). Perubahan itu terjadi 1 Sura Tahun Alip 1555,
bersamaan 1 Muharram 1043 Hijriyah, Jum`at Legi 8 Juli 1633.
Kebijakan
cemerlang sebagai ide raksasa ini tidaklah sederhana, memerlukan
kajian yang mendalam dari para ahli falak dan ilmu perbintangan waktu
itu. Hingga saat ini kalender itu masih dipergunakan. Secara ilmiah,
para ahli diseluruh dunia menamakan Anno
Javanico ( AJ ).
Kalender
( Almanak ) Jawa tidak sama dengan Kalender Hijriyah, meskipun
keduanya sama – sama menggunakan Sistem Lunar.
- Dalam Kalender Jawa terdapat 8 nama – nama tahun yang selalu berbeda setiap tahunnya.
- Dalam siklus 8 tahunan tersebut dinamakan Windu.
- Pada Tahun Wasthu jumlah hari pada bulan besar adalah 29 hari, sedangkan Tahun Wuntu 30 hari.
- Dalam Siklus Windu terdapat 3 Tahun Wuntu ( panjang ) yaitu Tahun Ehe, Je dan Jimakir.
- Terdapat Petangan Jawi yang tidak hanya memuat hari, tanggal, bulan dan tahun tetapi juga memuat Primbon.
Primbon
merupakan himpunan ilmu para leluhur yang mencatat pengalaman baik,
buruk dan semua kejadian yang berhubungan dengan mikro kosmos dan
makro kosmos.
Pada
era modern seperti sekarang ini, keberadaan Primbon sudah jauh
ditinggalkan bahkan oleh Orang Jawa sendiri. Dianggap klenik, ghaib,
syirik juga primitif. Memang Primbon tidak mutlak kebenarannya. Sebab
kebenaran itu relatif. Atau sebagai perbandingan ; bagaimana anda
mensikapi ramalan cuaca dari BMG ?!.
Primbon
hanya merupakan salah satu rujukan hidup menuju keselarasan lahir dan
batin. Pengamatan yang intens, mendalam terhadap tanda dan pertanda
memunculkan sikap eling
lan waspada
( ingat dan waspada ). Sumber kearifan lokal.
Seperti
juga kamus, perbendaharaan kata akan selalu bertambah sedangkan
maknanya akan terus berkembang seiring ruang, waktu dan ilmu
pengetahuan.
Konversi
Waktu
Gbr. Konversi Waktu |
Dalam
artian lain melalui pendekatan bahasa, Waktu Kesatuan Indonesia ( WKI
) bermakna lebih luas. Waktu-- Kesatuan-- Indonesia merupakan
keterpisahan sekaligus ikatan. Dewasa ini, fenomena konflik
horizontal dan vertikal semakin memprihatinkan. Sangat “ prihatin “
--- pinjam istilahnya Presiden SBY.
WKI
atau dalam istilahnya Bramantyo Prijosusilo menjadi WKE ( Waktu
Kesatuan Endonesha ), coba bacalah dengan pelan, dalam lalu ulangi.
Saya yakin, kita mempunyai maksud yang sama tanpa harus
mengatakannya.
Bantul,
Minggu Kliwon, 2 Desenber 2012
(
18 Sura Tahun Jimakir 1946, 18 Muharram 1434 H,
19
Cap Gwee Tahun Liong / Naga 2563 ).
Riwayat
Tulisan :
Sebenarnya
tema dasar dari tulisan ini telah ngendon
selama
sekitar 4 bulanan dalam otakku. Hanya saja baru bulan ini bisa
direalisasikan, karena ada beberapa materi ( khususnya ; Tahun Saka,
Tahun Jawa dan Tahun Hijriyah ) belum menemukan referensinya.
Materi
tentang Tahun Saka, Tahun Jawa dan Tahun Hijriyah, saya adaptasi
dari sumber ; Harian Jogja Express, Rubrik Konsultasi Pawukon oleh
KRHT. Mufti Rahardjo, MM edisi Minggu Pon ( 25 November 2012, 11 Sura
Tahun Jimakir 1946 Windu Kuntara, Wuku Prangbakat ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.