Social Icons

Selasa, 30 Juli 2013

Hukum Gossen 1 Dalam Bubur Kacang Ijo Madura



Kuliner Khas Nusantara
Berangkat sama malamnya, aku dan bayangan mengitari Yogya. Perut mulai lapar. Ada yang lekas ramai, lalu lintas kota. Diseberang gang agak jauh, polisi tidur lebih dipatuhi pengendara ketimbang rambu – rambu lalu lintas ataupun polisi berseragam sendiri. Malam melewatinya pelan – pelan. Didekat perempatan aku berhenti. Gerobag dorong dengan tenda dan kain penutup Kuning bertulis, “ Sedia Bubur Kacang Ijo Es Kacang Ijo Madura “ membuatku berhenti, bukannya traffic light.
Ada 2 tipe warung Bubur Kacang Ijo ( Burjo ), model gerobag dorong seperti yang kulihat, buka dari jam 17.00 – 23.00 WIB dipinggir jalan dan warung permanen ( semacam Warung Tegal, Warteg ) yang tidak hanya menyediakan Burjo tetapi juga mie rebus, gorengan, makanan dan minuman yang murah meriah khas kota Pelajar. Kalau yang ini, biasanya buka 24 jam. Jika diperhatikan, terdapat kesamaan antara Warung Burjo dan Angkringan.




  1. Segi Fisik
Menggunakan gerobag dorong dengan kursi panjang sebagai tempat berjualan. Warung Burjo memiliki ciri khas kain penutup berwarna Kuning dengan tulisan “ Sedia Bubur Kacang Ijo Es Kacang Ijo Madura “ , sedangkan Angkringan menggunakan terpal plastik berwarna mencolok ( Orange, Biru ). Keduanya menggunakan konsep warung tenda.
  1. Tempat dan Waktu
Warung dengan konsep tenda berlokasi dipinggir jalan yang strategis. Buka setiap hari bahkan ada yang sampai 24 jam.
  1. Penjual
Pada mulanya menurut sejarah, penjual Burjo dan Angkringan berasal dari luar Jogja. Burjo sesuai dengan tulisan di spanduknya berasal dari daerah Madura. Angkringan pun dipopulerkan pertama kali oleh orang Klaten ( Sejarah Angkringan Lek Man ). Dalam perkembangannya, Angkringan sudah mulai dikuasai penduduk lokal, sedangkan penjual Burjo tetap mayoritas berasal dari Madura.
Para penjual Burjo dan Angkringan se-Yogyakarta mengorganisir diri dalam suatu perkumpulan atau paguyuban.
  1. Harga
Murah, meriah dan merakyat. Harga standart semangkuk Burjo Madura di Jogja seharga Tiga Ribu Rupiah. Angkringan standart, mulai dari Lima Ratus Rupiah sampai Lima Ribu Rupiah tergantung menu makanan. Harga ini jarang sekali mengalami kenaikan. Jika naik pun tidak akan terlalu tinggi.

Aku masuk ke warung bertenda Kuning itu, tak terdengar juga Tenda Biru nya Dessy Ratnasari. Semakin lepek warna kain Kuning, dapat dipastikan cita rasa Burjonya semakin mantap. Teruji dari lamanya berjualan, ditandai kain yang sudah lepek terpolusi waktu ( hahaha ).
Menu Burjo Madura terdiri dari campuran Kacang Ijo, Ketan Hitam, susu, kuah santan, campuran Tepung Hun Kue, Roti Tawar, Sirup Frambozen dan Es Serut ( gosrok ). Disajikan dalam keadaan panas ataupun dingin, sesuai selera. Semangkuk Burjo kaya akan nilai gizi.
  • Kacang Ijo ( Phaseoulus Aureus. Famili Leguminoseae atau polong – polongan )
- Vitamin B1 ( Tiamin ) berguna membantu proses pertumbuhan, mencegah penyakit Beri Beri, menambah napsu makan, memaksimalkan fungsi syaraf dan memperlancar pencernakan.
- Protein dan Vitamin B2 ( Riboflavin ) membantu penyerapan protein dalam tubuh.
- Sumber mineral, fosfor, dan kalsium untuk memperkuat tulang.
- Kandungan lemak tak jenuh, tidak membahayakan tekanan jantung.

  • Ketan Hitam ( Oryza Glutinoza ) sebagai anti oksidan, mengandung Zat Besi yang berguna untuk pembentukan sel darah merah, Magnesium, Vitamin B dan E.
  • Susu, kaya akan protein, mineral dan vitamin.
Bandingkan dengan pengalih konsumsian dari Susu Hewani ( Sapi ) ke Susu Nabati ( Kedelai ).
  • Santan Kelapa ( Cocos Nucifera ) mengandung kalsium, lemak, Omega 3, serat dan protein.
  • Roti Tawar diperkaya dengan protein, lemak dan sebagai alternatif karbohidrat selain nasi. Mengkonsumsi roti semakin berkembang menjadi Budaya Roti di Indonesia. Tidak hanya makanan para Sinyo Belanda zaman dahulu, atau hanya sebagai sarapan pagi.
  • Sirup Frambozen terbuat dari kelopak Rosella ( Hibiscus Sabdariffa ) sebagai bahan pembuat sirup alami tanpa zat pewarna kimiawi yang membahayakan. Rosella mengandung Vitamin C dan kalsium.

Tentunya nilai gizi tersebut disesuaikan dengan kadar jumlah setiap bahan dalam semangkuk Burjo Madura.

Kuliner Khas Madura

“ Malam – malam begini, habis darimana mas ?! “
“ Biasalah muter – muter “
“ Diplastik 4, cak. Panas “ teringat adik, ibu dan bapak di rumah.
Akan mengasyikkan makan bersama di rumah dengan menu Burjo Madura. Malam akan tambah hangat. Sehangat percakapan dan rasa kekeluargaan. Malam masih saja melewatinya pelan – pelan.
“ Bahan Bakar Minyak naik, harga ikut naik, cak ?! “
“ Tidak berani mas “
“ Lho ?! “
“ Sudah standart dari perkumpulan “
Dari penjual Burjo Madura, aku mengetahui bahwa para penjual yang berasal dari Madura ( Burjo dan Sate ) mengorganisir diri dalam sebuah perkumpulan penjual Burjo dan Sate Madura. Sampai sekarang anggotanya mencapai 300-an orang yang tersebar di wilayah Jogja. Pertemuan antar anggota dilakukan secara rutin dan berkala. Selain membahas pengembangan usaha ( saya menyebutnya 5 P- Product, Plan, Promotion, Price, Place ) juga mengadakan pengajian dan arisan bersama.
  1. Product
Apa yang ditawarkan oleh Burjo Madura adalah cita rasa lokal dan makanan yang sarat gizi yang baik untuk kesehatan. Makanan terkait dengan kebiasaan dan budaya setempat. Mulai dari proses menyediakan ( ingat kain Kuning yang bertulis, “ Sedia Bubur Kacang Ijo Es Kacang Ijo Madura “ ) dan menikmati ( cara makan ), kita sudah bisa mengenali budaya seseorang. Kapan harus menggunakan piring atau mangkuk, sendok atau tangan kanan atau malah tangan kiri, rasa manis, gurih, atau pedas dan hal – hal kecil lainnya.
Menelusuri sejarah 'Budaya Makan' ( tradisi kuliner, yang sedang menjadi salah satu program wajib stasiun tv di Indonesia ) suatu kelompok merupakan sebuah proses mencari dan menginternalisasi 'cita rasa' suatu makanan kedalam otak, via lidah dan seluruh tubuh.
Jika ingin dikembangkan dari segi produk, Burjo Madura masih bisa dicari nilai differensiasinya. Bahan baku masih bisa dieksplorasi, misalkan mengganti Susu Hewani ( Sapi ) dengan Susu Nabati ( Kedelai ), Susu Sapi dengan Susu Kambing Etawa, penggunaan bahan organik dari setiap bahannya, dan lainnya. Secara otomatis hal tersebut akan menaikkan nilai produk, sekaligus nilai gizinya. Setidaknya peluang ini akan menarik konsumen tertentu, sebutlah Vegetarian ( Lacto-Ovo Vegetarian, Lacto Vegetarian, bahkan Vegan ) dan para penggemar makanan organik. Kedua kelompok konsumen tersebut jelas – jelas orang yang sangat mementingkan mengonsumsi makanan yang sehat, berapapun harganya.
Perlu diperhatikan juga masalah supply bahan baku dan kualitas rasa.
  1. Plan
Bahasa menterengnya Bussiness Plan. Pada umumnya warung Burjo Madura yang tersebar di Jogja masih menggunakan sistem berjualan secara konvensional. Membuka warung ditempat – tempat strategis dan menunggu pembeli ( pelanggan ).
Peran paguyuban penjual Burjo Madura setidaknya sebagai wadah solidaritas, kebersamaan, permodalan dan management usaha. Sehingga bisa memfasilitasi para anggotanya untuk berkembang.
Tidak melulu mengurusi masalah berjualan, mereka juga mengadakan pengajian secara berkala. Hal ini bisa jadi awal mula Spiritualitas Bisnis yang coba dikembangkan, secara sadar ataupun tidak sadar.
Sebenarnya usaha jualan ini tidak hanya menawarkan produk kuliner ( Bubur Kacang Ijo ) semata melainkan juga ketersediaan fasilitas toolsnya ( gerobag dorong, spanduk, supply bahan baku, dll ), bahkan bisa mngarah pada sisitem penjualan semacam frenchise.
  1. Promotion
Tempat yang strategis dan khas, promosi mouth to mouth yang merupakan testimoni konsumen masih menjadi andalan ( satu – satunya ) warung Burjo Madura. Embel – embel 'Madura' itu juga bagian dari marketing.
  1. Price
Harga yang murah dan merakyat sangat cocok di kota yang terkenal sebagai kota `pelajar. Jelas orientasinya membidik konsumen tingkat pelajar, mahasiswa dan golongan menengah kebawah.
Paguyuban penjual Burjo Madura memiliki kontrol penuh dalam penentuan harga. Dengan demikian persaingan harga bisa diminimalisir dan akan berjalan sehat.
  1. Place
Hampir diseluruh jalan – jalan protokol di Yogyakarta, dapat dijumpai dengan mudah Burjo Madura. Bahkan sudah berkembang ke kota – kota besar di Indonesia.
Para penjual tersebut membawa identitas kelokalannya keluar daerahnya. Memang diperlukan penelitian lebih lanjut, apakah konsep 'berhijrah dan berdagang' orang Madura berkaitan erat dengan budaya lokal dan agama yang dianut.
Sebagian orang akan menganggap lucu, hubungan antara konsep ekonomi dengan agama yang dianut seseorang. Ekonomi dan agama ( religi ) adalah keterpisahan. Tetapi tidak begitu sepenuhnya jika menggunakan Pendekatan Anthropologi untuk menelusurinya. Semua unsur dalam kehidupan ini saling berhubungan, saling membentuk satu dengan lainnya. Seperti Burjo Madura yang terdiri dari bahan – bahan ; Kacang Ijo, Ketan Hitam, susu, Santan Kelapa, Roti Tawar dan Sirup Frambozen.

Semangkuk Burjo Madura memang mempunyai nilai gizi yang tinggi bagi kesehatan. Tetapi apakah kita sudah merasa sehat akhir – akhir ini, jika definisi kesehatan menurut World Health Organization adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani serta sosial ekonomi ?!.
“ Berapa cak ?! “
“ Dua Belas Ribu Rupiah. Terima kasih, mas “
Aku berlalu. Ada sesal yang menyelinap pelan tapi menghunjam !.
“ Dua Belas Ribu Rupiah. Terima kasih, mas “
Jujur namun menghunjam !. Aku lupa mengungkapkan rasa terima kasih duluan pada penjual Burjo Madura itu. Walaupun toh aku membayar, dalam hal apapun 'rasa' itu penting. Sebab, “ Terima kasih, maaf, cinta, tolong “ akan mengubah dunia.
Ucapan penjual Burjo Madura begitu tulus, karena gema dan rasanya masih tinggal dan menetap dalam otak dan hatiku sampai sekarang. Itu cara sederhanaku mengukur kedalaman dan ketulusan perasaan.
Yang itu semua adalah dari rasa Burjo Madura.
“ Penghargaan paling membahagiakan apa yang pernah kau terima, akhir – akhir ini ?! “ tanyaku pada seorang wanita 2 tahun lalu.
“ Ucapan terima kasih dari seorang teman ketika kutraktir Mie Ayam, 3 tahun lalu “
“ Akhir – akhir ini ?! “
“ Ucapan terima kasih dari seorang teman ketika kutraktir Mie Ayam, 3 tahun lalu “
Ku menatapnya dalam, diam.


Bantul, 03 Juli 2013.


POLLING

Menurut anda, masalah keamanan pangan apa yang sebaiknya mendapat perhatian terbesar pemerintah, terkait dengan industri makanan dan konsumen saat ini ?!
  1. Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya dalam pangan ( Formalin, Boraks, pewarna, pengawet, dll )
  2. Rendahnya sanitasi dan hygiene, dari proses produksi, distribusi maupun penyiapan pangan
  3. Legalisasi dan standarisasi produk makanan ( ijin BPOM, DEPKES, Sertifikasi Halal MUI, GMP, ISO, dll )
  4. Keracunan dan gangguan penyakit yang ditimbulkan akibat makanan
  5. Lainnya, sebutkan
by Facebook Comment

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda akan memperkaya wawasan.