I.
Malam menjelma bayang -
bayang, kita nyalakan bayang - bayang. Lampu -
lampu pada tata kota
seperti digosok berulang - ulang para pedagang. Tapi
tetap jawabannya ; "
Wani piro ?! "
Seorang pacaran di
taman kota bermain petak umpet lalu cangkriman.
Itulah cinta.
Seorang tergesa dengan
motornya, mesin dan alam kloningan.
Kita telah menjadi
robot - robot zaman yang bermimpi menjadi manusia.
Katakanlah ini sebagai
dongeng sebelum tertidur panjang.
Para PSK hilir mudik
menjajakan kehangatan, pengajian hingar bingar
bercampur fanatik. Ada
yang menggeleng mengingat Tuhan.
Seorang ( tampaknya
pejabat ) menawar perempuan.
"
Wani piro ?! " kata perempuan.
Hmm,... Wisata dan sex
tlah membudaya.
Malam ini biarlah
segalanya terbebas dari kebebasan
II.
Long shot ;
bocah mengamen melagukan " Yogyakarta ". Skets di wajahnya
membuat nasib begitu
hidup.
Long shot ;
leleki itu telah bergumul.
Close up ; "
joss ! " celupan arang bara dalam segelas kopi.
Malam menghitam. Dalam.
Close up ;
sepasang kekasih ( mungkin ) berjalan dengan kaki lima sebab
jalan adalah souvenir
masa depan.
Long shot lalu close
up diafragma dada ; tukang parkir kehilangan lahan
parkir. Mendadak
long shot ; kekuningan.
Seorang bermotor
melihat spion ;
Malam
menjelma bayang - bayang, kita nyalakan bayang - bayang
Tiba - tiba bunyi
nyaring klakson menjeritkan " Amin ! " pada
pengajian ( long
shot ).
Close up memutar
mengenai angin, angin apa ?!
Ya angin udaramu, ya
udara oksigenmu, ya Zat Asam Arang, bercampur baur
Karbon Dioksida, bau
kentut yang tertahan, angin Lele, ikan bakar, nikotin tar,
alkohol, bau badan,
orang kerokan dengan koin kuno mereka melukis malam.
III.
Kuberanikan menginap
dalam imajinasimu sebab kaulah imaji itu. Lalu
diam, entah mengapa
berselimut rapat. Dapatkah kita berkata - kata
setelah ini itu ?!.
Aku pilih menelusuri
malam langsung, umum, bebas, rahasia untuk lima
tahun kedepan. Untuk
lima tahun kedepan, kau tetap memjadi malamku.
Jika orang masih slalu
bertanya, katakan ; " kita sedang membatik sejarah ".
Seclurit sabit memecah
purnama hingga terbagi kecil- kecil, kita nyalakan
bayang - bayang lalu
berlakon wayang.
Tapi tidak, malam ini
tidak hanya milik kita 'pun hanya punya malam.
Orang slalu sibuk
menghitung angka untuk merumuskan segala kemungkinan.
Kita sedang bermain
angka - angka bukan huruf - huruf.
Sebuah kondom terbawa
angin mengabarkan sisa kehangatan. Maka ruang
waktu disitu disebut "
Kondominium ".
"
Jam berapa sekarang ?! "
IV.
Kita sedang bercerita
ngawur tentang lampu - lampu ajaib di kotaku,
sama ajaibnya kala
Thomas Alva Edison menemukan bohlam.
Ketika segala positif
negatif dibentur - benturkan.
Kita nyalakan bayang -
bayang di Hari Sabtu. Maka Sabtulah ruang waktu
kala itu. Sabtu Tahun
Kabisat.
"
Permisi " orang menggotong kenangan bertubi - tubi.
"
Assalamu'alaikum, plamit plamit mbah " angka - angka
menjadi hal -
Hal menakutkan dalam
beribu - ribu kemungkinan.
" Malam " itu
masalah angka bukan huruf lalu ia sengit mendebatku, sedang
aku lagi asyik pacaran.
Selembar Koran Harjo
Express edisi 1463 Senin Legi, 24 September 2012
tertangkap close up
lepas-tangkap-lepas-tangkap ;
"
Bth Tng Kntr Part/ Full Time Tnpa Tes Lsng Krja Inc 600rb/
mggu
SMS
DtDIRI Bp.Sugara/ 085743838??? ( yach tak kelihatan, long shot ;
deru
motor menerbangkan lembaran koran begitu cepat )".
Bukankah " malam "
itu masalah angka - angka bukan huruf - huruf ?!.
Mari meramal 3 digit
untuk beribu - ribu kemungkinan.
"
Jam berapa sekarang ?! "
Kau cerewet saja !,
bagaimana tidak cerewet, bukankah kita
sedang berdebat ?!.
Kau anggap cerita malam
ini ilusi otak, lalu kau merangkai cerita baru.
Sampai kapan segalanya
berakhir sebab waktu merupakan perputaran.
Seperti kanak belajar
menggambar lingkaran kecil, lingkaran besar juga
segenap Nature Morte.
Bukankah lingkaran itu
kosong, nol ?!
Jadi ini sebuah
sinetron yang terus diperpanjang karna rating. Mungkin
menjengkelkan. Tapi
kami benar - benar insomnia !.
Kami berkemas pada
angka - angka, " Ajari kami menghitung hari ".
Karna efek kopi sedikit
alkohol, kami terus ngelantur
V.
Lama - lama manusia
mulai menyembah tubuh sebab ketelanjangan
begitu membius.
"
Apa agamamu ?! "
"
Cinta "
"
Apa agamamu ?! "
"
Napsu "
"
Kau ?! "
"
Wani piro ?! "
Ono Thathit mlayu
mangulon, " byar ! " sepasang kekasih ( mungkin )
merapikan pakaian.
Malam kehitam - hitaman, tipis disebelah Barat. Aurat -
aurat malam.
Jika ketelanjangan
dipepat - bulatkan ia akan menjadi bentuk menggairahkan
dalam permenungan.
Masihkah ada bocah -
bocah bermain petak umpet, Jamuran di bawah
purnama sedang kampung
berubah kota. Siapa tadi menclurit purnama hingga
nampak belahan
menggairahkan sejurus kemudian remang - remang membayang.
Kita nyalakan bayang -
bayang. Ada jeritan " Ah ! " tertahan mungkin mengeluarkan
angka - angka
fantastis, satu-dua-satu-dua pada tahun Kabisat.
Masihkah ada rahasia di
malam ini ?!
Tuhan, dapatkah aku
mohon tangguh waktu ?!
Bantul, September
2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.