Pandawa, Drupadi dan Anjing |
Seorang
gadis kecil kelas 3 Sekolah Dasar disebuah dusun terpencil, berbatu,
sedikit berbukit, rimbun, dekat Makam Sewu. Tiga tahun lalu Program
Listrik Masuk Desa sudah bisa dinikmati masyarakat. Gadis kecil yang
selalu riang. Bermain dan belajar. Sebut saja namanya Pancali, karena
suka memelihara Anjing. Memang seperti itu, tak perlu dipertanyakan
lagi.
Sebagai
anak yang dilahirkan dari kultur Jawa dan Islam, Pancali mengetahui
beberapa cerita tentang Anjing.
Anjing
yang setia menemani Pandawa dan Drupadi menempuh perjalanan pendakian
Himalaya1,
Anjing dalam kisah Ashabul
Kahfi2,
juga ketika ia melintasi Pasar Kabupaten melihat kaos bergambar
Scooby
Doo.
Bahkan ia belum bisa mengeja, melafadzkan “
Scooby Doo “
dengan tepat. Setiap kali ia melewati Pasar Kabupaten sepulang
sekolah, Pancali hanya diam menatap kaos.
Pertanyaan
yang terus mengiang, pertanyaan dari temannya yang sedikit bernada
mengejek. Namanya juga kanak – kanak. Dalam Islam, Anjing merupakan
sesuatu yang najis.
Menurut
sejarah, nenek moyang Anjing adalah Srigala. Srigala dengan moncong
mulut yang lebih panjang, tubuh ramping tak terlalu besar, dan pandai
memanjat pohon.
Keluarga
Pancali memelihara sepasang Anjing di rumah. Si Jantan mempunyai
kemampuan khusus. Mampu mengendus teroris dan orang yang berniat
jahat. Si Betina lain lagi. Kakak perempuannya Pancali menikah gara –
gara Anjing Betina tersebut. Seekor Anjing yang memiliki kebiasaan
unik. Selalu menyembunyikan sandal, sepatu ataupun alas kaki orang
yang bertamu ke rumah itu. Yang paling sering disembunyikan adalah
alas kaki laki – laki, tidak tentu apakah orang asing, keluarga
ataupun tetangga dekat.
“
Aku adalah Anjing dalam sudut pandang Anjing “
Begitu
kira – kira insting Anjing Betina.
Suatu
malam Minggu, teman lelaki kakak perempuannya Pancali bertandang.
Mereka bercakap mesra di beranda depan. Beranda kecil beratap seng.
Si Jantan sudah hapal bau lelaki itu.
“
Kapan kau akan melamarku, mas ?! “
Hening.
Malam di dusun terpencil.
“
Ibu selalu bertanya keseriusan hubungan kita “
Tak
ada sahutan. Lelaki itu menyulut rokok. Kakaknya Pancali masih
menunggu reaksinya.
Memang
keduanya sudah cukup umur, apalagi yang lelaki sudah bekerja. Bekerja
sebagai buruh bangunan di kota. Yang perempuan sudah lulus Sekolah
Menengah Atas. Kebiasaan masyarakat setempat, menikahkan anak
perempuannya setelah lulus Sekolah Menengah Atas. Agar dipandang
bahwa anak perempuannya laku, dan tidak menjadi perawan kasep. Sampai
sekarang pandangan seperti itu masih lekat di batin masyarakat dusun.
Jika
seorang lelaki berkunjung ke rumah seorang perempuan apalagi malam,
lebih dari tiga kali, pasti langsung ditanyakan oleh orang tua gadis
tersebut tentang hubungan mereka. Jika akan menjalin hubungan serius,
lekas untuk melamarnya jika hanya ingin bermain – main lebih baik
putuskan hubungan dan tak perlu lagi berkunjung ke rumah tanpa alasan
yang jelas.
Begitulah
peraturan tak tertulis turun – temurun di dusun tersebut.
“
Mas “ seolah meminta penegasan.
Sesekali
kedua orang tua si gadis mendengarkan percakapan mereka tanpa
sengaja.
“
Sudahlah bu, biarkan mereka dulu “
“
Tapi pak, “ katanya tertahan.
“
Sstt,... “
Di
dapur gelotekan sendok dan gelas semakin keras. Entah disengaja atau
tidak, Pancali terlalu keras mengaduk minuman teh. Ia tak tahu
persis, apa arti cinta antara seorang lelaki dengan wanita. Yang
diketahuinya hanya rasa sayang kepada binatang kesayangannya. Si
Jantan dan Betina bukan hanya sekedar teman bermain, penjaga setia,
tapi bahkan sudah seperti sahabat dekat.
“
Mengapa kau memelihara Anjing ?! “
Ledekan
lebih tepatnya dari teman – temannya sudah tak dihiraukan.
Malam
merayap pelan, semakin pelan dalam pikiran lelaki itu.
Sepasang
Anjing itu begitu setia dengan tuan kecilnya. Sering menemani Pancali
ketika nonton tv. Tampaknya sangat menikmati film Super Dog atau
Naruto pas Kakashi mengeluarkan Jurus
Kuchiyose
Anjing Ninja. Hubungan yang terjalin akibat ikatan kontrak antara
manusia dan hewan. Hubungan Simbiosis
Mutualisme.
“
Aku adalah Anjing dalam sudut pandang Anjing “
Begitu
kira – kira insting Anjing Betina.
Ketiganya
pun selalu pergi ke sekolah bersama. Mengantar dan menjemput Pancali.
Kadangkala keduanya setia menunggui di depan pintu gerbang sekolahan,
persis pengganti Gopala.
Anjing
pun memiliki sifat indah yang justru jarang dimiliki olah manusia –
manusia beradab. Anjing itu gemar mengosongkan perut, sedikit tidur
pada saat malam mendera, tak pernah hengkang dari pintu sang pemilik,
zuhud dan bersyukur sekalipun hidup ditempat yang paling hina.
Anjing
juga tahan lapar, tak pernah mendendam kepada sang pemilik, rela
menyingkir ke tempat lain jika medan kehidupannya direbut makhluk
lain, menyenagkan orang yang memberi makan dan kemanapun pergi
pantang membawa bekal. Ia benar – benar memasrahkan kehidupannya
kepada Allah3.
Sebenarnya
Si jantan sudah banyak dilirik orang. Sejak peristiwa yang
menghebohkan beberapa tahun lalu. Si Jantan berhasil mengendus
sekawanan teroris yang bersembunyi di Pajangan. Akhirnya gerombolan
teroris bisa dibekuk.
Anjing
itu dihargai tinggi, tetapi Pancali begitu menyayanginya.
Suatu
siang yang panas, suara RX King memasuki pekarangan rumah. Deru mesin
dan gonggongan berpadu. Dua orang mendekati rumah. Karena sudah
ketahuan, bapaknya Pancali sudah tidak bisa lagi bersembunyi. Ia
kenal betul kedua lelaki itu. Lebih – lebih yang kekar. Sambil
menenagkan Anjing dan mengikatnya pada sebuah pohon di depan rumah,
ia mempersilakan tamunya.
“
Sebentar, aku buatkan minuman “
“
Tak usah repot – repot, disini saja “
Lelaki
kekar itu mengeluarkan sesuatu dari balik jacket kulit hitamnya.
Diletakkan di meja, persis dihadapan bapaknya Pancali. Keterkejutan
mulai menggerogoti tiba – tiba.
“
Aku sudah menunggu lama “
“
I-i ya, aku tahu tapi “
“
Tak ada tapi ! “
Melirik
kearah 2 ekor Anjing yang diikat pada pohon. Masih terus menyalak tak
henti – henti. Dari jarak 300 meter menjelang rumah, kakanya
Pancali melihat semua kejadian itu sepulang dari Pasar Kabupaten
membantu ibunya berjualan.
“
Hari ini, aku tunggu ! “
Bapaknya
Pancali semakin bergetar, bingung, keringat dingn menetes. Atap seng
membuat semakin panas. Membayangkan Pancali, membuka Warung Sengsu4.
Istrinya akan membantunya dan tak perlu lagi jualan di pasar. Pasti
ia dapat memenuhi keinginan kedua lelaki itu dan membayar hutangnya.
Menjualnya
?!, membuka Warung Sengsu
?!.
Pasti
laris karena Anjing terkenal, atau banyak yang akan kehilangan, ah
katanya Anjing berjasa. Siapa yang bisa membantunya kali ini ?!.
Kabar
terbaru yang didengarnya mengatakan bahwa para pejabat dan menteri di
negeri nin menggemari Sengsu.
Daging Anjing selain enak juga berkhasiat. Terbukti menyembuhkan
penyakit kulit (
Exim
).
Ketika
SD kelas 1, Pancali mengidap Exim
basah yang menahun. Tak satu pun obat yang bisa menyembuhkannya
dengan tuntas. Orang – orang tua di dusun menyarankan untuk makan
Sengsu
sebagai
obat. Setelah dikonsumsi, daging Anjing berefek panas di tubuh. Luka
– luka Exim
basah di kaki Pancali dengan cepat mengering. Sampai sekarang
penyakit itu tak pernah kambuh. Mungkin hal itu juga menjadi salah
satu mengapa Pancali menyayangi Anjing.
Kakanya
Pancali memepercepat langkah menuju rumah.
Mumpung
tak perlu modal banyak, tinggal sembelih. Setelah itu bisa menghutang
untuk modal tambahan lagi. Menyembelih 2 ekor Anjing cukup untuk
sehari.
“
A-su
!5
“ batinya merintih.
Tapi
Pancali, sebagai orang tua ia terlalu menyayanginya.
Tidak,
Pandawa dan Drupadi bukan mati satu per satu dalam pendakian
spiritualnya ke Himalaya. Mereka mati setelah mengeluarkan Anjing
dari tubuh manusianya masing – masing. Ya, Anjing – anjing itu.
Tetapi
tidak, mereka bukanya mati melainkan hanya tertidur ditunggui anjing
– Anjing itu dalam kesetiaan.
“
A-su
!,
mengapa aku harus berurusan dangan mereka. Mengapa harus terjebak
dalam hutang yang beranak - pinak ?! “
“
Siapa mau menolong kami, pemerintah ?!, apa urusannya ?! “
“
Pancali ?! “
“
Cepat ! “ sambil menggebrak meja.
Dengan
cepat mengambil benda diatas meja dan mengarahkannya ke bapaknya
Pancali. Seketika lamunannya buyar. Yang didapatnya hanya 2 ekor
Anjing.
Kakanya
Pancali semakin was – was.
Lama
Pancali menunggu sepasang Anjing didepan gerbang sekolah. Tak seperti
biasanya. Padahal ia hanya ingin memberitahukan lebih awal kepada
sahabatnya itu. Besok Minggu, kakanya ingin mengajak Pancali dan
kedua sahabatnya piknik ke Bonbin Gembira Loka. Kakaknya juga
berjanji akan membelikan kaos Scooby
Doo
di Pasar kabupaten.
“
Siapa nama Anjingmu ?! “ seorang teman yang sedari tadi
memperhatikan Pancali.
“
Mengapa kau memelihara Anjing ?! “ gadis berkuncir menimpali.
Pancali
hapal betul bau kedua Anjingnya.
Bantul,
ditulis kembali 20 April 2013.
Catatan
Akhir “ Anjing “
1
Termuat
dalam Swargarohana Parwa, kitab ke-18 bagian akhir dari Mahabharata.
Mengisahkan perjalanan ruh yang masuk sorga.
Menurut
versi Jawa Kuno disebut kitab Asta Dasa Parwa ( Kitab 18 bagian )
2
Kisah tentang Ashabul Kahfi termuat dalam QS. Al Kahfi ( 18 ) : 9-26
( Qur'an Surat Al Kahfi, Makkiyah surat ke-18, 110 ayat ).
3
Dikutip dari Triwikromo, Triyanto, 2003. Sayap
Anjing.
Jakarta : Penerbit Buku Kompas, halaman 36.
Dari
sumber Buku Syekh Muhammad Nawawi Al Jawi berjudul Syahru
Kaasyifatus Sajaa 'Alaa Safiinatin Najaa fii Ushuulid Diini wal
Fiqhi,
di Indonesiakan menjadi 10 Sifat Keteladanan Anjing oleh Drs. Nipan
Abdul Hakim.
Dalam
sumber yang lain pada buku yang sama ( Syahru
Kaasyifatus Sajaa 'Alaa Safiinatin Najaa fii Ushuulid Diini wal Fiqhi
) karangan Imam Nawawi Al Bantani halaman 42, sub pembahasan hikmah.
(
“ Belajar 10 Keteladanan ( Nilai Kesalehan ) Dari Seekor Anjing “,
sumber : http://baladadunia.blogspot.com
).
4
Sengsu
: Tongseng
Asu,
Tongseng
dari daging Anjing.
Tongseng
adalah masakan yang terbuat dari daging dicampur dengan kuah gulai,
kecap, Kubis.
5
Asu
( bahasa Indonesia : Anjing, umpatan kasar dalam bahasa dan kultur
Jawa ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.