Apa
yang dicari dari teks - teks, hanyalah rangkaian abjad jika disimak
secara
kering. Makna jadi lapuk berhenti pada titik. Titik itu perbatasan
otak,
awal akhir gambaran.
Rangkaian
abjad bisa saja disusun otomatis oleh teknologi.
Hening
Bayyatisuri mengalun.
Hmm,...
lama - lama orang telah diperbudak teknologi, mesin - mesin
menggantikan
perasaan terdalam. Lalu apa arti garisan tangan ?!
Kita
bisa saja meramal angka dan huruf agar dikata sadar hari depan,
sadar
rumus - rumus kehidupan. Kita masih saja terpaku pada layar
monitor
sementara di luar sana persahabatan begitu dingin.
Kita
slalu canggung terhadap alam juga teknologi. Mesin - mesin
menggandakan
waktu, waktu menggandakan perasaan - perasaan.
Di
pagi hari koran menjadi sarapan mengganti roti, susu.
Dunia
kita sekarang adalah dunia teks - teks dipenuhi tanda, penanda,
pertanda,
visual semiotika. Hening Bayyatisuri mengalun.
Jika
tiap spasi dalam kata, kalimat, paragraf itu jeda napasmu kau telah
ukur
udaramu. Kemasukan, pelepasan menghuni teks - teks terdalam.
Orang
- orang kosong dengan tangan hampa berbondongan sibuk menari,
sedikit
- sedikit menyanyi seperti komat - kamit tapi kosong hanya bunyi
udara
murni. Kesurupan huruf demi huruf mengeja zaman begitu latahnya.
Huruf,
kata, kalimat, teks yang belum dirangkaikan adalah absurd padahal
letaknya
jelas ; antara a - z.
Ini
adalah Mushaf Manusia kitab - kitab abstraksi mengutuk waktu
berulang
- ulang.
Kanak
- kanak berpeci rapi menenteng Kitab Kuning mengeja penanda
pertanda,
segala hal jadi klasikal.
Sekarang
kanak - kanak rajin membuka Yellow Pages etcetera memutar
angka
- angka dalam kepala, " Hallo Tuhan "
Teks
- teks usang masih saja dibaca secara kering. Sebenarnya titik tak
mengakhiri
kata. Aku hanya rela ; segala ini harus diakhiri.
Hening
Bayyatisuri mengalun.
Bantul,
02 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.