Akhir – akhir ini saya sering melihat acara tv lokal di daerahku. Setengah jam, sejam khusus acara seni budaya. Mengangkat lokalitas inilah yang menjadi kekhasan tv lokal, disamping faktor kedekatan geografis dan phsikologis.
“ Tradisi Tiada Henti “ begitulah tag line Jogja TV. Berawal dari tag line itupula, kita akan memulai glenak – glenik tentang Kenduri.
Orang Jawa memang penuh simbolisasi, alegori, metafora. Jawa yang Homo simbolicum, Homo educondum dengan sangat adaptif melewati pasang surutnya zaman.
Penghormatan terhadap arwah leluhur masih sangat mengakar kuat dalam ruang batiniah. Sejarah panjang tentang suatu keyakinan ; Animisme, Dinamisme, Totemisme, Hindu, Budha, Islam turut mewarnai.
Secara sederhana kenduri merupakan bentuk ritual penghormatan, tasyakuran, selamatan, do'a terhadap hal – hal yang penting dalam siklus hidup manusia itu sendiri. Kenduri arwah dilaksanakan 3, 7, 40, 100, 1000 hari setelah kematian. Kenduri 7 bulanan ( mitoni ) sampai bayi dilahirkan, juga selamatan lainnya pada waktu – waktu khusus ( panen, Ruwahan, dll ).
Bentuk ritual ini tentunya memerlukan uba rampe yang harus dipenuhi. Nasi gurih ( Nasi Uduk ), Nasi Golong, nasi biasa, ingkung ( ayam ), peyek, krupuk, berbagai jenis bakmi, apem, ketan dan lauk pauk lainnya. Dikemas dalam kotak anyaman bambu ( Besek ) sebagai wadah.
Masyarakat Jawa percaya, ada do'a yang hanya dilisankan adapula yang harus diwujudkan ( simbolisasi ). Dalam frame yang lebih modern, semisal orang tak mau kemalingan. Setelah berdo'a lalu mengunci pintu rumah. Sama halnya kenduri. Berdo'a bersama dengan niat dan tekad yang bulat, penuh. Disimbolisasikan dengan Nasi Golong ( bundar, bulat, menyatu ). Lauk pauk beraneka jenis tetapi tetap enak dalam nasi gurih.
Kenduri Di Kampungku
Kenduri |
Kampungku terletak di kabupaten Bantul, Yogyakarta. Setiap ada hajatan ( selamatan ), tuan rumah mengutus beberapa orang untuk mengundang secara lisan warga kampung. Undangan disampaikan dari rumah ke rumah, satu per satu. Undangan terdiri dari keluarga, pemuka agama sebagai pemimpin do'a, warga ( satu RT, RW, kampung ) tergantung hajatan yang dihelat. Waktu yang umum untuk kenduri biasanya ba'da Maghrib, Isya' ataupu 'Ashar.
Anak muda berperan sebagai sinoman ( pramusaji ). Acara makan bersama pasti tak ketinggalan dalam kenduri. Wujud dari rasa terima kasih atas kehadiran dan do'a, pemilik hajatan mengeluarkan shodaqoh untuk dibawa pulang. Shodaqoh --- Berkat --- penyebutan di kampungku, diwujudkan dalam nasi kenduri.
Kegotong – royongan , hubungan sosial kemasyarakatan lentur terjalin dalam kegiatan “ rewang dan nyumbang “. Membantu yang punya hajatan secara material dan non material. Hubungan ini merupakan Simbiosis Mutualisme ( semoga tak berlebihan ) dunia, akhirat.
Kenduri Kuno, Kenduri Kini
Tradisi yang telah mengakar dalam pergulatan proses kekunoan dan kekinian, memberi peluang cukup lebar untuk di re-inventing. Agar lestari dan berkembang.
KENDURI
KUNO KINI
Isi dan lauk pauk makanan Matang, simbolisasi Mentah, praktis
Jenis lauk pauk Nasi gurih, Nasi golong, Beras, mie instant, telor, sembako.
ayam, kerupuk, peyek, Ada yang hanya sekotak roti
bakmi, apem, telor, ketan, dll
Packaging Anyaman bambu (Besek), Kotak kardus, kotak plastik, plastik
Daun Pisang (Sudi, Samir,
Takir ) kresek, kertas (Sudi,Samir, Takir)
Terdapat uang wajib recehan Uang wajib nominalnya lebih besar
Tata cara Setelah diundang, warga Setelah diundang, warga
berkumpul di rumah orang yang berkumpul di rumah orang yang
mempunyai hajatan. Makan mempunyai hajatan. Makan
bersama, do'a bersama dipimpin bersama, do'a bersama dipimpin
oleh pemuka agama atau adat oleh pemuka agama atau adat
setempat. setempat.
Undangan membawa pulang
Berkat Undangan membawa pulang Berkat
-
Waktu Ba'da Maghrib, Isya' atau 'Ashar Ba'da Maghrib, Isya'atau 'Ashar
Nasi Kenduri |
Ternyata dari ritual sederha ini, mengandung potensi ekonomi mikro yang tak sedikit. Dari ritual mendatangkan keberkahan ( Berkat ) finansial.
1. Ritual yang berbasis tradisi bisa dikembangkan menjadi Wisata Budaya, Desa Wisata.
2. Terjadinya interaksi ekonomi dalam pertanian, peternakan, pengrajin, dll.
Pasar tradisional adalah tempat interaksi ekonomi tersebut. Anyaman bambu ( Besek ) dibuat oleh pengrajin. Desa Dlingo, Imogiri, Bantul merupakan sentra kerajinan bambu.
Bahkan dalam packagingpun kenduri telah berkembang. Plastik kresek sebagai kemasanpun telah disablon, percetakan Buku Yasin yang dibagikan pada terundang. Ini biasa dilakukan dalam Kenduri Arwah 40, 100, 1000 hari, dengan catatan orang yang mempunyai hajatan ingin bershodaqoh lebih.
Mari sejenak kita timbang secara matematis, tentang perputaran ekonomi dalam kenduri. Jumlah jiwa dalam setiap RT, RW, jumlah RT, RW dalam setiap kampung, jumlah kampung dalam kelurahan, jumlah kelurahan dalam kecamatan, jumlah kecamatan dalam setiap kabupaten, jumlah kabupaten dalam setiap propinsi di Indonesia.
Taruhlah sebatas Jawa Tengah sebagai sampling area dan sampling kasus.
Bukankah semua ini hanya berawal dari sebuah penghormatan, ritual do'a ?!.
Fenomena berkumpul, berdiskusi, mengaji juga dirasakan dalam Kenduri Cinta. Kenduri Cinta melalui pengajian Maiyahannya Cak Nun. Berdiskusi masalah agama bahkan poleksosbudhankam di negeri ini dengan santai dan khas Cak Nun. Sesekali diiringi pentas musik Kyai Kanjeng.
Kenduri Cinta. |
Saya begitu menghargai dedikasi seorang sarjana Belanda yang begitu peduli Kebudayaan Jawa. Pemahaman orang asing terhadap Budaya Jawa tidak bisa dilepaskan dari Romo Petrus Josephus Zoetmulder. Walaupun penelitian terus dilakukan, dikembangkan sampai sekarang.
Di beranda depan, beberapa muda mudi lagi asyik mendengarkan lagu “ Gethuk asale seko telo “ ( Gethuk terbuat, berasal dari Ketela ).
Bantul, 23 Mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.