Film
A Beautiful Mind, Simbah dan Triyanto Triwikromo1
Menautkan
tiga bentuk seni ( film, cerita pendek dan puisi ) dalam sebuah
tulisan sangat mungkin dilakukan, pendekatan melalui tema salah
satunya. Misal dalam bentuk wayang dan film yang merupakan kesenian
bermuatan kompleks. Mulai dari dramatisasi, cerita, musik, gambar,
tata cahaya, penokohan dan lainnya. Berangkat dari realitas penulis
sendiri, saya mencoba menautkan film A
Beatiful Mind,
cerita pendek “
Cinta Sepasang Kupu - kupu “
dalam kumpulan cerita pendek “
Sayap Anjing “
karya Triyanto
Triwikromo
dan sebuah puisi “ Ode Untuk Simbah “
karya Panji
Cybersufi
untuk dibongkar, dikritisi dan ditulis ulang. Pertautannya dalam tema
Schizophrenia.
Schizophrenia
adalah
gangguan kejiwaan serius, dimana penderita kehilangan kontak dengan
realitas, mengalami halusinasi serta keterbatasan emosional, delusi
atau mempercayai hal – hal yang sebenarnya keliru, berkurang
motivasinya dan tidak dapat bertingkah laku normal dalam kehidupan
sehari – hari. Semakin dini usia seseorang terkena
Schizophrenia,
semakin besar kemungkinan rusaknya kepribadian dan kemampuannya untuk
hidup normal. Oleh karena itu penderita Schizophrenia,
bisa membahayakan orang lain karena ilusi dan delusi yang tak
terkendali. Realitas tersebut melatar belakangi Triyanto menulis
cerita,
Saya menulis “ Cinta Sepasang Kupu - kupu “ yang menunjukkan fenomena“ keperkasaan berahi “ seorang nenek, itu karena saya memang dalam satu tahunterakhir berhadapan dengan nenek saya yang barangkali mengidap Schizophrenia.Dalam usia yang menginjak 98 tahun dia kerap berperan sebagai pria usia 30 – an,kadang sebagai perempuan berusia 26 tahun yang pandai nembang, kadang sebagaibocah kecil seusia Sinchan. Keperkasaan menanggung derita semacam itulah yangmemicu saya melahirkan cerita yang bertolak dari realitas nenek saya.( Triwikromo, Triyanto. 2003. Sayap Anjing. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, h.xiii ).
Secara
umum, gejala Schizophrenia
dibedakan
menjadi 2 macam.
Gejala
pasif,
penderita mengalami halusinasi, delusi dan pola pikir tak teratur.
Penderita tidak mampu mengendalikan diri dan pikirannya sendiri.
Gejala negatif, dimana penderita menolak mengerjakan aktivitas sehari
– hari, tidak mau berkomunikasi dan menarik diri dari
lingkungannya.
Triyanto
sempat heran dan kaget atas kritikan Nirwan Dewanto terhadap cerpen
Cinta
Sepasang Kupu – kupu
yang dianggap sok realis dan menyarankannya untuk melakukan
re-writing2.
Saya kaget, pertama, karena banyak realitas yang saya hadapi ternyata tidak dihadapiorang lain. Kedua, saya heran karena realitas yang sebenar – benar ( nya )realitas kerap dimaknai orang lain sebagai realitas semu, surealis, atau malah ada yangmenyebutnya sebagai absurd.( Triwikromo, Triyanto. 2003. Sayap Anjing. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, h.xiv ).
Kupu
– kupu dalam judul “
Cinta Sepasang Kupu - kupu “ mengingatkanku
pada nenek ( simbah
) yang sering bercerita tentang Kupu – kupu Gajah dan Cacing
Gelang.
Seorang renta bercerita padaku tentang Kupu - kupu Gajah dan Cacing Gelang /Dahulu ( ketika orang berkata, " dahulu " ) / ia bagian dari lampau / Dahulu BagindaNabi Sulaiman memberikan sebuah untuk Kupu – kupu / Kalung liontin gemerlapan /Sebuah untuk cacing / dhodhot yang gagah //Kupu - kupu dirayu / cacing ingin pertukaran //O udara, segala hal dilaluinya ! //( Puisi “ Ode Untuk Simbah “ oleh Panji Cybersufi ).
Berangkat
dari realitas yang serupa dengan Triyanto dalam cerpen, sebenarnya
fenomena tersebut banyak dialami oleh orang tua di pedusunan.
Fenomena lumrah menjelang kematian, setidaknya gejala ini yang saya
amati disekitaran Bantul.
Usia
60-an keatas rentan mengalami “ gejala ngomyang,
berbicara dengan diri sendiri “ --- demikian orang kampung
menyebutnya --- sebelum akhirnya menjemput ajal.
Gejala
ini sudah aku rasakan terjadi pada simbah
semenjak Lebaran 2012. Setelahnya menjadi semakin parah. Belum ada
semacam penelitian ilmiah ( dianggap tidak ada gunanya, barangkali )
disekitaran Bantul, apakah kadar keimanan, tingkat pendidikan,
makanan dan minuman ( khususnya nutrisi otak ), keseimbangan emosi,
faktor lingkungan dan keluarga mempengaruhi fenomena ngomyang
( yang dikatakan sebagai Schizophrenia
)
menjelang kematian.
Halusinasi,
delusi, ngomyang
oleh sebagian orang yang belum bisa memahami dianggap absurd,
dilukiskan Triyanto begitu imajinatif, kadang menjijikkan dan
memuakkan dalam beberapa bagian.
Sayang sekali pintu kamar terkunci. Karena itu, kalian pun berebut mengintip darilubang kunci. Tak ada yang istimewa bukan ?. Mengapa kau berteriak – teriak danmenganggap dia berkacak pinggang menyerupai Bima ?. Aku lihat sedikit punmatanya tak menyala. Tangan kirinya juga tak sedang mengayun – ayunkan gada.Aduh !, lihatlah !, dia terkulai kuku jempolnya tak mengacak – acak bantal.( Triwikromo, Triyanto. 2003. Sayap Anjing. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, h. 11 ).
Simbah
juga terjangkiti gejala serupa. Ketika kami mengintip ( sengaja atau
tidak sengaja ) ataupun mendengar suara – suara aneh keluar dari
dalam kamarnya. Teriakan, umpatan – umpatan kasar dalam Bahasa
Jawa, berkacak pinggang, ngomyang,
menuding – nuding dirinya sendiri, bahkan memukuli cermin besar
pada almari dalam kamarnya. Ngomyang
dengan bayangannya sendiri.
Suara
– suara itu terdengar sampai tetangga sebelah, juga orang yang
melintas disekitar rumah. Suasananya diperumit dengan masalah warisan
tanah yang mulai diperebutkan antar keluarga. Intrik – intrik
semakin kental. Terselubung tapi kentara. Apalagi simbah
tidak memiliki anak kandung, hanya sebagai ibu angkat bapakku. Sejak
kecil bapakku dirawat simbah.
Pada masa tuanya, kelurga kamilah yang gantian merawatnya. Simbah
adalah kakak perempuan dari ibu kandung bapakku. Sedangkan warisan
tersebut selalu menjadi incaran saudara – saudaranya bapak.
Lalu ruang / waktu / benda / non bendawi rebutan warisan //( Puisi “ Ode Untuk Simbah “ oleh Panji Cybersufi ).
Sudah
menjadi kewajaran pula di pedesaan, warisan selalu menimbulkan
permasalahan. Banyak pula yang berujung tercerai berainya sebuah
keluarga. Aku memilih menahan diri dan tak mau ikut campur dahulu.
Karena aku hanya sebagai cucu.
Tentang
suara – suara aneh yang diocehkan simbah,
tetangga berpendapat ;
- Fenomena ngomyang tersebut hanyalah proses dimana seseorang akan menjemput ajal.
- Simbah terkena santet atau sejenisnya karena intrik – intrik warisan yang sudah bukan rahasia lagi bagi warga sekitar.
- Keluarga kami dikira memaksa, memarahi simbah ( terlebih jika harus dikaitkan dengan warisan, tidak mau mengurusi orang jompo, dan lainnya ).
Dalam
keadaan ngomyang,
kondisi simbah
masih segar bugar. Tolok ukur kesehatan menurut kami, simbah
masih rutin makan 3 kali sehari, terkadang masih sholat, diajak
berbincang masih nyambung, ingatannya tentang masa lalu masih kuat,
tak sedang mengidap penyakit, tekanan darah dan gula darah normal,
masih kuat berjalan dalam jarak dekat walaupun dibantu tongkat kayu,
masih suka menyapu pelataran dan obong
– obong uwuh.
Bukan
hanya warga sekitar yang beranggapan mengenai simbah,
melainkan keluarga kami dan keluarga Triyanto ( ibu, Tante Noah,
kedua adik perempuannya ).
“ Ya Tuhan !, mengapa dia telanjang dan menari – nari seperti Cleopatra ?. Mengapamataku jadi tak waras ?. Mengapa aku seperti melihat tubuh ibu pada saat usia dia masih ranum ?.Wahai, bahkan payudara dan puting ibu pada usia 15. Iblis sungguh – sungguh telah merasukketubuhnya ! ” kau berteriak – teriak tak karuan.ia bisa melolong – lolong membelah kesunyian kampung “, kau mendesis lagi.“ Ya, jangan – jangan malaikat memberikan lidah api, sehingga saat masuk ke kamar, diamenyemburkan cahaya paling panas yang menghanguskan tubuh kita yang indah “.Semburmu sengit.Lalu, kau memekik hebat justru ketika Nora mendapat giliran mengintip, “ kalian keliru semua.Nenek tak sedang menari atau mengacak – acak bantal. Dia sedang bermain kelereng dengan entahsiapa. Pandanglah dengan mata nanar, dia sedang berjongkok dan membidikkan kelereng ke kelereng – kelereng lain. Aha, kini dia mirip aku saat mematahkan perlawanan musuh – musuh dalam permainan kelereng masa kanak – kanak di pelataran “.( Triwikromo, Triyanto. 2003. Sayap Anjing. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, h. 12-13 ).
Tepat
!. Siklus kehidupan manusia berawal dari tiada--- ada --- meng-ada
--- tiada. Dari mulai pertemuan sperma dengan sel telor ( secara
alami ataupun rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi ). Embrio –
bayi – kanak – remaja – dewasa – tua - mati. Kadang siklus
itu terulang ketika memasuki usia senja, seorang jompo terkadang
bersikap kekanakan, seperti bayi tak berdaya, ataupun rapuh dan bijak
seperti orang tua yang telah banyak makan asam garam kehidupan, atau
telah mengalami
mati sajroning urip
itu sendiri.
Lalu
apa arti ketuaan itu ?!, wahai makhluk – makhluk berdaging ?!,
wahai kumpulan – kumpulan medan energi ?!.
Keluarga
kami pun berbeda pandangan mengenai keadaan simbah,
ada yang menganggapnya ngomyang
---
Schizophrenia
--- itu merupakan proses menjemput ajal karena faktor usia yang renta
( tidak berbeda dengan pendapat masyarakat kampung pada umumnya ),
terkena santet,
cekelan
( jimat ) simbah
yang masih menahan ruh nya dalam tubuh renta, ketakutan seorang
manusia menghadapi kematian, mungkin simbah
telah merasa ( ku yakin memang iya ) bahwa warisannya akan
menimbulkan perkara pasca kematiannya, situasi seperti ini membuatnya
bingung campur sedih serta tak rela, keinginanya untuk melihat
cucunya ( aku ) yang belum juga menikah membuatnya enggan dan menolak
Malaikat Maut , dan berbagai kemungkinan dari segala ketidak pastian.
Simbah
berusia 98 tahun waktu itu. Kakek telah meninggal jauh sebelum aku
dilahirkan, tak sempat melihat sosoknya bahkan fotonya pun tidak
tersisa. Tapi Pohon Rambutan tinggalan kakek di pelataran masih tetap
tumbuh dan berbuah.
“ Kakek sudah mati, Sayang. Jangan kau sebut – sebut namanya lagi “.
Halusinasi
dan delusi itu cepat menular pada keluarga kami, khususnya ibu.
Saking sering mendengar ngomyang
nya simbah,
membuat tekanan darahnya naik. Wajar karena sehari – harinya ibu
hanya tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga mengurusi kami dan
simbah.
Kalaupun pergi keluar, hanya sekitar warung, rumah tetangga, mushola
dan masjid untuk sholat dan mengaji, tetapi tetap masih dalam
lingkungan kampung juga.
Dalam
situasi dan kondisi seperti itu, Triyanto menemukan solusi untuk
menyembuhkan penderitaan nenek atau mempercepat kematiannya. Tetapi
sudah 7 kyai yang diundang untuk mempercepat kematian nenek, belum
berhasil juga. Nenek belum mau mati sebelum cucu terkasihnya
mendo'akan agar Tuhan segera mencabut nyawanya3.
Keadaan
yang serba tak mengenakkan ini diperunyam dengan santet – menyantet
dan warisan.
Kebiasaan
di kampung jika seseorang menderita penyakit yang parah, menahun,
serta keadaan aneh lainnya yang secara medis tak terdeteksi
penyakitnya ( dikatakan sehat secara medis ), mereka akan meminta
bantuan kyai. Kyai dan warga sekitar akan berkumpul, berdo'a bersama
khususnya membaca Surat
Yasin.
Dengan tujuan meminta kepada Tuhan, jika memang sudah tidak bisa
diobati, segeralah diberikan kemudahan dalam menjemput ajal. Surat
Yasin
yang telah dibacakan sebagai bekal. Sebaliknya melalui perantara
do'a, kemungkinan penderita masih bisa diupayakan kesembuhannya.
Schizophrenia
sebenarnya
merupakan ranah psikologi, dibutuhkan seorang psikiater untuk
menanganinya. Kasus ini akan tambah pelik jika penderitanya orang
jompo yang tinggal di kampung. Konotasi masyarakat ; psikiater adalah
orang yang menangani sakit jiwa, gila ( para koruptor juga termasuk,
mungkin ). Tidak mungkin menganggap keluarga sendiri sebagai orang
gila. Diperparah lagi dengan keterkaitan ( dikait – kaitkan )
antara Schizophrenia
dengan
gangguan gaib.
Tulisan
ini bukan ingin agar orang mempercayai hal – hal gaib diluar nalar
manusia. Orang yang mempercayai hal – hal gaib mungkin dikatakan
Schizophrenia,
ataupun
sebaliknya.
Orang
dikatakan Schizophrenia,
jika
tidak mempercayai hal – hal gaib.
Mungkin
orang – orang yang dapat merasakan, melihat hal – hal gaib
mempunyai kadar spiritualitas yang tinggi4.
“ Karena ceritamu akan jadi nonsense “ ( Triyanto Triwikromo, 2003:12 ).“ Bandel. Kau harus mengonstruksi ulang ceritamu. Jangan sok absurd. Jangan soksurealis. ( Triyanto Triwikromo, 2003:14 ).“ Lalu kau ! / ya kau ! / menganggap itu kisah usang //( Puisi “ Ode Untuk Simbah “ oleh Panji Cybersufi ).“ Inilah cerita yang kau sangka konyol itu “. ( Triyanto Triwikromo, 2003:14 ).“ Kali ini aku gemetar ( apakah kau masih menganggap aku mengidap Schizophrenia ? ) “.( Triyanto Triwikromo, 2003:18 ).
Lalu
akhirnya,
“Mereka akan menjadi nonsense dalam ceritamu !, mereka akan jadi konyol !, mereka akan, …( Triyanto Triwikromo, 2003:20 ).
Saya
seorang yang realistis dan rasional, menghadapi keadaan simbah.
Lama aku mengamati aktivitas ngomyangnya
simbah.
Kebiasaan ngomyang
simbah,
selalu didepan cermin almari di kamarnya. Dia sering mengaku melihat
makhluk – makhluk aneh yang ingin mengganggunya, mencuri pakaian
dan barang – barangnya, berulangkali mengajaknya pergi, bahkan
sampai memaksa dan memakinya, makanya ia selalu membalas dengan
teriakan dan umpatan.
Suatu
waktu, simbah
bingung sendiri mengemasi seluruh pakaian. Menitipkannya ke kamar ibu
agar tidak dicuri. Setiap hari simbah
ngomyang,
sesekali sampai larut malam didepan lemari. Jika sudah kecapaian, ia
akan tertidur pulas. Aku sering memperhatikan tanpa kata – kata.
Simbah
selalu mengatakan, orang yang kerap mengajaknya pergi adalah kakek
dan Mbah Genyeng. Mbah Genyeng adalah teman sepantarannya yang sudah
lama meninggal dunia.
Ngomyang
pada dasarnya merupakan kebutuhan manusia untuk selalu berkomunikasi,
berdialog dengan dirinya sendirinya. Seperti kita sedang bercakap –
cakap dengan sedulur
bathin.
Selanjutnya akan dibahas dalam “
A Beautiful Mind ; Sebuah Film Kehidupan “.
Telinga
risih bercampur kasihan, mengapa ajal menyerang otaknya duluan ?!.
Mungkin orang perkotaan tak akan repot – repot memperlakukan
Manusia Lanjut Usia ( Manula ). Cukup mengirimnya ke Panti Jompo,
sesekali membesuk dan memberikan uang. Tindakan ini lebih baik
ketimbang membiarkan orang – orang jompo berkeliaran di jalanan.
Demikankah perasaan manusia – manusia yang disebut modern, sadar
ilmu pengetahuan dan teknologi ?!.
Bukan
!, bukan begitu maksudku !, dikotomi antara “ kota “ dan “ desa
“ akan terus terjadi dalam berbagai hal.
Memang
para Manula merupakan bagian dari keluarga kita, tak akan menuntut
imbal jasa atas segala kasih sayang dan perjuangannya agar anak –
anaknya tumbuh dan berkembang baik seperti sekarang.
Lalu
kau balas orang – orang rapuh itu dengan ' mengasingkannya ' ke
Panti Jompo ?!, bukankah orang – orang jompo dipelihara negara ?!.
Ah
!, pernahkah sesekali kita mencoba menyelami kesunyian dikala usia
memasuki senja, ketika segalanya mulai mengalami penurunan fisik dan
mental ?!.
“
Berikan aku Gedhang
Mas,
jika kondisiku sudah parah dan tak bisa apa – apa lagi “
pesan
simbah.
Tujuh
sampai sepuluh tahun kedepan trend Yogyakarta adalah sebagai kota
pensiunan. Artinya Yogyakarta menjadi sebuah tempat yang damai.
Tempat yang tepat untuk ' pulang '. Lanjut Usia ( Lansia, umur 60
tahun keatas ) akan menjadi permasalahan sosial yang serius5
Tanggung
jawab siapa ; negara, keluarga, dominan yang mana sebaiknya ?!.
Kami
mencoba mengalihkan halusinasi simbah
dengan selalu menemani, mendengarkan dan mengajaknya bicara ( kita
memahami ini sebagai bagian dari kesunyian kala senja ), dan yang
terpenting menuntup cermin lemari agar tak membuat ilusi lagi bagi
simbah.
Cermin
menggandakan bayangan juga perasaan. Seperti Kaca Benggala, ia adalah
sarana refleksi. Namun dalam mata wajar sekalipun, bayangan –
bayangan kian aneh, selalu ada yang kurang dari diri kita sebagai
manusia, siapa lalu memenangkan pertarungan melawan diri sendiri ?!.
Seperti cermin dan bayangan.
Selama
beberapa minggu, cara itu terbukti efektif. Simbah
tak lagi ngomyang.
Tapi sekarang ia seperti kesurupan yang telah tertahan lama, dicabik
– cabiknya penutup cermin di lemari. Jadilah cerita ini dimulai
lagi dari awal mula. Saat ngomyang
itu menjadi fenomena.
Nenek memang belum layak mati. Tak akan mati sebelum kau, cucu paling terkasih, bersedia memohon kepada Allah agar Ia segera mencabut nyawanya.“ Aku sudah berdo'a dari jauh, … “( Triwikromo, Triyanto. 2003. Sayap Anjing. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, h. 11 ).
“
A-su !, bajingan !, tai ngangsu !, maju kabeh “
“
Politik ! “
“
Wo jan, politik ! “
“
Maju kabeh, bajingan ! “
“
Sret, … brak ! “
Ya,
waktu itu aku harus meninggalkan Yogya demi kepentingan pekerjaan di
Kudus. Diajak teman untuk membantu Program Sanitasi Perkotaan.
Program MDG's yang dikerjakan USAID bekerja sama dengan PDAM dan Bank
Syari'ah setempat.
Cerpen
“
Cinta Sepasang Kupu – kupu “
memang dipenuhi birahi yang luar biasa liar. Puncak dari rasa cinta
adalah hubungan penyatuan seksualitas dalam artian luas dan jernih.
Persenggamaan manusia, alam menumbuhkan ladang – ladang penuh
kesuburan. Disitu pulalah manusia belajar mengolah raga dan rasa.
Cinta dan birahi dalam cerpen ini dilukiskan secara harfiah. Mungkin
cinta dan kematian hanyalah ilusi otak manusia.
Jangan kau kutuk cinta yang paling terkutuk sekalipun. Dalam cinta, usia hanyalah angka -angka yang absurd. Dan tubuh ?, tubuh tak mengenal keriput atau kematian yang mengadang .( Triwikromo, Triyanto. 2003. Sayap Anjing. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, h. 17 ).
Kuburan China |
Sabtu
Pahing ( 15 / 09 / '12 ) menjelang Subuh aku bermimpi, tubuhku
mendadak ringan terbang dari Kudus menuju Yogya. Kulihat sendiri
diriku keluar dari tubuhku yang sedang berbaring di kamar, lalu
melesat. Kulihat
simbah
di kamar terlentang, tak berdaya. Dia terlihat kaget ketika ku
datangi. Seolah lidahnya ingin berkata. Yang kudengar hanya, “
Kerise neng ndi ?! “.
“
Digowo Pakdhe “
jawabku cepat. Secepat itu pula tubuh simbah
memudar. Segalanya berubah menjadi hutan belantara, suara – suara
aneh, makhluk – makhluk aneh. Segalanya adalah alam.
“
Oh begitu cepat. Simbah
pamit
layon6
“
batinku.
Mimpi
adalah cara lain dalam berkomunikasi terhadap sesuatu. Ini bisa
terjadi karena faktor kedekatan batin. Dapat pula diartikan ;
- Terlalu sering memikirkan
- Terlalu mencintainya
- Terlalu membenci
- Terlalu sering bertemu secara fisik
- Hanya bunga tidur
Sungguh
memang ter-la-lu !. Dalam khasanah Jawa, diringkas dalam 3 kata ;
Titiyoni,
Gondoyoni, Puspa tajem.
Ternyata Subuh kian jauh, rapuh tak tersentuh. Karena itu, adakah siksa yang lebih menyakitkanketimbang kesunyian menunggu iblis yang abai pada jam kematian perempuan tua yang telahkehilangan kehijauan sepasang mata undan ?.( Triwikromo, Triyanto. 2003. Sayap Anjing. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, h. 19 ).
Mereka
( sepasang Kupu – kupu yang tersesat di kegelapan malam ) saling
mengejar hanya untuk meyakinkan pada diri sendiri betapa diujung
langit masih ada cahaya, kehidupan dan ranting – ranting hijau
untuk hinggap dan bermesraan.
Seorang renta teruslah berkisah / Keduanya bertukar / Kupu - kupu terbang rendah /dodor dhodhotnya / Antara beban dan terbang/ semua mengambang/ O udara, segala hal dilaluinya ! //( Puisi “ Ode Untuk Simbah “ oleh Panji Cybersufi ).
Jam
06.00 WIB, adikku menelpon. Katanya simbah
telah meninggal pukul 05.30 WIB, aku harus segera pulang.
Daging - daging tua ini minta disholatkan / kata - kata ini minta dikembalikanpada asal mula kata / " mantra " / kata Tardji //Waktu kembali purba / segala memutih / kosong / transparan / terbekukan /Cerita tentang manusia diawali tangisan / diakhiri tangisan / Lalu dimana kauletakkan senyuman ?! / pada bibir keriput berkata, " Tuhan "-kah ?! " //( Puisi “ Ode Untuk Simbah “ oleh Panji Cybersufi ).Sungguh, hanya kau yang menganggap saat – saat terakhir nenek menjemput ajal sebagai peristiwa yang luar biasa. Kau bilang 98 tahun nenek mengelupas kulit waktu tak semudah mendesiskan nama Allah hingga hitungan butir tasbih ke – 99. Dan, kau tak tahu dengan cara apa Tuhan akan menjagal nenek setelah tubuh rapuh itu teronggok bagai bangkai Kucing disudut kamar.( Triwikromo, Triyanto. 2003. Sayap Anjing. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, h. 10 ).
A
Beautiful Mind ; Sebuah Film Kehidupan
Ketika
melihat film A
Beautiful Mind,
serasa mengenang almarhumah
simbah.
Entah, mungkin karena faktor kedekatan pertautan tema tentang
Schizophrenia.
Boleh juga dianggap mengada – ada, tetapi ini bersumber dari
empirisme yang merupakan pengalaman langsung. Ikut serta, melihat dan
menganalisa.
Film
A Beautiful Mind
diangkat dari kisah nyata kehidupan John
Forbes Nash, Jr
dipadukan dengan biografinya yang ditulis Sylvia
Nasar
dalam judul yang sama, A
Beautiful Mind7
.
Hal
yang luar biasa dari kisah yang berdurasi 2 jam lebih ini terfokus
pada perjuangan manusia jenius dalam mengalahkan penyakit jiwa
Schizophrenia.
John
F Nash, Jr
(
Russell Crowe )
adalah seorang Ahli Matematika yang berhasil mendapatkan beasiswa di
Universitas Princeton tahun 1947. Di Princeton ia bertemu dengan
rekan – rekan seangkatan, yang kemudian mengakuinya sebagai yang
paling jenius diantara mereka. Nash beruntung mendapatkan teman
sekamar, Charles
( Paul Bettany ) yang
banyak membantu masalah pribadinya. Terutama saat dosennya sendiri
meragukan kemampuan Nash, setelah sekian lama keberadaannya di
Princeton belum menunjukkan kompetensinya. Padahal sejak semula, Nash
ingin menciptakan teori yang lain dari yang pernah ada. Ia ingin
menunjukkan kompetensinya dengan menciptakan ide yang original. Hal
itu baru ditemukan ketika teman – temannya berdebat memperebutkan
perhatian seorang gadis. Momen itulah John
Nash, Jr
mengeluarkan teori yang mematahkan teori Adam Smith Sang Bapak
Ekonomi Modern yang kokoh selama 150 tahun. The
Game Theory
atau Nash
Equilibrium.
A Beautiful Mind scene |
Karena
keberhasilannya, beberapa tahun kemudian Nash diberikan kesempatan
untuk mengajar di Massachussetts Institute of Technology ( MIT ),
bahkan kemudian diminta membantu Departemen Pertahanan Amerika untuk
memecahkan sandi rahasia Rusia. Saat itu perang dingin antara Amerika
dengan Rusia masih berlangsung. Ditempat ini ia berkenalan dengan
William
Parcher ( Ed Harris ),
yang melibatkannya pada misi – misi selanjutnya.
Dalam
kurun waktu yang sama, Nash juga berjumpa dengan
Alicia Larde ( Jennifer Connelly )
salah satu mahasiswinya di Massachussetts Institute of Technology (
MIT ). Perkenalan dan hubungan keduanya semakin berkembang. Alicia
menyadarkannya, membuatnya memahami tentang unsur terbesar dalam
keseimbangan hidup manusia, yaitu cinta.
Momen
– momen ( sentimentil ) ini terasakan dalam scene
perkencanan, kebersamaan Nash dan Alicia. Pertama kali kala Alicia
mengajak sang profesornya untuk makan malam bersama, hmm, …
lihatlah reaksi Nash. Juga saat Alicia mengajarinya tentang arti
cinta.
Cinta
hanyalah perasaan, unsur terbesar dalam keseimbangan hidup manusia
agar tak terjebak dalam kecerdasan robotisme. Mungkin juga hanyalah
unsur kimiawi, biologi, matematika dan ekonomi
8
. Cinta secara fisik, emosional juga spiritual. Begitulah cinta. Atau
bisa pula sebuah perasaan yang dibuat – buat dari serangkaian
penelitian ; bahwa cinta itu ada !. Begitulah Nash dan Alicia,
akhirnya mereka memutuskan untuk menikah tahun 1957.
Saat
Alicia hamil, barulah ia menyadari bahwa Nash bukan hanya sulit
bersosialisasi, melainkan mulai menunjukkan sikap aneh. Ia mulai
berbicara tentang orang – orang yang tak pernah dilihat orang lain,
paranoid berlebihan.
Kondisi
seperti ini juga aku alami ketika masih kecil, belum sekolah, belum
bisa baca dan tulis. Tanpa kondisi paranoid yang berlebih, tak punya
kesulitan bersosialisasi dengan teman sebaya. Aku sering menciptakan
dan berbicara dengan teman – teman yang dianggap fiktif oleh orang
lain.
Ada
4 orang Sedhulur
Bathin
( sahabat batin, sahabat jiwa ), begitu aku menyebutnya. Retno
Dumilah, Bambang Banar Bawana, Nur Kencono Remeng dan Sri Kolem.
Rumah
Retno Dumilah disebelah Timur ( Timur = Wetan,
kawiwitan
) rumahku, dia awal mula yang kukenal. Kita sering mengaji bersama,
bercakap – cakap tentang wujud Tuhan. Maklum kanak – kanak suka
berimajinasi. Kesukaanya memakai pakaian serba Putih. Tuturnya
menyejukkan seperti air. Sedangkan Bambang Banar Bawana rumahnya agak
jauh. Dipinggir Pesisir Selatan. Warna favoritnya Merah, tubuhnya
lebih kekar dariku, suaranya keras, pembawaannya berapi – api dan
meledak – ledak. Tapi anehnya,
simbah lebih
suka memanggilku “ Bambang “ daripada namaku sendiri “ Panji “.
Dahulu
aku menganggap Nur Kencono Remeng berumah di Kulonprogo tetapi
sekarang setiap penjuru Barat ditempatinya. Dia datang dan pergi
seperti angin lalu. Semacam kelebatan kekuningan terang, keemasan.
Sedhulur
batinku
selanjutnya, Sri Kolem. Kami jarang bercakap, namun kita saling
memahami. Jarang bertemu dan berkomunikasi namun tidak sama sekali
membuat relasi menjadi fiktif dan pasif ( tak peduli ). Rambutnya
hitam legam, berkilauan. Hitamnya seperti bayangan.
Mereka
memiliki kepribadian dan skill
masing – masing, aku selalu tahu bagaimana musti berkomunikasi
dengan mereka semua. Sangat mengasyikkan berkumpul dengan mereka,
segalanya ada.
Jauh
sebelum Dunia Barat mencetuskan konsep Ego
State,
nenek moyang kita khususnya Orang Jawa telah memaksimalkannya melalui
bentuk local
wisdom.
Kakang
Kawah Adi Ari - ari,
Sedhulur
Papat Limo Pancer,
bahkan ada yang menyebutnya Sedhulur
Songo.
Banyak versi penjelasan tentang ini. Kondisi seperti ini bukan
termasuk gejala split
personality
ataupun kepribadian ganda. Ranah psikologi akan tuntas
menjelaskannya.
Sampai
saat ini, sedhulur
batinku
masih setia menemani. Saat menulis, aku selalu ditemani Retno Dumilah
9.
Aku
berbohong ketika mengatakan kesunyian, sebab sedhulur
batin
selalu menemaniku. Terkecuali jika orang menganggap mereka hanyalah
fiktif. Tapi ada juga yang menyebutnya bukan dengan nama seperti
keempat
Sedhulur Bathinku
tersebut, namun menyebutnya Mar dan Marti. Mungkin hal ini hanya soal nama,
perasaan dan pikiran.
Ketika
semuanya semakin parah, Alicia terpaksa menyerahkan Nash pada Dr.
Rosen ( Christopher Plummer ),
seorang dokter ahli jiwa. Nash divonis menderita gangguan jiwa
Schizophrenia.
Gangguan
jiwa yang unik, juga cukup membahayakan karena tidak dapat
disembuhkan secara total. Sepanjang hidupnya penderita akan sangat
tergantung pada pengobatan khusus. Keberhasilan proses pengobatan
ini pun tergantung dari dukungan keluarga dekat.
Tak
jelas, apakah penyakit Schizophrenia
ini
bisa diturunkan. Namun orang tua yang menderita Schizophrenia
tidak
diobati,
kemudian
membesarkan anaknya sendiri, ada kemungkinan anak tersebut akan
mengalami tekanan mental sejak dini dan berpeluang juga mengalami
gangguan kejiwaan.
Proses
pengobatan pun dijalani Nash. Konsumsi obat – obatan dan gangguan
kejiwaan menjadikannya tidak mampu lagi berkonsentrasi dalam bidang
ilmunya.
Dalam
masa terkelam inilah sosok Alicia sebagai istri yang setia dan teguh
hati, membantu Nash untuk meraih hidupnya kembali. Berjuang melawan
Schizophrenia.
Wanita mengungkapkan sesuatu melalui apapun. Lihatlah mata Alicia !. |
Perjuangan
Nash memang luar biasa. Disamping usahanya untuk merebut kembali
hidupnya dari gangguan kejiwaan. Tanpa Alicia, Nash tidak mungkin
akan bangkit dari keterpurukan akibat Schizophrenia.
Segala
perjuangan Nash digambarkan begitu ' hidup ' oleh Russell
Crowe,
baik dalam keperkasaannya di dunia Matematika ataupun keterpurukannya
dalam gangguan kejiwaan yang dideritanya. Bahkan penulis biografi
John
Nash
berkementar, “
A movie with Russell Crowe can reach far more than a book will “
Nasar
said.
Tak
kalah hebatnya adalah akting
Jennifer Connelly
memerankan sosok Alicia. Meskipun baru muncul diparuh kedua film,
namun ia mampu membawakan mandat sebagai central
dalam keseimbangan kehidupan Nash. Lewat tangan cintanya pula yang
menuntun Nash menaiki podium untuk menerima penghargaan Nobel Bidang
Ekonomi pada masa tuanya ( 1994 ).
Hollywood
Foreign Press Association
pun memberikan penghargaan tertinggi pada akting pasangan ini.
Mengganjarnya dengan penghargaan Golden
Globe
tahun 2002, masing – masing untuk Best
Drama Actor
dan Best
Drama Supporting Actrees.
Tak cukup hanya itu, 3 nominasi lain juga didapatkan.
Best Screenplay
( Akiva Goldman ),
Best
Director
( Ron Howard )
dan Best
Drama Motion Picture
(
A Beautiful Mind ).
Sayang 1 kategori terlepas, saat Ron
Howard
gagal mendapatkannya. Padahal disamping Akiva
Goldman
yang menuliskan skenario yang kuat dan menyentuh, Ron
Howard
begitu brilliant
mengejawantahkannya dalam gambar hidup yang memikat.
Film
ini boleh saja didedikasikan untuk John
Forbes Nash, Jr
dengan mengambil tema yang pekat dalam dunia science,
namun justru yang menarik adalah semuanya dijabarkan secara sederhana
dan tidak berputar – putar. Howard tak banyak mengumbar adegan yang
menguras air mata, ataupun melontarkan berbagai istilah dalam
Matematika yang rumit. Sesederhana Nash menemukan The
Game Theory-nya,
pada akhirnya.
Lewat
penuturan kisah nyata, Matematika akan sangat menyenangkan untuk
dipelajari 10
.
Adalah
tidak mungkin menterjemahkan Biografi A
Beautiful Mind
yang 400-an halaman itu dalam sebuah film yang hanya berdurasi 2 jam.
“ The story wakes you up to the fact that many types of people suffer for this illness( Schizophrenia ), and it highlights the fact that people can recover “ kata penulis BiografiA Beautiful Mind, Sylvia Nasar.
Ya,
“ many types of people “
termasuk simbahku
juga neneknya Triyanto. Aku tidak tahu harus merasa ; senang, duka,
lega, biasa, campur aduk. Kematian jalan terbaik bagi simbah
untuk melepaskan diri dari penderitaan. Kematian adalah kepastian.
Kepastian yang dirahasiakan. Kerahasiaan itu dapat dirasakan. Al
mautu babun,
kematian adalah pintu.
Penghujung
Mei – 01 Juni 2013 di Jogja dalam kedamaian.
Revisi 1 ( 30 Juli 2013 ).
Revisi 1 ( 30 Juli 2013 ).
Catatan
Akhir “ Film A Beautiful Mind, Simbah dan Triyanto Triwikromo “
1
Sebuah
cerita bisa saja berangkat dari realitas yang serupa dalam rentang
waktu yang berbeda. Bisa jadi saling mempengaruhi ataupun tidak sama
sekali. Tetapi justru memperkaya perbandingan dalam kesamaan tema.
Cerita
yang dianggap absurd oleh orang lain, ternyata menjadi sebenar –
benarnya realitas pada orang berbeda pula. Untuk itulah cerita
tentang simbahku
dan Cerpen Cinta
Sepasang Kupu – kupu
( dalam kumpulan cerpen Triyanto
Triwikromo, 2003. Sayap
Anjing.
Jakarta : Penerbit Buku Kompas, h.10 - 20
) memiliki korelasi.
2
Triyanto
sendiri tidak sepakat dengan kritikan tersebut, demi menghormati
kritikannya ia melakukan re-writing
besar – besaran. Kritik – kritik Nirwan Dewanto dimasukkannya
kedalam teks, sehingga Cerpen Cinta
Sepasang Kupu – kupu
memiliki struktur yang mengait. Struktur yang berkaitan dengan
cerita dan yang berkaitan dengan kritik.
(
selanjutnya
:
Triyanto Triwikromo, ibid.
h. xiv – xv
).
3
Bandingkan
perlakuan Larung Lanang terhadap neneknya ( Anjani ) yang telah renta
dalam Novel ; Ayu
Utami, 2001. Larung.
Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.
4
Sebagian orang beranggapan, bahwa agama merupakan gejala neurosis
kolektif. Tuhan hanyalah sebuah ilusi, delusi. Pemeluk agama dianggap
penderita Schizophrenia.
Sigmund
Freud
( 1856-1939 ) pernah mengaitkan agama dengan Oedipus Complex, yaitu
pengalaman infantil seorang anak yang tidak berdaya dihadapan
kekuatan dan kekuasaan bapaknya. Agama dinilainya sebagai neurosis.
Dalam psikoanalisanya tentang unsur kepribadian, dia mengungkapkan
hubungan antara ;
Id, Ego, Super Ego.
Hasil
penelitian Freud berakhir dengan kurang simpatik terhadap realita
keberagaman manusia, tetapi temuannya ini cukup memberi peringatan
terhadap beberapa kasus keberagaman tertentu yang lebih terkait
dengan patologi sosial maupun kejiwaan.
Jika
Freud oleh beberapa kalangan dilihat terlalu minor melihat fenomena
keberagaman manusia, lain halnya dengan psikoanalisa yang dikemukakan
Carl
Gustav Jung
( 1875-1961). Menurutnya, ada korelasi yang sangat positif antara
agama dan kesehatan mental.
5
Tahun
2020 diperkirakan terjadi ledakan Lanjut Usia ( Lansia ), termasuk di
Indonesia. Diperlukan berbagai pemikiran ;
- Perlukah dibuat kebijakan khusus Lansia ?!
- Kemandirian Lansia, tidak hanya menjadi beban, Lansia yang masih produktif ( bekerja dan berpikir )
- Kesehatan Manusia Lanjut Usia ( Manula ), penggalakan Pos Pelayanan Terpadu ( POSYANDU ) Lansia, jaminan kesehatan, dll
Ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, trend Baby
Boomers,
penghambat penuaan dini, peremajaan sel – sel tubuh, sistem
kekebalan manusia, penundaan kematian, dll.
Penanganan
terhadap Lansia juga merupakan amanat pasal 33 UUD 1945. Lansia
merupakan salah satu program prioritas nasional sesuai Instruksi
Presiden No. 3/2010, bersama dengan anak terlantar, penyandang cacat,
komunitas adat terpencil, dan pekerja migran yang bermasalah. Pada
dasarnya, Lansia juga terkait masalah kemanusiaan.
Perlu
diingat ( kan ) kembali, bahwa DIY merupakan tuan rumah deklarasi
kesepakatan pertemuan 11 Menteri Kesehatan anggota World
Health Organization Regional Office for South-East Asia
( WHO SEARO ).
Hasil
kesepakatan bersama tersebut terkait dengan Lansia yang terangkum
dalam Deklarasi
Jogja.
Mulai dari kebijakan yang baik, program pencegahan penyakit di hari
tua sampai pelayanan kesehatan yang ramah Lansia.
Coba
sesekali kita berkunjung ke Pantai Jompo, adakah terdapat fasilitas
untuk olah raga, ruang baca atau membuat kerajinan, misalnya
kaligrafi untuk mengisi waktu ( menghindari kepikunan dengan terus
berkarya ataupun sekedar menyalurkan hobby ), program rekreasi bagi
Lansia, kegiatan sosial keagamaan, klinik kesehatan yang memadai, dll
?!.
Pelayanan
terhadap Lansia di Pantai Jompo pun membuka lowongan kesempatan
kerja, pada sisi lainnya.
6
Pamit
layon
= minta pamit untuk wafat.
7
Penambahan,
pengurangan dan penyesuaian cerita dalam film yang berdasar kisah
nyata sangat lumrah dilakukan dengan berbagai pertimbangan ( klimaks
cerita, durasi, biaya produksi, promosi, lembaga sensor, dll ).
Bandingkan Film
A Beautiful Mind
dengan buku biografinnya dalam ;
Nasar,
Sylvia. 1998. A
Beautiful Mind.
New York : Simon & Schuster
Nasar,
Sylvia. 2005. A
Beautiful Mind. Jakarta
:
Gramedia
Pustaka Utama, 625 halaman.
Biografi
yang ditulis Sylvia
Nasar
tersebut merupakan pemenang National Book Critics Circle Award 1998,
dan finalis Pulitzer Prize.
8
Jika
menyangkut masa depan, cinta haruslah realistis. Diakui ataupun
tidak, status sosial dan ekonomi sangat mempengaruhi relasi antar
manusia. Setidaknya orang akan merasa nyaman jika se-level.
Kita mungkin sungkan bertanya tentang penghasilan seseorang,
PENGHASILAN
ANDA =
Penghasilan
5 teman dekat anda : 5
Status
sosial dan ekonomi juga menentukan harga diri seseorang. Uang masih
dipercayai sebagai alat distribusi dan simbol kemakmuran.
HARGA
DIRI
- Gaji : Rp 4.000.000, 00 / bulan
- Jumlah hari kerja : 26 hari ( 4 hari libur ). 26 hari X 480 menit = 12.480 menit
- Jumlah jam kerja : 9 jam ( 1 jam istirahat ) / hari. 8 jam X 60 menit = 480 menit
HARGA
DIRI = Rp 4.000.000 / 26 = 153. 846, 15 / 480 = 320,51281 / 60 = 5,
3418801
HARGA
DIRI = Rp 5, 3418801 / jam.
Dari
rumus sederhana tersebut dapat disimpulkan ;
- Faktor lingkungan dan teman akan sangat mempengaruhi penghasilan dan nilai diri seseorang
- Relasi hubungan antar manusia menciptakan peluang bisnis ( sistem jaringan dalam berbagai bidang ). Sumber Daya Manusia adalah asset.
- Harga diri ( secara materiil ) dalam kasus ini, bekerja selama 9 jam dengan istirahat 1 jam menentukan harga dirinya selama 24 jam ( 1 hari ). Sedangkan waktu yang tersisa selain untuk bekerja ( 15 jam ) masih bisa dimanfaatkan untuk ;
Menambahkan
harga diri secara materiil dan atau menambahkan harga diri secara non
materiil.
Pada
dasarnya manusia itu terbentuk dari nilai materi dan non materi,
seperti juga uang dengan nilai instrinsik dan ekstrinsik. Alokasi
waktu 15 jam akan menentukan nilai materiil dan non materiil.
- Perencanaan alokasi keuangan ( management keuangan ) sangat diperlukan.
Nah,
jika orang yang belum punya gaji Rp 4 Juta per bulan seperti saya ini
?!.
Hal
paling realistis ketika ingin menjalin hubungan serius dengan seorang
wanita, ditempuh dengan cara ;
- Menambahkan harga diri secara material. Waktu dan nilai penyusutan terhadap berbagai hal juga perlu dipertimbangkan pengaruhnya, karena keadaan ceteris paribus itu tidak ada sesungguhnya..
Lalu
jika uang, waktu dan kesehatan sudah tidak menjadi masalah, apa yang
ingin dilakukan ?!.
- Pilih yang bisa memahami keadaan diri, hidup dengan cinta, syukur dan apa adanya --- hal ini klise --- tetapi banyak juga orang yang telah membuktikannya.
Kadang
orang memerlukan motivator, alasan diluar dirinya sendiri ( faktor
eksternal ) untuk membangkitkan The
Giant
dalam diri manusia, jika The
Power of Kepepet
itu masih kurang untuk mngembangkan kapasitas diri. Keterpepetan (
alami, artifisial ) ' memaksa ' setiap orang untuk memilih, terlepas
dari berbagai kemungkinan.
Karena
cinta itu proses, cepat atau lambat perasaan cinta itu datang
bukanlah ukuran tetapi ruang dan waktu mempunyai batasan yaitu otak
kita, hati manusia. Proses itu ;
eksistensi diri --- bertahan hidup --- berkembang biak ( secara luas
).
Sejak dahulu memang begitu, tak terbantahkan !. Sedangkan teknologi
hanya mengeksplorasi, mensubtitusi bagian – bagian itu (
eksistensi diri --- bertahan hidup --- berkembang biak ).
9
Saat menulis ini pun, Retno Dumilah selalu setia menemaniku. Ia
sering cerewet mengingatkanku tentang ; gagasan atau tujuan, bentuk,
gaya, struktur, ketrampilan dan permukaan pada sebuah karya.
10
Sebuah
Tv swasta nasional (
Kompas TV )
memberikan inspirasi dengan menayangkan program Scince
Is Fun,
sebagai pioneer
bahwa dunia sains bisa dipelajari dengan sangat menyenangkan.
Panjang amat.
BalasHapus