Wonokromo
1
Aku
mengenal kakek buyutku dari ibuku sendiri. Beliau tidak melakukan
sesuatu yang besar dan berharga pada masa hidupnya. Bagiku kakek
telah melakukan hal yang besar untuk keluarga. Hal kecil namun terus
dikenang sampai sekarang, bahkan wujudnya masih ada.
“
Apa aku akan dikenang oleh cucu cicitku ?! “. Bisiku dalam hati.
“
Sekedar nama saja “.
Aku
selalu berpikir seperti itu. Lamat - lamat mulai terbayang sosok
kakek buyutku. Dari atas kebawah, kenangan menjadi nyata. Sosok masa
lalu menjelma muda pada diriku.
Lalu
Ibu akan bercerita begitu fasihnya tentang beliau. Menurutnya, ketika
bercerita padaku ia menemukan kembali sosok kakek buyut. Mirip secara
fisik dan beberapa sifat dasar pada diriku. Entah Ibu mengetahuinya
dari mana. Aku sangat menyayanginya maka kupercayai saja ceritanya.
Suatu
senja, kami sekeluarga menantikan Bedug Maghrib. Suruping
mega abang lan kuning
disisi Barat. Aku menghitung hari dengan umurku sendiri. Seperti kata
bapak,
“
Hidup akan bermakna, setidaknya jika ada waktu untuk menunggu “.
Saat
menunggu untuk berbuka puasa. Betapa sederhana.
“
Lihatlah !”
Ibu
menunjuk Pohon Rambutan depan rumah. Daunnya lebat, batangnya kokoh,
dan rantingnya terus tumbuh bercabang. Mulai berbuah kehijauan,
kemerah - merahan. Beberapa Semut mengerumuni rapi. Pada batangnya
terdapat goresan - goresan si tangan jahil. Dari ruang depan, goresan
yang sudah mulai mengering dapat terbaca, “ Marhaban “.
“
Kakek buyutmu bernama Wonokromo “. Masih memandang Pohon Rambutan.
“
Seorang seniman yang sederhana. Menikah dan meninggal di dusun itu
juga. Dahulu masih berupa hutan belantara “.
Radio
menyiarkan pengajian Mbah Kyai Mabarun. Suaranya khas, jika bercerita
begitu sederhana tetapi mengena. Pas dihati masyarakat mBantul.
Rambutan
itu akan berbuah lebat waktu Bulan Ramadhan atau selepas Lebaran.
“
Tulislah sesuatu untuknya “.
Pelan
- pelan mataku mulai basah. Pohon itu sering disirami Jenang
2.
Biar subur, menurut bapak kata kakek buyutku.
Pohon
- pohon itu seperti manusia. Jaringan Kambiumnya menyerap mineral -
mineral sampai keatas menjadikan hasil - hasil yang bersintesa. Buah
- buah yang masak, pohon - pohon yang bernapas.
Rambutan
itu menjadi bagian dari hutan belantara. Pohon - pohon berhubungan
dengan manusia melalui Sistem
Totemisme3.
Daun
- daun menguning berguguran tertiup angin membentuk lingkaran
disekitaran Pohon Rambutan.
Jogja,
24 April 2011.
_____________________________
1Nama
Dusun di Jogja, Kabupaten Bantul, Kecamatan Pleret. Dekat situs
Kerta ( Mataram Islam ).
2
Bubur.
3Suatu
kepercayaan yang menganggap bahwa Manusia bersaudara dengan tumbuhan
dan hewan. Dalam kepercayaan Hindu jaman dahulu, ditandai secara
sederhana dalam penggunaan nama orang. Contoh : Gajah Mada, Hayam
Wuruk, Kebo Kenongo, Ny. Pohon Haji.
Hubungan
yang harmonis antara manusia-alam-Tuhan terlukis sempurna dalam Qs.
As Syams.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.