Oleh
M. Amin Abdullah
Keynote
Speecher, disampaikan dalam Dialog Kebudayaan, LPM Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta, 15 Januari 2011
Keempat,
comparative.
Studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari
berbagai tradisi, sosial, budaya, dan agama – agama. Talal Asad
menegaskan lagi disini bahwa, “
What is distinctive about modern anthropology is the comparisions of
embedded concepts ( representation ) between societies differently
located in time or space. The important thing in this comparative
analysis is not their origin ( Wastern and Non-Wastern ), but the
form of life that articulate them, the power they release or dissable
“
( Talal
Asad.
Formations
of The Secular : Christianity, Islam, Modernity.
Stanford,
California : Stanford University Press, h. 17 ).
Setidaknya,
Cliffort Geertz pernah memberi contoh bagaimana dia membandingkan
kehidupan Islam di Indonesia dan Marokko. Bukan sekedar untuk mencari
kesamaan dan perbedaan, tetapi yang terpokok adalah untuk memperkaya
perspektif dan memperdalam bobot kajian. Dalam dunia global seperti
saat sekarang ini, studi komparatif sangat membantu memberi
perspektif baru baik dari kalangan insider maupun outsider ( Fazlur
Rahman, 1985.
“
Approaches to Islam in Relegious Studies : Review Essay “.
Dalam Richard
C. Martin [ Ed.
],
Approaches to Islam in Relegious Studies.
Tucson
: The University of Arizona Press, h. 196.
Juga Kim
Knott.
“
Insider Outsider Perspective “
dan John
R. Hinnells, 2005.
The
Routledge Companion to Study of Religion.
London
and New York : Routledge, h.243-255 ).
Praktik
Kehidupan, Konteks dan Keanekaragaman
Dalam
kaca mata Antropologi Agama,
agama
adalah 'Ideas
and practices that postulate reality beyond that which is immediately
available to the senses' (
Agama adalah sekumpulan ide – ide atau pemikiran dan seperangkat
tindakan konkret sehari – hari yang didasarkan atas postulasi atau
keyakinan kuat adanya realitas yang lebih tinggi berada diluar alam
materi yang biasa dapat dijangkau langsung dalam kehidupan materi ).
Apa yang disebut agama, dalam praktiknya memang sangat berbeda dari
satu masyarakat pemeluk agama tertentu ke masyarakat pemeluk agama
yang lain, baik yang menyangkut sistem kepercayaan yang diyakini
bersama, tingkat praktik keagamaan yang dapat melibatkan emosi para
penganutnya, serta peran sosial yang dimainkannya. Agama – agama
Abrahamik dan non-Abrahamik dan lebih – lebih agama lokal yang lain
adalah sangat berbeda dalam penekanan aspek keberagamaan yang
dianggap paling penting dan menonjol. Ada yang menekankan pentingnya
sisi ketuhanan ( deities
atau spirits
),
ada yang lebih menekankan kekuatan impersonal ( impersonal
forces )
yang dapat menembus dunia alam dan sosial, seperti yang dijumpai di
agama – agama di Timur. Atau bahkan ada yang tidak memfokuskan pada
sistem kepercayaan sama sekali, tetapi lebih mementingkan ritual.
Pada
umumnya, hasil field
note research
di lapangan dari berbagai kawasan, para antropolog hampir menyepakati
bahwa agama melibatkan 6 dimensi ; 1). perform
certain activities (
ritual ), 2). believe
certain things
( kepercayaan, dogma ), 3). invest
authority in certain personalities (
leadership,
kepemimpinan ), 4). hallow
certain text (
kitab suci, sacred
book
), 5). telling
various stories
( sejarah dan institusi ), 6). legitimate
morality
( moralias ).
Ciri
paling menonjol dari studi agama --- yang membedakannya dari studi
sosial dan budaya, adalah keterkaitan dari keenam dimensi tersebut
dengan keyakinan kuat dari para penganutnya tentang adanya apa yang
disebut dengan non-falsifiable
postulate alternate reality (
realitas tertinggi yang tidak dapat difalsifikasi ). Keenam dimensi
keberagamaan tersebut jika dikontekskan dengan Agama Islam, maka
kurang lebih akan menjadi seperti berikut ; 1). Ibadah, 2). akidah,
3). Nabi dan Rasul, 4). Al Qur'an dan Al Hadits, 5).al Tarikh dan al
Sirah, 6). al Akhlak.
Keenam
dimensi tersebut lalu dikaitkan dengan Allah ( yang bersifat
non-falsifiable
alternate reality
) juga.
Sebutlah
keenam dimensi tersebut --- peneliti dan sarjana peneliti agama lain
bisa menambah atau menguranginya --- sebagai General
Pattern
dari agama – agam dunia, tetapi begitu keenam dimensi keberagamaan
manusia tersebut masuk ke wilayah praktik sehari – hari di
lapangan, maka ia akan masuk wilayah Particular
Pattern.
Wilayah Particular
Pattern
dari agama – agama tersebut adalah ketika agama begumul dan masuk
dalam konteks perubahan sosial, politik, ekonomi dan budaya, juga
geografi, perbedaan iklim dan kondisi alam yang berbeda – beda.
Semuanya akan jatuh ke wilayah diversitas atau kepelbagaian. Dalam
pandangan studi agama, lebih – lebih dalam perspektif Antropologi
Agama, agama – agama di dunia tak ada yang sama. Kepelbagaian ada
disitu. Dalam local
practices
dari keenam dimensi tersebut, yang ada hanyalah kepelbagaian dan
keanekaragaman. Tapi dengan muncul dan tumbuhnya kesadaran akan
pentingnya martabat kemanusiaan ( human
dignity
), maka para tokoh agama tersebut juga menggaris bawahi pentingnya
General
Pattern
( dalam bahasa Islam ; Kalimatun
sawa
) yang ada dibalik diversifikasi Particular
Pattern tersebut.
Penelitian
dan studi Antropologi Agama
akan sangat membantu memahami akar – akar kepelbagaian ( diversity
) dalam berbagai hal ; kepelbagaian dalam menginterpretasi teks,
perbedaan ritual peribadatan, model – model kepemimpinan,
perjalanan kesejarahan, perkembangan kelembagaan agama, bagaimana
pengetahuan dan ide – ide ( gender, hak asasi manusia, kemiskinan,
lingkungan ) didistribusikan dan disebar luaskan dalam masyarakat
luas lewat organisasi sosial-keagamaan dan lembaga – lembaga
pendidikan, bagaimana keadilan dan kesejahteraan diperbincangkan.
Akan dapat dijelaskan dan direkonstruksi kembali bagaimana praktik
keagamaan ( local
practices
) pada tingkat lokal dalam keterkaitannya dengan pelbagai macam
penafsiran oleh para tokoh ( da'i, kyai, pemangku adat, tokoh agama,
guru, dosen ) dan pemangku kepentingan lainnya serta akibatnya dalam
perbedaan kehidupan sosial. Dengan bantuan pendekatan antropologi,
semua kepercayaan agama terbuka untuk diperdebatkan dan
ditransformasikan kearah yang lebih baik-humanis.
Studi
Islam dan Antropologi
Apa
yang dibicarakan diatas menemui relevansinya dengan terakhir studi
hukum Islam dan Usul
Fiqih pada
umumnya. Adalah Jasser Auda yang membuka perspektif baru tentang
bagaimana sesungguhnya peran para Jurist
dan
Fakih dalam
menentukan corak, perbedaan interpretasi serta tingkat kedalaman
keagamaan. Diuraikan bahwa terjadi pergeseran pemahaman dan peran
yang dimainkan oleh para fuqaha
dalam
setiap jaman. Sebenarnya hal ini tidak baru, karena para fuqaha
lama telah menjelaskannya. Yang penulis anggap baru adalah cara
menjelaskan dan perangkat keilmuan yang diikut sertakan yang berbeda
dari uraian terdahulu. Para pembaca semakin disadarkan betapa
diversitas dan pluralitas pemahaman keagamaan itu adalah memang
begitu adanya dan perbedaan tafsir keagamaan adalah min
lawazim al hayah.
Jika
realitasnya begitu, bagaimana cara pemimpin agama menyikapi dan
mengantisipasinya ?. Bagaimana agama dijelaskan oleh para guru agama,
para kyai, para dosen, para tokoh dan pimpinan organisasi sosial di
era global seperti sekarang ini ?.
Pada
Fiqih
era tradisional,
digambarkan bahwa peran fakih ( para ahli agama ) dianggap sederajat
dengan syari'ah, dan seolah – olah sederajat pula dengan Al Qur'an
dan Al Sunnah (
Prophetic Tradition
). Bahkan apa yang disebut Prophetic
Tradition
pun tidak atau belum dibedakan antar berbagai klasifikasi al Hadits.
Hadits – hadits Misoginik, misalnya dijadikan satu atau sederajat
dengan Hadits- Hadits lainnya.
Sedangkan
pada Fiqih
era modernitas,
secara jelas sudah mulai dibedakan antara apa yang disebut Revealed
Syariah,
dengan Al Qur'an dan Prophetic
Tradition disatu
sisi dan peran fakih
disisi
lain. Dalam wilayah Prophetic
Tradition juga
sudah dapat dipilah – pilah, mana Hadits yang muatannya dapat
diterima dan mana kiranya yang tidak dapat diterima, sesuai dengan
perkembangan pengetahuan dan literacy
umat manusia. Sedang fiqih
(
pemahaman keagamaan Islam dan praktiknya dilapangan oleh seorang
fakih
) pun sudah jelas dimana tempatnya. Dia sudah jelas berada diluar
wilayah apa yang disebut dengan Revealed
Syariah.
Pada
pemahaman Fiqih
era post modernitas,
selain menggaris bawahi yang ada pada era modernitas, tetapi peran
fakih
lebih jelas lagi dalam memahami agama. Yang baru disini adalah
bahwasanya pemahaman para ahli hukum agama ( jurist
), selain terinspirasi oleh Al Qur'an dan Al Sunah, tetapi dia
sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh pandangan hidupnya sendiri,
lingkungan yang ada disekitarnya, bahkan tingkat ilmu pengetahuan
yang dimiliki umat manusia saat itu. Faktor – faktor inilah yang
membentuk pandangan hidupnya ( Competent
world view ).
Sedang Competent
world view-nya
sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan ilmu pengetahuan (
Sciences
), baik pengetahuan alam, sosial, budaya, dan humanitas kontemporer
yang mengelilinginya. Artinya penafsiran teks – teks kitab suci dan
juga Al Sunnah dan al Hadits sangat bersifat lokal. Yaitu lokal dalam
arti ditentukan oleh tingkat penguasaan ilmu pengetahuan sang jurist
itu sendiri. Dan fiqih
tidak bisa tidak adalah sangat ditentukan oleh kondisi lokal (
sosial, politik, budaya, ekonomi ), pengetahuan yang dikuasai oleh
para ahli agama ( jurist
)
tersebut.
Sangat
dimungkinkan munculnya diversifikasi dan kepelbagaian interpretasi
dalam beragama. Dalam tingkat terakhir ini, menurut hemat penulis,
pendekatan Antropologi Agama dapat membantu dan bahkan bekerja sama
dengan studi Islam untuk menjelaskan dan melerai berbagai isu yang
sulit dipecahkan atau dijelaskan dengan hanya menggunakan salah satu
pendekatan saja apalagi pendekatan kekuasaan, pendekatan
mayoritas-minoritas, tanpa mengaitkan dan mempertautkan antara fikih
dan Usulnya dengan Antropologi Agama.
Riwayat
Tulisan “
Pertautan
Study Islam dan Antropologi [ 2 ] “
Diadaptasi
dari : M. Amin Abdullah. 2011. “
Benarkah Ada Bid'ah dalam Kebudayaan ? : Pertautan Dirasat Islamiyyah
dan Antropologi ( 2 ) “.
Dalam
: Majalah Suara Muhammadiyah ( Edisi No. 06/ Th. Ke-96, 16-31 Maret
2011 ), h. 56-57. Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Pers Suara
Muhammadiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.