Semiotika1
Hidung
Manusia
bernapas, pertanda masih hidup. Manusia berpikir, berarti masih ada.
Ada dengan menandakan eksistensi pemikiran – pemikirannya. Mungkin
begitulah dasar Filsafat Eksistensialisme yang dipelopori SK ( Soren
Kierkegaard ), Friedrich Wilhelm Nietzche, Jean Paul Satre, Simone De
Beauvoir, dll. Tetapi kita tidak ingin berfilsafat ataupun sesuatu
yang berat – berat.
Hal
sepele, remeh – temeh, yang penting “ hidup “ dulu saja. Agar
tetap hidup, kita harus terus bernapas. Tanpa bisa kita lihat (
dengan mata telanjang ), didalam udara yang selalu kita hirup banyak
benda – benda yang berbahaya. Ditambah tingkat pencemaran udara
yang sudah melampaui ambang batas. Benda – benda membahayakan
seperti debu, serbuk bunga, jamur, bakteri dan virus. Untuk itulah
hidung memiliki alat khusus yang berfungsi menyaring kotoran –
kotoran dalam udara.
Debu
dan bakteri di udara akan masuk ke lubang hidung dan akan
terperangkap di bulu yang seperti sapu. Bulu hidung merupakan
pelindung berjaring pertama. Kalaupun debu dan bakteri beruntung bisa
melewati jaring pertama ini, kita tak perlu kuatir karena ada
pelindung kedua yang lebih kuat yang sudah menunggu. Yaitu lendir
lengket yang menempelkan debu, bakteri, dll seperti perekat. Lendir
itu keluar dari Selaput Mukosa sangat tipis yang menutupi bagian
dalam hidung. Disinilah ingus yang berisi air, debu, bakteri dan sel
kulit mati terbentuk menjadi upil
2.
Dalam
terminologi Orang Jawa dalam
babahan hawa 9
3
, fungsi hidung sebagai panca indra harus dijaga penggunaannya.
Digunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan kebaikan. Bukan hanya
mengumbar syahwat indera.
Itu
pula mengapa dalam berwudhu disunatkan untuk menghirup sebagian air
kedalam hidung. Agar hidung menjadi bersih sampai kedalam –
dalamnya. Berwudhu merupakan hal yang logis, bagi yang mengetahui
tanda – tandanya.
- Hidung Sebagai Identitas
Siapa
yang belum pernah mendengar kisah Phinoccio, boneka kayu yang dibuat
Pak Tua Gebetto. Karena kasih sayang boneka kayupun menjelma menjadi
manusia. Tetapi ketika Phinoccio berbohong, hidungnya akan bertambah
panjang secara otomatis.
Kasih
sayang, pengharapan, rasa jujur, ketidak jujuran, benda tak bernyawa.
Benda tak bernyawa sekalipun jika disentuh rasa kasih sayang, maka
ia akan bertumbuh dan hidup.
Sebenarnya
kayu memiliki ruh – ruh untuk terus tumbuh dan hidup4.
Karena
setiap benda memiliki energi. Tak luput, cerita lokal tentang pewayangan pun berkisah tentang hidung.
Lalu
bagaimana sikap kita tentang hutan – kumpulan kayu dan tanaman ---
tiap tahunnya menipis karena penebangan liar, industrialisasi,
kebakaran, dll. Ah !, apakah kau sedang mencium bau gosong didalam
hutan ?!, kebakaran hutan, kurasa tidak !. Pak Gebetto dan
Phinoccio sedang memanggang Kalkun sambil bercerita ;
Di
daerah Gunung Kidul ( Yogya ) dengan topografi dataran tingginya,
banyak terdapat jalan panjang yang berliku sebagai jalur lalu
lintas. Masyarakat setempat menyebutnya Tikungan Irung
Petruk
( Hidung Petruk ).
Tikungan Irung Petruk |
Wayang Petruk Kanthong Bolong Mbel Geduwel Bel Thong Thongsot Upergen |
Petruk
merupakan tokoh Punakawan,
salah seorang anak Semar yang berhidung panjang dalam pewayangan
Jawa. Tokoh rekaan Wali 9 sebagai sarana dakwah agama melalui budaya.
Identitas
lokal menandai suatu tempat ( jalan ).
Dalam
Wayang, Manga
(
baca ; Man-ga
atau
Mangga,
Komik Jepang ), bentuk hidung menjadi ciri khas karakter tokoh.
Bentuk
fisik hidung pun menjadi sasaran empuk dalam banyolan. Sule ( OVJ )
yang berhidung pesek,
Yati terkenal dalam dunia perlawakan karena kepesekannya ( Yati Pesek
). Apa gaya tertawanya Orang Indonesia masih sebatas mentertawakan
hal – hal yang berhubungan dengan fisik ( kekurangan, keanehan )
?! 5.
Bentuk
hidung merupakan salah satu aset terpenting manusia. Semua orang
tentu saja mengidamkan kesempurnaan fisik. Hal itu bisa dicapai
melalui 2 cara ; mensyukuri yang telah ada, atau merubah bentuk
fisik tubuh. Trend operasi plastik menjadi solusi yang digemari
masyarakat modern agar penampilan menjadi ( semakin ) good
looking.
Sebagian pakar mengatakan bahwa nilai kecantikan ( secara fisik )
bisa dihitung dengan Rumus Phytagoras. Salah satu bagian tubuh yang
mempengaruhi perhitungan itu adalah Daerah T ( Mata, Hidung dan
Mulut ).
Apakah
sudah jelas bau gosong – gosong itu ; Kalkun yang gosong, hutan
yang kebakar, Kalkun yang dipanggang di hutan, Kalkun yang
kepanggang karena hutan kebakar, atau kalian sedang ngupil,
atau apa lagi, jangan – jangan kau sedang berbohong Phinoccio ?!.
- Hidung Sebagai Ungkapan ( Simbolisasi )
Setiap
bangsa kaya akan peribahasa lokal. Budaya lokal mempengaruhi tanda
dan pertanda. Kata “ Hidung belang “ lazim digunakan masyarakat
Indonesia untuk menyebut lelaki yang kurang ajar, tidak senonoh,
tukang selingkuh, dan lainnya.
Badut
sering diidentikkan dengan kaum berhidung merah. Kebiasaan Masyarakat
Jawa untuk nyandra
setiap bagian tubuh merupakan Majas Hiperbolis, Metafora ataupun
Simile. Bertujuan mendaftar ciri – ciri ideal bagian tubuh manusia
dan sebagai bentuk sanjungan 6
Dalam
Buku Questions
Are The Answer
7
halaman
118, Allan Pease mengatakan ;
“
Waktu kita berbohong, hidung kita akan semakin sensitif sehingga kita
cenderung untuk menyentuhnya “.
Paling
tidak hal ini merupakan acuan mengintepretasikan cerita Phinoccio
dari segi body
language.
Walaupun berbagai tanda itu juga masih terikat ruang dan waktu
tertentu ( budaya lokal, budaya universal ).
- Hidung Sebagai Alat Penciuman ( Panca Indera )
Berbicara
masalah manusia, sedikit banyak juga terkait makhluk hidup lainnya.
Dunia kemiliteran dan para pemburu binatang melatih Anjing pelacak
karena memang daya penciumannya yang tajam. Konon katanya, Anjing
juga mempunyai kemampuan mendeteksi kadar gula darah manusia.
Pengidap Diabetes atau berkadar gula darah normal.
Pada
lain hal, profesi Tester Tembakau menuntut kejelian dalam mengenali
mutu Tembakau agar racikannya menghasilkan cita rasa yang khas dan
awet rasa dari suatu produk rokok. Hidung seperti ini dihargai
mahal, sebanding dengan resiko pekerjaannya.
Masih
sering mendengar orang tidur mendengkur, atau jangan – jangan malah
disamping anda ?!. Bukannya tanda saking nyenyak tidur, melainkan
terjadinya gejala gangguan pernapasan. Kalau dibiarkan, tentu saja
dengkurannya tambah keras.
Bagaimana
masih belum jelas bau gosong – gosong tadi ?!.
Namun
tak dapat dipungkiri dan disangkal, salah satu kenikmatan yang
berhubungan dengan hidung adalah ngupil.
Bantul,
10 Januari 2013.
Catatan
Akhir Tulisan Semiotika Hidung ;
1
Konsep
semiotika ( Semiologi ) merupakan istilah yang populer dalam Ilmu –
Ilmu Humaniora dan sosial. Secara sederhana merupakan ilmu tentang
tanda ( “ sesuatu “ menandakan “ sesuatu yang lain “
demikian seterusnya ). Selanjutnya silakan pelajari ;
Barthes,
Roland, 1981. Elements of Semiology. New York ; Hill and Wang
Eco,
Umberto, 1976. A Theory of Semiotics. Bloomington ; Indiana
University Press
Baca
juga tulisan saya yang sebelumnya.
Semiotika
juga dapat disejajarkan dengan Teori Otak atik gathuk dan Ilmu Titen
yang berkembang di Jawa.
2
Yim
Sook Yang dan Kim Irang, 2005. Buku Pengetahuan Paling Jorok Sedunia.
BIP
3
Sembilan
lubang yang terdapat pada bagian tubuh manusia ( 2 mata, 2 telinga, 2
lubang hidung, mulut, dubur atau anus, kelamin ).
4
Komparasikan
dengan adat pemakaman di Tana Toraja, bayi yang mati akibat keguguran
dalam kandungan akan dimakamkan dalam sebuah rongga pohon. Bertujuan
agar bayi yang mati tetap bertumbuh seiring pertumbuhan pohon.
5
Gaya lawakan Indonesia ( sampai sekarang ini ) masih sebatas tawa
yang mentertawakan, cenderung tidak cerdas. Thukul dengan mulutnya,
Omas dengan giginya, Jojon dengan kumis dan pakaiannya, Gogon dengan
model rambutnya, dll. Tanpa mereka melawak pun, orang sudah tertawa
karena kekurangan fisik tersebut ataupun “ penampakan “ yang
dibuat aneh. Bandingkan dengan gaya komedinya Charlie Chaplin, Mr.
Bean ataupun yang lagi naik daun Stand up Comedy ( bersyukur gaya ini
memberi angin segar bagi perkembangan lawakan di Indonesia ).
Namun
toh pada akhirnya, cara tertawa itupun pilihan ; tertawa cerdas
ataupun tertawa tidak cerdas. Tertawa saja kog harus logis dan
cerdas.
6
Nyandra
masih ditemukan dalam upacara adat pernikahan Jawa, sewaktu kedua
mempelai pengantin berjalan memasuki dampar kencana ( pelaminan ).
Seorang MC ( Pranoto Hadicoro ) dengan detail akan “ nyandra “
mempelai pengantin.
Sekilas
dapat dijumpai pada lirik lagu Anyaman Nyaman ( Sudjiwo Tedjo ) ;
...
“ Mantene wus dandan dadi dewa dewi, dewaning asmoro gyo mudhun
bumi “
Seorang
yang sedang kasmaranpun secara otomatis akan menjadi penyair yang
romantis.
Nyandra
dalam Kebudayaan Jawa berasal dari kata “ Candra “ yang berarti
lukisan. Nyandra berarti melukiskan sesuatu agar lebih hidup. Sesuatu
yang dilukiskan dalam Nyandra berupa fisik, perilaku dan musim.
Contoh
nyandra berupa fisik ; Irunge ngundup Mlati ( Hidung dibandingkan
dengan bentuk Bunga Melati yang masih kuncup ), bathuke nyelo cendani
( dahi dibandingkan dengan Batu Marmer ).
7
Pease,
Allan, 2002. Questions are The Answer ( Pertanyaan Merupakan Jawaban
), alih bahasa : Danny Susanto, MA. Jakarta ; Network Twenty One.
Allan
Pease juga merupakan pengarang buku terlaris Body Language.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.