Dua
orang mengikat 2 pikulan kayu lonjoran panjang dengan sayatan kulit
bambu muda. Lumayan banyak kayu yang sudah tua. Tinggal dijual
keliling dusun dengan sepeda kayuh. Dua buah ikatan kayu panjang
diikat disamping sepeda persis keronjot.
Keduanya
duduk sambil mengibas - ngibaskan topi kemuka. Seorang menyulut
tembakaunya. Aroma khas segera mengabar cepat. Si pendek berdiri,
berjalan menuju semak belukar. Dibukanya celana, sambil masih klempas
- klempus.
Suara air jatuh ke ranting dan daun kering. Beberapa lembar daun
dipetik sebagai ganti air untuk membersihkan. Terasa aneh ketika
memetik daun , beberapa bagian rimbun menyibak. Ada ranting dan daun
teronggok layu, kering di tanah seperti baru beberapa hari dipotong.
Terlebih mulai tercium bau menyengat. Perlahan disibakkanya
gerumbulan. Bau aneh dan bau tembakau itu semakin mendekat. Tiba -
tiba kakinya menyandung sesuatu. Ia terkejut, pandangannya belum
jelas benar. Masih tertutup ranting dan daun yang sengaja dipotong
untuk menutupi.
“
Kang coba lihat !”
Teropoh
- gopoh temannya lari kearah datang suara. Mereka berpandangan.
Mereka mulai menyingkirkan ranting dan daun yang menutupi. Semakin
penasaran. Bau itu semakin tercium bercampur aroma tembakau. Biasanya
hutan itu sepi hanya beberapa orang yang mencari kayu itupun tidak
setiap hari.
Sepasang
tumit yang mulus melingkar gelang emas berkilauan dikaki kiri. Mereka
berpandangan, gaun tipis dengan warna lembut, kelihatan masih baru.
Ujung gaunnya yang pendek tersingkap, tanpa celana dalam. Gaun yang
berenda bunga - bunga di bagian dada. Mengembang sempurna. Pada leher
jenjangnya terdapat bekas jeratan. Matanya melotot, bibir merah
merekah tipis.
Si
pendek meraba gelang itu.
“
Huss !”
“
Kita lapor polisi saja ”
“
Ini rejeki kita kang ”
“
Tempat ini tidak jauh dari kompleks pantai ”
“
Ini rejeki. Kita ambil gelangnya dan lapor polisi ”.
Suara
Ranger
dai kejauhan memecah kesunyian hutan , juga sekawanan Anjing hutan
mengonggong berlarian. Lidahnya menjulur, bernapas, menyusur arah
bau. Gerumbulan semak bergoyang, udara menyalak. Anjing hutan dengan
cepat dan beringas mendekati sumber bau. Kedua orang pencari kayu itu
terkejut. Sekawanan Anjing hutan mengelilingi mereka, menjulurkan
lidah dan terus menyalak. Taring - taringnya tajam, sorot matanya
ganas. Semakin menyalak, siap menyerang. Suara Ranger
mendekat.
Dua ekor Anjing menerkam, 3 ekor lagi dari belakang. Mereka berusaha
menghalau dengan kayu seadannya. 1 ekor berhasil menggigit punggung
si Pendek, temannya segera memukul anjing itu. Gigitan terlepas,
pergulatan semakin seru. Lama kelamaan walaupun harus bersusah parah,
keduanya berhasil mengusir kawanan Anjing. Beberapa bagian tubuh
mereka terluka mengeluarkan darah.
“
Sial ! ”
Tubuh
perempuan itu sedikit tercabik, nyaris telanjang. Belum sempat
keduanya berpikir dan beristirahat, suara Ranger
beberapa
meter dibelakang mereka. Suara mesin yantg dimatikan beberapa saat
kemudian. Suara langkah menginjak semak - semak. Semakin lama
mendekati perempuan itu. Si pendek menyerobot gelang dikaki perempuan
itu. Keduanya lekas bersembunyi di balik gerumbulan.
“
Semoga tidak melihat kita ’ masih terengah - engah
“
Sst…. Diam ”
Semakin
membenamkan tubuh dibalik gerumbulan.. Sepertinya orang itu sudah
hapal hutan itu. Lelaki itu tekejut melihat perempuan yang tercabik -
cabik. Segera memeriksa keadaan sekitar. Putung rokok masih kemelus
didekat mayat, juga dua buah pikulan kayu.
“
Sial ! ”
Tempat
itu sudah tak karuan, bekas pertarungan. Memang beberapa saat lalu,
lelaki itu mendengar rebut - ribut. Gonggongan Anjing dan teriakan
orang. Matanya tajam menatap perempuan telanjang didekatnya
“
Dasar perempuan murahan ! ”
Seorang
mengintai, mengusap laras
double barreled nya.
Kedua pencari kayu semakin membenamkan tubuhnya pada gerumbulan.
Nyaris tak bernapas dan terkencing - kencing.
“
Seharusnya kita langsung lapor polisi ” dengan suara berbisik.
Mereka
berpandangan. Si pendek menggenggam erat gelang emas yang sedikit
bercampur darah. Keduanya semakin penasaran dengan lelaki berjaket
kulit hitam dan tas besar itu. Perlahan dikeluarkan dari tas
besarnya. Dipakainya sarung tangan hitam. Ia mulai memasukkan tubuh
wanita itu dalam kantung, seperti kantung mayat atau sleeping
bag barangkali.
Sekawanan
Anjing terlatih melintas cepat juga seekor Menjangan muda. Beberapa
ratus meter arah utara dari 2 pikulan kayu. Sama arah dengan seorang
mengintai, mengusap laras
double barreled nya.
Menjangan muda itu lari kearah selatan kira - kira 1 kilometer. Lurus
ke timur 1 kilometer lebih cepat lagi ke utara kira - kira 1
kilometer. Berhenti sejenak mengibas - ngibaskan bulunya. Dari
binocular,
pemburu itu melihat pikulan kayu itu.
*
Lelaki
berjaket kulit hitam bergegas. Gerombolan bergerak, lolongan Anjing
semakin keras. Sekawanan Anjing menyerang dengan ganas. 1, 2, 4, 8,
bayangan melipat gandakan suara. Tidak ada waktu untuk menghindar
sekawanan Anjing merangsek tanpa memberi ruang gerak sedikitpun. 1, 2
bisa dihindari. Pergulatan semakin ganas. Untung lelaki berjaket
bisa meloloskan pistolnya. Beberapa kali tembakan membabi buta. 1, 2
kena udara. Beberapa anjing mendekati persembunyian pencari kayu.
Binocular
mengintai, Menjangan muda berhenti di dekat pikulan kayu, ia menarik
pelatuknya. Sebenarnya para pemburu tidak ingin memburu Menjangan.
Terdengar letupan 2 kali dan gonggongan Anjing dari utara.
“
Susul arah bau ! ”
*
Aku
masih di depan cermin memperhatikan setiap inchi tubuhku.
“
Apa Yoni mengenali kami ?! ”
**
Jogja,
01 september 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.