Cocoklogi berasal dari akar kata “cocok” (cocok, tepat, pas, klop, sesuai) dan “logos” (Yunani : ilmu). Cocoklogi adalah ilmu yang membahas tentang kecocokan antar berbagai hal. Mencocokkan ini mempunyai unsur meneliti, membandingkan dua hal atau lebih, dan mengamati. Tentu saja setiap tahapan tersebut membutuhkan metodologi ataupun rumus.
Jika suatu ilmu dikatakan ilmiah dengan syarat harus memiliki metodologi salah satunya, tentu cocoklogi mempunyai metode dalam penerapannya.
Ditangan golongan hitam, cocoklogi hanya akan diselewengkan, yang pada akhirnya hanya akan dipandang sinis.
Ada yang percaya ?!.
(Diambil dari status Facebook Panji Cybersufi, 2 April 2014 pukul 21:12 WIB dengan revisi seperlunya)
Cocoklogi Atawa Cucoklogi
Cucoklogi merupakan cabang (nanti akan ada akar, batang, ranting, dahan, daun, buah basah semua di kebun) dari cocoklogi, yang lebih peka dan ramah gender.
Menggali kalimat mulai dari kata, akar kata (feminin, maskulin, neutral, dhomir, dll), semacam close reading.
(Diambil dari status Facebook Panji Cybersufi, 2 April 2014 dengan revisi seperlunya)
Hubungan Cocoklogi Dengan Othak Athik Gathuk Atawa Kerata Basa
Kerata Basa yaiku tembung loro sing digandheng (asyik dong, pasti mesra. Bukan muhrim) nanging suda wandane lan mawa teges.
Kurang lebih, Kerata Basa adalah dua kalimat yang disambung menjadi satu atau disingkat dan mempunyai makna.
Contoh :
Wedang (ngawe kadang, memanggil saudara atau kerabat). Ngawe dapat dimaknai sebagai melambaikan tangan, sebagai tanda ajakan. Sedangkan wedang merupakan sejenis minuman. Kopi, teh, jahe, soft drink, hard drink, lsp.
Kebiasaan Orang Jawa bila bertemu lalu mengobrol sambil wedangan. Nilai kebersamaan, keguyuban. Kebiasaan ini menjadi semacam ritual dalam rutinitas, tradisi nge-teh dan ngopi merebak kesetiap penjuru. Tradisi minum teh ala keraton ( Patehan), Teh Poci, teh tubruk, tradisi minum kopi di Aceh, coffee break, dll.
Tradisi Minum Teh (Patehan) di Yogyakarta, Indonesia |
Tradisi Minum Teh di Jepang |
Bandingkan dengan falsafah urip mung mampir ngombe (hidup hanya mempir minum, hidup hanya sebentar). Menikmati rutinitas kehidupan dengan orang sekitar (disebut saudara) tentang segala kebaikan.
Bandingkan pula dengan tradisi minum teh diberbagai negara. Upacara minum teh di Jepang (Sado, Chado, Jalan Teh, Chato, Cha no yu), Afternoon tea di Inggris, China, Taiwan, Korea (Darye), India (Teh Susu), Belanda, Irak, Rusia, dll. Bandingkan dari segi sejarah, filosofis, sosio-politis, juga teknis. Teknis penyiapan, penyeduhan dan penyajian teh.
Pakem yang berlaku di masyarakat Jawa, teh itu nasgithel (panas, legi atau manis, sepet, kenthel atau kental, aroma dan rasa).
Tebu : mantebing kalbu (mantab di hati, manis rasanya).
Cengkir : kencenging pikir.
Minum (nge-teh, ngopi) bersama sahabat lalu bercerita apa saja, begitu melegakan hati. Sharing tentang kehidupan, tentang sangkan paraning dumadi serta pelepasan. Seperti nilai spiritual yang ditekankan pada Upacara Minum Teh di Jepang. Seni tentang kehidupan. Harmonisasi juga kecocokan.
(Diambil dari status Facebook Panji Cybersufi, 2 April 2014 dengan revisi seperlunya)
Bersambung “Cocoklogi Bagian II”
Catatan :
Jadi teringat tulisan Imam Marsus dalam “Cerita-Cerita Pendek Panji Cybersufi” ; “Dalam semua film-film James Bond 007, selalu ada adegan James Bond yang meminta minuman favoritnya, Vodka campur Martini dengan kata-kata perintah kepada sang bartender : “Dikocok bukan diaduk”. Dalam film Red Cliff II (sutradara John Woo), adegan seni menyuguhkan dan minum teh yang diperagakan oleh sang putri kerajaan berhasil menjadi sebuah strategi jitu sehingga pasukan Tiga Kerajaan berhasil mengalahkan pasukan perdana menteri Cao-Cao yang jumlahnya ratusan ribu prajurit terlatih. Dalam novel Patriot Games (Tom Clancy), kebiasaan minum orang Amerika yang menambahkan es batu ke dalam minumannya selalu dipersoalkan oleh orang-orang Inggris dalam tokoh-tokoh novel itu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.