Sumber Gambar : Chiado Editora |
Dalam teori teritori
demarkasi, penguasaan suatu area dilakukan dengan cara mendirikan
benteng-benteng, menghubungkan jalur lalu lintas dari satu tempat ke tempat
lainnya untuk mempermudah segala akses. Dahulu manusia bergerak dari ruang ke
ruang melalui alas gung liwang liwung, dibukalah hutan, dibangunlah
jalan beraspal (jalan : dalan, Bahasa Jawa).
Di era modern ini,
para pejalan kaki dimanjakan demgan trotoar yang berfungsi sebagai jalan khusus
pejalan kaki. Tapi trotoar telah direbut oleh para pedagang kaki lima, bahu
jalan ramai untuk parkiran. Akhirnya jalan mengalami bottle neck.
Akhirnya ruang itu
lalu dipisah-hubungkan dengan ruang publik dan ruang privat. Tapi tetap ruang
yang bernama cinta itu dihati.
Jangan sampai
menambah kemacetan pikiran dalam kesunyian serta keramaian.
(Diambil dari
status Facebook Panji Cybersufi dengan revisi seperlunya, 8 Juni 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.