Globalisasi telah mengubah pola kehidupan masyarakat dari yang
serba konvensional menuju serba instant. Perkembangan dan kecanggihan Teknologi
Informasi dan Komunikasi ( TIK ) berdampak pada terbentuknya masyarakat berbasis elektronik. Sepakat dengan McLuhan,
kecepatan media elektrik mengembalikan kita pada lingkungan "
ke-seketika-an " ( all at onceness ) dari kurun non cetak, non
liniar dan non analitis.
Masyarakat
semakin terbius ( dimudahkan ) oleh media berbasis elektronik seperti ; e-commerce,
e-goverment, e-banking, e-library, e-book, e-mail, e-ducation, e-newspaper,
dan masih banyak lagi.
Sebenarnya
Kementrian Komunikasi dan Informasi pun memiliki Program Desa Informasi
sebagai salah satu respon dari perkembangan TIK berbasis masyarakat pedesaan.
Jika program ini dilaksanakan dengan konsisten, kontinyu, tertarget,
terintegrasi, dengan pengawasan dan evaluasi akan menjadikan masyarakat sadar, melek
TIK. Kemudahan mengakses informasi pada segala bidang, menjadi salah satu
indikasi tingkat pendidikan masyarakat suatu daerah.
Belum
berkembangnya masyarakat pedesaan karena kurang tersedianya jaringan informasi,
penguasaan teknologi, penguatan dan pengembangan sumber daya lokal, dll. Desa
informasi tidak hanya masalah Jaringan Radio Komunitas ( JRK ) khususnya
pedesaan, stasiun tv lokal, koran masuk desa, internet masuk desa, melainkan
kesemua itu terintegrasi. Bagaimana mungkin TIK akan teraplikasikan di
pedesaan, sedangkan instalasi listrik belum terpasang. Berapa banyak daerah di
Indonesia ini yang masih mengalami " masa kecoblong " karena
instalasi listrik belum terpasang ?!.
Atau yang telah terpasang instalasi listrikpun masih sering " byar pet ".
Saya sempat
mengalami masa itu, tahun 80-an awal, listrik belum masuk desa kami. Wajar pula
kedua orang tuaku memberiku nama belakang ( bukan nama keluarga, seandainya mau
ditambah pun masih bisa ditaruh dibelakangnya lagi ) padaku dengan ; " Sardian
" ( Jawa ; sor dian, sor ; ngisor, terletak dibawah,
kalah. Sedangkan dian ; lampu,
penerangan, cahaya, misbah, pelita ). Waktu aku dilahirkan tepat berada dibawah
Dian Teplok, bukan listriknya Thomas Alva Edison. Bukan di rumah sakit
tapi di rumah sederhana kami. Rumah kami sendiri. Bukan dibantu dokter atau
perawat persalinan tapi seorang dukun beranak tetangga desa.
Baru
dipertengahan tahun 80-an, listrik masuk desa kami. Sekarang saya pun
menambahkan nama belakang dengan ; " Cybersufi 1
", untuk menandai pertemuan antara api ( nar ) dan cahaya ( nur
). Api dari Dian Teplok dengan cahaya listrik Thomas Alva Edison.
Orang akan
terus - menerus menjelajahi cyberspace webb yang meliputi berbagai hal ;
sumber informasi, saluran - saluran gosip, penyampaian opini, analisa pasar, on
line shopping, biro jodoh, layanan kencan, hiburan, pornografi, judi on line,
dll.
Bagaimana
mungkin, jika instalasi listrik telah terpasang dan internet masuk desa
menjadikan nilai tambah bagi masyarakat sedangkan penguatan dan pengembangan
sumber daya lokal tak tergarap ?!. Misalkan suatu daerah penghasil Beras terbesar
di Indonesia bisa menginformasikan, menjual produk produknya via internet,
sedangkan para petani tidak diperdulikan nasibnya. Akses permodalan, asuransi
petani, proteksi terhadap harga produk lokal nasional terhadap produk import,
riset - riset yang dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas Padi, tidak
dijadikan kebijakan pertanian oleh pemerintah, petani kehilangan lahan
pertaniannya akibat industrialisasi, bisnis properti, Koperasi Unit Desa ( KUD
), Badan Logistik ( BULOG ) belum berfungsi sebagaimana mustinya dan masih
banyak lagi.
Memang
masyarakat Indonesia telah berevolusi ; berburu dan meramu, nomaden ---
pertanian, perkebunan ( agraris ) dan perikanan, kelautan ( maritim ), semi
nomaden dan telah menetap --- industrialisasi. Masyarakat modern sadar betul,
penguatan dan pengembangan sumber daya lokal tidak lantas ditinggalkan begitu saja karena
industrialisasi. Berkurangnya lahan pertanian, pencurian hasil - hasil laut
oleh pihak asing, persaingan harga suatu komoditas dan lainnya, seharusnya sudah
tidak menjadi masalah. Teknologi, kearifan lokal dan regulasi peraturan adalah
jawabannya.
Salah satu
ciri masyarakat modern menurutku, bahwa setiap orang mendapatkan kemudahan
mengakses sumber - sumber informasi dan penguasaan terhadap teknologi. Internet
masuk desa ( Desa Internet ) bukan hanya sebatas masuk ( ngamplik )
tetapi dikelola Pemerinta Daerah setempat untuk mempermudah warga mengakses
informasi serta memfasilitasi dalam penguatan dan pengembangan sumber daya
lokal. Media elektronik pun memiliki dampak positif sekaligus negatif. Dengan
nada yang skeptis, Cliff Stoll menulis bahwa internet sudah menjadi gurun data
yang tak tersaring 2.
Jika setiap
orang sudah mempunyai kesempatan yang sama dan dapat dengan mudah mengakses
sumber - sumber informasi, perlu ditekankan lebih lanjut adalah pengelolaan
data dan informasi agar internet memberikan nilai tambah bagi masyarakat
pedesaan khususnya, setiap orang pada umumnya. TIK berdampak negatif jika
digunakan untuk hal - hal yang melanggar hukum.
Pada
akhirnya, pembangunan " Desa Informasi " sangat penting dan mendesak untuk segera
diaplikasikan secara konsisten, kontinyu, tertarget, terintegrasi, terawasi dan
terevaluasi sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Walaupun dalam Dunia
Cyberspace, tidak ada atau hilangnya batasan tempat ( nir-tempat ) dan
waktu ( nir-kala ), pembangunan Desa Informasi haruslah peka terhadap
kesenjangan pembangunan di Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur ( Teritori Demarkasi ).
Bantul, 03 September 2013.
( Footnotes
ditambahkan pada 30 Desember 2013, setelah beberapa saat tulisan diendapkan ).
Catatan
Akhir “ Masyarakat E- Life “
1 Istilah cyber digunakan kali
pertama oleh Norbert Wiener pada tahun 1947, merujuk pada Bahasa Yunani yang
berarti " the art of steering " atau seni untuk mengendalikan
( www.pangaro.com/published/cyber-mcmillan.html
diakses pada 4 Juli 2011 ). Wiener menggunakan istilah cybernethics
untuk menyebut bidang ilmu yang menyentuh disiplin ilmu yang telah ada, seperti
Matematika, Biologi, Antropologi, Psikologi, Teknik Elektro, dan Neurofisiologi
( plato.stanford.edu/entries/ethics-computer/
diakses 5 Juli 2011 ). Diharapkan bidang ilmu ini dapat mendorong adanya
interaksi yang kaya akan tujuan,prediksi, tindakan, umpan balik dan respon dalam
sistem dari segala jenis disiplin ilmu yang telah ada.
( Syamsiyatun,
Siti dan Nihayatul Wafiroh ( editors ). 2013. Filsafat, Etika dan
Kearifan Lokal Untuk Konstruksi Moral Kebangsaan. Philosophy, Ethics and
Local Wisdom in the Moral Construction of the Nation ( online version, PDF ). Geneva : Globethics.net. h.63.
Cyberethics : Blogging Ethics Bagi Komunitas Cyber, oleh Dewi Puspasari ).
Ilmuwan
yang menggunakan istilah cyber adalah William Gibson dengan cyberspace pada tahun 1982,
mengacu pada sistem yang kompleks, representasi grafis, dari data yang
dihasilkan setiap komputer ( www.pangaro.com/published/cyber-mcmillan.html diakses pada 4 Juli 2011 ). Istilah ini lambat laun mengacu pada world wide web atau
internet. Dari definisi tersebut diatas, maka cyberethics adalah sistem
nilai yang digunakan oleh komunitas pengguna internet.
( Syamsiyatun, Siti dan Nihayatul Wafiroh (
editors ). 2013. Ibid. h.63-64 ).
Julian
Bigelow, Arturo Rosenblueth, and Norbert Wiener have concieved of feedback mechanisam as lending teleology to machinery.
Wiener, a mathematician, coined the term 'cybernetics' to denote the study
of " teleological mechanisme
". Cyberetics is the study of the communication and control of
regulatory feedback both in living beings and machines, and in combinations of the two.
In recent
years, end-driven teleology has become contrasted with " apparent "
teleology, I.e teleonomy or process-driven systems.
Teleology
is any philosophical account which holds that final causes exist in nature, meaning
that design and purpose analogous to that found in human actions are inharent
also in the rest of nature. The word comes from The Greek, " telos " root : " end, purpose
". The adjective " teleological " has a broader usage,
for example in discussions where particular ethical theories or types of
computer programms ( such as "
Teleo-reactive " programms ) are sometimes described as teleological
because they involve aiming at goals.
( Roudatul Islamic Kindergarten. 2013. Teleology. Dalam : pesantrenbudaya.blogspot.com
diakses pada 30 Desember 2013 ).
Sibernetika adalah sebuah studi interdisiplin tentang
struktur sistem regulasi. Sibernetika berhubungan erat dengan teori informasi,
teori pengendalian, dan teori sistem, setidaknya dalam bentuk urutan pertamanya
( Sibernetika urutan kedua memiliki metodologi krusial dan implikasi
epistemologi yang mendasar untuk bidang tersebut secara keseluruhan ).
Keduanya dalam bentuk asalnya maupun evolusinya pada paruh
kedua abad ke-20, Sibernetika sama - sama berlaku untuk fisik dan sistem sosial
( yang berbasis bahasa ).
Sibernetika kontemporer mulai sebagai studi interdisiplin
yang menghubungkan bidang - bidang sistem kendali, teori sirkuit, teknik mesin,
logika permodelan, biologi evolusi, neurosains, antropologi dan psikologi pada
tahun 1940-an, sering dikaitkan dengan Konferensi Macy.
Istilah Sibernetika berasal dari Yunani kuno, Kybernetes,
juru mudi, gubernur, pilot atau kemudi --- akar yang sama dengan pemerintah.
Sibernetika adalah bidang studi yang sangat luas, tetapi tujuan penting dari
Sibernetika adalah untuk memahami dan menentukan fungsi dan proses dari sistem
yang memiliki tujuan dan yang berpartisipasi dalam lingkaran rantai sebab
akibat yang bergerak dari aksi atau tindakan menuju ke penginderaan lalu
membandingkan dengan tujuan yang diinginkan, dan kembali lagi pada tindakan.
( " Sibernetika
"/id.wikipedia.org/wiki/sibernetika diakses pada 30 Desember 2013 ).
Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "
sufi ". Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari suf,
Bahasa Arab untuk wol, merujuk pada jubah sederhana yang dikenakan oleh para
asketik Muslim. Namun tidak semua sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol.
Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari sufi adalah sufa,
yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada sufisme kemurnian hati
dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani, theosofie
artinya ilmu ketuhanan.
( " Sufisme " dalam :
id.wikipedia.org/wiki/sufisme diakses pada 30 Desember 2013 ).
2 Clifford Stoll, " The Internet ? Bah !
" Newsweek, 27 Februari 1995, h.41 dikutip dari : Landung
Simatupang ( Penerjemah ). 2007. Pasca-Intelektualisme, Budaya Web.
Dicuplik dan diterjemahkan dari Donald N. Wood, Post-Intellectualism
and The Decline of Democracy The Failure of Reason and Responsibility in the
Twentieth Century. Westport, Connecticut, London : Praeger, 1996. h.3-8.
Dalam : Selarong, Volume VIII ( Tahun IV/2007). Yogyakarta : Dewan
Kebudayaan Bantul. h.163-164 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.