Manusia
– manusia Jawa gemar beritual berupacara sebab hidup adalah
prosesi
upacara. Ku buka kalender besar pada dinding ruang tamu yang
kecil,
tak ada benar – benar tak ada angka – angka yang disakralkan itu.
Ku
bolak – balik kalender agar waktu luwes terhadap sgala perhitungan,
penambahan,
penyusutan. Di ruang ini berharap sejarah bertamu, mereka
mengenakan
pakaian kebesaran mereka meneriakkan ; “ merdeka ! “
tapi
mereka kebingungan, bayangan celingukan seolah angka – angka
hampa
tak pernah menautkan “ merdeka “ itu.
Sejarah
memang bertamu tapi terasa compang – camping waktu
waktu
yang tambal sulam mengelabuhi angka – angka yang kau anggap
mistis
itu.
Sejarah
memang bertamu tapi slalu kau diamkan saja. Sibuk melipat -
lipat
bayangan. Memang orang sudah pandai berhitung pandai berpartai
politik
pandai melebih – lebihkan pandai bercerita pandai berkata ;
“ merdeka
! “.
“
Merdeka ! “ igauan sejarah
“
Merdeka atau mati ! “ igauan tetangga sebelah
“
Merdeka atau mimpi “
seolah
kemerdekaan itu fenomena tindihan erep – erepan.
Aku
bersama para terpelajar berziarah ke makam pahlawan, kita tak
sedang
berdo'a tapi bergumam ; “ para pahlawan tlah mati di negeri ini !
“.
Angka
– angka pada kalender seperti selongsong peluru nyasar mengincar
siapapun
tidak sipil tidak militer teroris kriminal semua tertembus angka -
angka
panas.
Aku
akan buat perhitungan, kami akan buat perhitungan
Angka
demi angka dikorupsi dimanipulasi bagaimana kami menandai
kalender
?!.
Angka
– angka kelaparan huruf – huruf kesakitan, mana yang mana di
negeri
ini
yang tlah anu, mana yang bagaimana di negeri ini yang sudah anu,
siapa
yang
mana di negeri ini yang mempunyai anu, mana dimana di negeri ini
yang
telah merasakan anu, kapan tepatnya anu itu
Hitung
sendiri angka apa kita tak mensyukuri angka – angka
sedang
kita memakai logika angka semua tlah diuukur, ditaksir juga mimpi -
mimpi
orang tidur, para pemalas waktu, pengemis waktu, koruptor waktu,
para
anu, orang – orang yang berteriak “ merdeka ! “, parpol yang
teriak -
teriak
“ demi rakyat ! “, organisasi – organisasi hak asasi yang
gembar -
gembor
“ demi kemanusiaan ! “, tapi ada yang membatin saja.
Negeri
ini, datang dan pimpinlah kami karna negeri ini belum berhukum
Negeri
ini, datang dan pergi
Negeri
ini, dipenuhi orang – orang yang pandai bersyukur
Negeri
ini, banyak orang tak bernama tak dicatat tak dianggap
Negeri
ini, dibangun dari logika angka dan imajinasi huruf – huruf
aksara
– aksara lokal yang membentuk cerita sejarah nasional
Negeri
ini, mengalami penjajahan baru gara – gara anu
Negeri
ini, wilayah rasa teritori fisik yang kita perjuangkan bersama
Ini
negeri, hitung lagi pasti ;
17
Agustus tahun entah
Bantul, 30 Agustus
2013 jam entah.
*Pertama
kali di ketik dalam hand phone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda akan memperkaya wawasan.