Rabu, 30 Januari 2013
Sampah Tahun Baru
Daun – daun kering berguguran diterpa angin. Berserakan di pekarangan rumah. Seorang nenek renta sibuk menyapu halaman. Dua kali sehari, pagi dan sore. Halaman tersebut memang di tumbuhi banyak pepohonan. Pekerjaan menyapu rutin dilakukan, walaupun anak cucunya sudah melarangnya. Namanya juga orang tua, butuh aktifitas bukab hanya sekedar berdiam diri menunggu mati. Mentang – mentang sudah tua.
Kegiatan menyapu dan obong – obong uwuh ( membakar sampah dedaunan kering ) sudah menjadi klangenan. Kadangkala sedikit menyebalkan, daun kering dan basah yang bercampur ketika dibakar mengeluarkan asap yang tebal. Menjalar ke setiap penjuru, membuat mata pedas dan sesak napas. Tetapi mau bagaimana lagi, aktivitas itu telah menjadi klangenan orang tua. Satu – satunya aktifitas fisik ( selain beribadah ) yang dapat dilakukannya. Sebagai anak cucu tak akan tega merampas satu – satunya kesenangan nenek ( menyapu dan obong – obong uwuh ) walaupun dengan cara bersimpati ( ngeman ) sekalipun.
by Facebook Comment
Festival Kesenian Yogyakarta Atawa Festival Keistimewaan Yogyakarta
Yogyakarta adalah Kota Pelajar dan Budaya. Belajar dan berbudaya. Kegiatan seni budaya menjadi ruh dan identitas kota.
Festival Kesenian Yogyakarta ( FKY ) merupakan acara tahunan yang dihelat Dinas Kebudayaan bekerja sama dengan seniman, akademisi dan praktisi seni budaya. Wadah bagi aneka pertunjukan seni tradisi dan kontemporer, pameran dagang dan seni, bazar kuliner dan aneka perlombaan.
Tahun ini, FKY XXIV mengambil tema “ Seni Untuk Rakyat “. Berlangsung selama 2 minggu, 20 Juni sampai dengan 5 Juli 2012 berpusat di Benteng Vredeburg.
by Facebook Comment
Keris
Kami
berdua duduk di beranda depan suatu senja. Angin semilir, sesekali
membawa warna pada langit. Belum terlalu sore memang, asyik bercakap
sesekali kusentuh perutnya.
“
Dik, sudah punya nama untuk anak kita?! “
“
Siapapun namanya yang penting ada unsur Islami “.
“
Bukankah kita Jawa ?! “
“
Ya “
“
Mas “, Suaranya lirih.
Mendekatiku,
merebahkan kepalanya dibahuku. Kubelai rambutnya, diusapnya perutnya.
Angin sepoi tadi siang membawa panas.
“
Kau ingin lelaki atau perempuan, mas ?! “
“
Super Twins.“
“
Super Twins ?! “
Memang
pasangan muda itu belum memeriksakan kandungan. Tak perlu USG biar
untuk kejutan dan tebak - tebakan.
“
Kata Bapakku, lelaki atau Perempuan tergantung saat berhubungan “
“
Maksudnya ?!
“
Tergantung kadar asam, basa dalam tubuh “.
“ Aku
masih tak mengerti “
“ Dulu
aku juga begitu “.
Beberapa
anak kecil melintas dengan Sepeda Mini. Ada yang dikuncir, dikepang 2
dengan pita warna-warni. Pipinya montok - montok, kulit bersih,
ceria, pokoknya anak - anak yang lucu.
Kami
mengawasi tingkah polahnya sambil tersenyum.
“
Lelaki atau perempuan bisa ditentukan sebelumnya, tergantung fore
play yang cukup, ejakulasi yang tak terlalu cepat atau ditahan dan
orgasme berulang - ulang.”
“
After play gimana mas dokter ?! “
Aku
tersenyum, kurasa istriku sudah mengerti jawabanku.
Anak
- anak kecil itu semakin menggemaskan. Bermain riang. Anak siapa
mereka, yang pasti orang tuanya akan bahagia. Senja itu dasternya
begitu tipis dan lembut.
*
by Facebook Comment
Selasa, 29 Januari 2013
NIAS : Potret Sebuah Masyarakat Tradisional
“ Kegagalan pembangunan di banyak negara berkembang
disebabkan oleh ketidak mampuannya menghubungkan masa lalu dengan masa kini
secara hermeneutik... “
Menelusuri Jejak Leluhur Orang Nias
Mitologi
Yunani lebih cerdas memformulasikan keterkaitan itu dengan mengambil sebuah
perumpamaan tentang seekor ular yang besar, Hydra, yang jika kepalanya dipotong
akan segera tumbuh 2 kepala yang baru, begitu seterusnya. Itulah hukum perkembangan
atau pertumbuhan. Artinya, satu penemuan baru akan melahirkan lebih banyak
penemuan baru pula.
Untuk
“ mengejar “ ketertinggalannya banyak negara berkembang berusaha
mengakselerasikan pertumbuhannya dengan jalan short cut. Jalan pintas atau
terobosan, dan melupakan jejak sejarahnya. Pada umumnya berujung kegagalan. Di
Asia eks negara berkembang, termasuk Jepang dan China memahami dan memanfaatkan
secara baik arti “ belajar dari sejarah “. dalam hal ini kultur, tata nilai dan
etika dalam sistem religi mereka seperti Bushido
( Jepang ) dan Li ( China ) yang pada
dasarnya adalah kode etik dalam berperilaku.
Dalam
sejarah umat manusia ( bangsa – bangsa ) tidak ada negara yang brhasil meraih (
mengisi ) cita – cita masa depannya tanpa mengkaitkannya dengan “ semangat “
masa lalu secara kontekstual.
Itulah
sebabnya kenapa dalam tulisan ini, masyarakat tradisional Nias ditempatkan pada
bagian pertama. Maksudnya ;
by Facebook Comment
Budaya Elektronik
2004 adalah awal bagi kami
berkenalan dan bekerja sama dengan media elektronik. Bekerja sama dalam
sponsorship peliputan dan promosi acara. Bukan acara seni budaya melainkan
perpaduan petualangan, olah raga dan wisata.
Berangkatlah kami menuju Jalan Wonosari kilo meter 5 dengan sepeda motor. Kami
sepenuhnya sadar ketika mengendarai motor. Seolah daya magnetik begitu kuat
menarik kami pada suatu tempat. Sebuah tempat yang kehijauan di perbatasan
sebuah dusun. Pohon Beringin tua begitu gagah, di sekelilingnya dipagari.
Daerah itu sering digunakan untuk tirakat. Banyak bekas Kemenyan, bungkus Dupa,
Hio. Menurut warga setempat, Beringin akan tumbuh rindang kehijauan saat Musim
Kemarau. Musim Hujan daunnya berguguran. Bersemi kembali ketika Kemarau. Tidak
lama kami di tempat itu.
Setelah agak jauh meninggalkan area itu, lamat – lamat tempat itu
ternyata berada di bawah Bukit Candi Boko.
Kami lanjutkan perjalanan menuju studio tv lokal. Tv lokal tersebut
tergolong pioneer di daerah kami. Baru berbenah segi fisik dan teknis. Bangunan
fisik untuk studio masih dikerjakan. Bahkan ketika kami melobby B. Dwi
Apriyanti ( sekretaris ), para pekerja masih mengerjakan bangunan bagian dalam.
by Facebook Comment
Ode Untuk Simbah
* Kagem
mendiang Mbah Atmo Pawiro
Daging -
daging tua ini minta disholatkan, kata - kata ini minta dikembalikan
pada asal
mula kata, " mantra " kata Tardji.
Waktu
kembali purba, segala memutih, kosong, transparan, terbekukan.
Cerita
tentang manusia diawali tangisan, diakhiri tangisan.
Lalu
dimana kau letakkan senyuman ?!
pada bibir
keriput berkata, " Tuhan "-kah ?! "
Ah !,
ayolah simbah, bergerakklah !. Kau akan menempuh perjalanan jauh.
Seorang
renta meletakkan smua bebannya pada sebatang tongkat kayu usang.
Dan memang
usang, tergesek kehitaman, coklat, bercak - bercak, halus
karna
dipegang berulang - ulang.
Kambium,
Xylem, Floem membesar semakin besar seperti ruh - ruh
kayu
meloncat. Masai bentuknya.
Tapi waktu
memperbaiki ruhnya sekali lagi menjadi peti.
Sebatang
kayu usang menemaninya, ruh - ruh kayu, ruh -ruh tubuh.
by Facebook Comment
Langganan:
Postingan (Atom)