Sabtu, 26 Mei 2012
Kenduri Lokal Sampai Kenduri Nasional ; Nilai Ekonomi, Sosial, Budaya Dan Religi
Akhir – akhir ini saya sering melihat acara tv lokal di daerahku. Setengah jam, sejam khusus acara seni budaya. Mengangkat lokalitas inilah yang menjadi kekhasan tv lokal, disamping faktor kedekatan geografis dan phsikologis.
“ Tradisi Tiada Henti “ begitulah tag line Jogja TV. Berawal dari tag line itupula, kita akan memulai glenak – glenik tentang Kenduri.
Orang Jawa memang penuh simbolisasi, alegori, metafora. Jawa yang Homo simbolicum, Homo educondum dengan sangat adaptif melewati pasang surutnya zaman.
Penghormatan terhadap arwah leluhur masih sangat mengakar kuat dalam ruang batiniah. Sejarah panjang tentang suatu keyakinan ; Animisme, Dinamisme, Totemisme, Hindu, Budha, Islam turut mewarnai.
Secara sederhana kenduri merupakan bentuk ritual penghormatan, tasyakuran, selamatan, do'a terhadap hal – hal yang penting dalam siklus hidup manusia itu sendiri. Kenduri arwah dilaksanakan 3, 7, 40, 100, 1000 hari setelah kematian. Kenduri 7 bulanan ( mitoni ) sampai bayi dilahirkan, juga selamatan lainnya pada waktu – waktu khusus ( panen, Ruwahan, dll ).
Bentuk ritual ini tentunya memerlukan uba rampe yang harus dipenuhi. Nasi gurih ( Nasi Uduk ), Nasi Golong, nasi biasa, ingkung ( ayam ), peyek, krupuk, berbagai jenis bakmi, apem, ketan dan lauk pauk lainnya. Dikemas dalam kotak anyaman bambu ( Besek ) sebagai wadah.
by Facebook Comment
Wayang Sebagai Komoditas Industri dan Pariwisata
... Gaya hidup ini berakar dalam khasanah kebudayaan yang terhimpun dalam kesusastraan Jawa kuno dan Wayang ( pertunjukan permainan bayang yang diiringi musik serta seni tari ). Wayang itu mempunyai makna keagamaan. Pertunjukan wayang diadakan pada saat – saat terpenting dalam kehidupan manusia seperti kelahiran, perkawinan dan khitanan juga untuk mengelakkan malapetaka atau menghalau penyakit dan segala pengaruh lain yang bersifat merusak. Pertunjukan wayang ini secara kuno merupakan tontonan suci dimana leluhur yang telah didewakan muncul diatas pentas...
Kesusastraan klasik menurut Stutterheim, suatu museum nilai - nilai kehidupan kuno, telah memberi kepada Rakyat Jawa pegangan hidup, pelajaran tentang pembentukan watak dan budi bahasa, pengertian akan jiwa manusia dengan segala kebaikan dan keburuknnya. Pertunjukan ini memperkokoh hidup yang benar, memberi juga jalan keselamatan, mengantar ke dalam rahasia – rahasia hidup ( DH. Burger ).
Berawal dari menggubah, mencipta ulang Kitab Ramayana dan Mahabharata ( India ) oleh sastrawan Jawa, ditransformasikan dalam kultur lokal. Seni budaya pada dasarnya netral, bisa diisi dengan jiwa – jiwa agama dan kepentingan. Sejalan dengan strategi yang tercermin dalam kesusastraan Jawa. Berusaha menyerap unsur ajaran Tasawuf Islam ditemukan dengan tradisi Ilmu Kejawen. Islamisasi Wayang, Jawanisasi Islam.
Dewasa ini kita menghadapi kewajiban kembar ; melestarikan budaya bangsa yang kaya dan membangun sebuah kebudayaan nasional yang modern. Pelestarian berfungsi menemukan identitas diri serta menjaga budaya asli. Sehingga budaya tesebut dapat terus dikembangkan tanpa meninggalkan akarnya.
April 2005, UNESCO telah menetapkan Wayang ( Indonesia ) sebagai salah satu budaya milik dunia. Hal itu merupakan momentum yang tepat membangun, mengembangkan kebudayaan nasional yang merupakan peleburan dan penjumlahan puncak – puncak kebudayaan daerah ( lokal ). Kebudayaan nasional menjadi instrument yang mengakomodasi masa kini, membuka pintu masa depan. Sedang budaya barat diintegrasikan untuk mendukung dan mengembangkan.
Indonesia mempunyai keunggulan lebih untuk mengembangkan kepariwisataan. Keadaan geografis, lokasi yang strategis di dunia dan multi kultur. Peranan pemerintah, pengusaha dan pers mutlak diperlukan.
Penghargaan, pengakuan UNESCO disambut baik sekaligus mengkwatirkan.
1. Sebagian besar artefak, dokumen – dokumen sejarah banyak disimpan dan menjadi koleksi museum – museum luar negeri.
by Facebook Comment
Sabtu, 19 Mei 2012
Huruf - Huruf Dalam Kehidupan
... " Time passed by. History became legend. Legend became myth ".
( The Lord of The Ring )
Kita menyadari bahkan sampai sekarang masyarakat belum menjadi Reading Society sepenuhnya. Membaca sepintas lalu tanpa diaplikasikan lagi dalam bentuk tulisan. Padahal untuk menulis diperlukan wawasan luas. Membaca mutlak diperlukan. Membaca seperti apa ?!.
Waktu kecil seorang anak sering didongengkan orang tuanya sebelum tidur. Sekedar memberi contoh, bahwa masyarakat kita cenderung Oral History dari pada Writing Society. Walaupun awalnya sejarah diawali tulisan. Simbol, ikonografi--tulisan, aksara. Namun sekarang seolah gagap. Gagap membaca, gagap menulis.
Sejarah tidur pulas, banyak yang menjadi mitos.
KI BLANGKON I
Ki Blangkon 1 |
Langganan:
Postingan (Atom)